Home BERITA Kesempatan yang Indah

Kesempatan yang Indah

0
Mendapat kesempatan kedua

Minggu, 23 Maret 2025

Kel. 3:1-8a,13-15.
Mzm. 103:1-2,3-4,6-7,8,11
1Kor. 10:1-6,10-12
Luk. 13:1-9

TIDAK ada manusia yang sempurna. Kita semua pernah melakukan kesalahan, tetapi Tuhan selalu membuka pintu pertobatan.

Selama masih ada waktu, kita bisa memperbaiki diri, meminta maaf, dan kembali berjalan di jalan yang benar.

Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi kita untuk bertumbuh dan berubah.

Seperti dalam perumpamaan pohon ara yang tidak berbuah, Tuhan tidak serta-merta menghukum kita, tetapi memberi waktu agar kita memperbaiki diri dan menghasilkan buah yang baik.

“Semuanya berjalan terlalu cepat, jika saja saya bisa lebih disiplin mungkin keadaan saya tidak seperti ini,” kata seorang bapak.

“Hidup sering kali membawa perubahan yang tidak saya duga. Ketika saya sehat dan kuat, saya merasa bisa melakukan segalanya sendiri.

Namun, saat tubuh melemah dan saya bergantung pada orang lain, semuanya terasa berbeda. Penyakit, stroke ini yang menyebabkan kelemahan fisikku, dan seakan menjadi “tangan kuat” yang mengubah hidupku secara drastis.

Di tengah keterbatasan ini, ada undangan dari Tuhan untuk melihat hidupku dari sudut pandang yang baru. Mengajakku bertobat dan melihat kasih Allah yang begitu besar bahkan melalui penyakit yang saya derita.

Saat saya tidak lagi bisa mengandalkan kekuatan sendiri, saya diajak untuk semakin berserah kepada-Nya. Mungkin sebelumnya saya terbiasa hidup mandiri, tetapi sekarang saya belajar arti kerendahan hati dan penerimaan.

Tuhan tidak pernah meninggalkanku, bahkan ketika saya merasa tak berdaya. Dia hadir melalui orang-orang yang merawat dan membantu saya, melalui keluarga dan sahabat yang setia mendampingi.

Dalam kondisi ini, saya diajak untuk tetap bersyukur, bukan hanya atas hari-hari yang telah saya lalui, tetapi juga atas kesempatan untuk mengalami kasih Tuhan dalam bentuk yang baru,” kata bapak itu.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia!”

Kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita tidak boleh disia-siakan. Seperti tanah yang perlu dicangkul agar subur, hati kita juga perlu dilembutkan melalui doa, refleksi, dan pertobatan.

Kadang, proses ini terasa sulit dan menyakitkan, tetapi itu adalah bagian dari cara Tuhan membentuk kita.

Kita juga perlu “dipupuk” dengan firman Tuhan, sakramen, dan perbuatan kasih, agar hidup kita benar-benar berakar dalam iman dan membuahkan hasil yang berguna bagi sesama.

Sering kali kita menunda-nunda perubahan, berpikir masih ada waktu. Namun, apakah kita benar-benar yakin masih ada kesempatan esok hari?

Hidup ini singkat, dan Tuhan rindu agar kita bertumbuh sekarang, bukan nanti. Jika kita terus menunda, bisa jadi kita melewatkan anugerah-Nya yang terbesar.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sudah memanfaatkan kesempatan dalam diri untuk bertumbuh dan berbuah?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version