Puncta 18 Maret 2025
Selasa Prapaskah II
Matius 23:1-12
BAGI orang-orang tertentu agama memang menjadi ladang subur untuk mencari popularitas dan mengeruk keuntungan pribadi. Agama gampang dijual untuk mendapatkan keuntungan demi mengumpulkan kekayaan.
Kesalehan seseorang tidak dinilai dari apa yang melekat pada tubuhnya tetapi pada kelakuan, sikap dan tutur katanya. Siapa pun bisa memakai atribut-aksesoris agama; pakai jubah, jumbai, gambyok, sarung, peci dan lainnya.
Tetapi itu hanyalah penampilan luar saja. Yang penting apa tindakan nyata demi kebaikan orang lain?
Yesus mengkritik ahli-ahli kitab dan kaum Farisi yang memamerkan sisi luar kesalehan agar dilihat orang.
Kata Yesus, “Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.”
Kita masih ingat kan, warga netizen pernah memprotes seorang tokoh yang menghina penjual es teh dalam sebuah kegiatan massal. Ada banyak warga yang kritis melihat tingkah laku para tokoh agama.
Warga yang jeli, kritis dan peka hatinya dapat melihat bahwa kesalehan atau religiusnya seseorang bukan karena populer, terkenal, sering muncul di medsos, berpakaian agamis. Tetapi yang dinilai adalah sikap, tutur kata dan tindakannya.
Yesus mengkritik Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang menjadi pemimpin tetapi tidak menjadi panutan.
“Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.”
Kita harusnya bertanya, apa tindakan nyata tokoh agama kalau ada kemiskinan, toleransi yang tercabik-cabik, korupsi dan ketidak-adilan merajalela, kesenjangan ekonomi makin terasa.
Apa artinya kesalehan pribadi kalau banyak orang menderita di sekitar kita?
Gajah diblangkoni
Bisa kotbah ora bisa nglakoni.
Tuku layah neng Wonogiri
Bisa kojah ora bisa nindaki.
Wonogiri, tidak usah pamer kesalehan
Rm. A. Joko Purwanto, Pr