APA yang terjadi, ketika Anda mengandalkan kesombongan dalam menjalani hidup ini? Saya yakin, Anda tidak akan mengalami kebebasan dalam hidup ini.
Seekor burung gagak merasa dirinya yang paling baik di antara burung-burung di hutan belantara. Ia juga tidak mau disaingi oleh burung-burung yang lain. Padahal bulunya yang hitam sering menakutkan burung-burung yang lain. Lagi pula suaranya yang parau jelek sering mengganggu ketenangan para penghuni hutan.
Suatu hari, seekor burung kutilang mendatangi burung gagak yang sedang sedih. Burung kutilang itu berkata, “Hai gagak, mengapa kamu sedang sedih? Apakah kamu sedang ketakutan sama burung pipit?”
Burung gagak tersenyum. Ia mulai menunjukkan kehebatannya. Ia tidak mau direndahkan oleh seekor burung kutilang. Ia mengibas-ngibaskan sayap-sayapnya.
Lantas ia berkata, “Di hutan ini saya yang paling berkuasa. Tidak mungkin saya takut sama burung sekecil itu. Kamu saja saya bisa telan hidup-hidup, apalagi burung pipit sekecil itu. Atau kamu mau sekarang juga saya menyergapmu?”
Burung kutilang langsung menyingkir pergi. Ia tidak mau membuat burung gagak semakin emosi.
Suatu hari lain, ada seorang pemburu datang ke hutan. Gagak menghasutnya untuk memanah si kutilang dengan menawarkan bulunya sebagai anak panah. Namun, si pemburu berulang-ulang gagal memanah kutilang hingga bulu burung gagak itu habis. Karena kesal tidak mendapatkan hasil buruan, sebagai gantinya pemburu menangkap gagak yang kini tidak dapat terbang. Bulunya sudah habis.
Sombong = Malapetaka
Keangkuhan sering menjerumuskan orang ke dalam jurang kebinasaan. Kesombongan hanya mau menutupi kelemahan dan kekurangan dalam diri. Akibatnya, kebinasaan justru yang mengancam kehidupan manusia. Orang yang sombong akan segera terbuka kekurangan dan kelemahannya.
Kisah imajinatif di atas memberi kita inspirasi untuk senantiasa menghargai sesama manusia.
Mengapa? Karena setiap orang punya kelebihan dan kekurangan. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Yang ada adalah manusia berdosa yang sedang berziarah menuju kesempurnaan.
Untuk itu, yang kita butuhkan adalah kerendahan hati untuk menjalani hidup ini dengan normal. Mengapa? Karena orang yang sombong menjalani hidup ini lebih banyak dengan pura-pura. Akibatnya, hidup bersama sering berjalan tidak dengan harmonis. Sering terjadi benturan-benturan dalam hidup bersama.
Orang beriman mesti menyingkirkan kepura-puraan dalam hidupnya. Orang mesti menjalani hidup ini dengan jujur dan benar. Orang tidak mengandalkan kesombongan dirinya. Orang yang menutup kelemahan dan kekurangannya dengan kesombongan biasanya hidup dalam ketakutan. Orang seperti ini selalu takut kedoknya akan terbongkar. Akibatnya, orang seperti ini tidak merasa bebas dalam hidupnya.
Mari kita terus-menerus hidup dalam kebenaran, agar kita selalu bebas mengekspresikan diri kita di hadapan Tuhan dan sesama. Dengan demikian, hidup ini menjadi suatu kesempatan untuk membangun keharmonisan dan damai bersama Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ, Tabloid KOMUNIO Palembang