Home BERITA Kesunyian Bersama Tuhan

Kesunyian Bersama Tuhan

0
Ilustrasi: Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Flores. (Romo Ferry SW)

Puncta 28.10.23
Pesta St. Simon dan Yudas, Rasul
Lukas 6: 12-19

SELAMA empat tahun (1934-1938) Sukarno diasingkan di Pulau Ende. Ia dijauhkan dari sahabat dan para pendukungnya.
Belanda ingin membungkam perjuangannya. Ia hidup dalam kesunyian.

Tetapi dia punya dua teman diskusi yakni Pastor Johanes Bouma SVD dan Pastor Gerardus Huijtink SVD. Mereka menjalin persahabatan yang erat. Pikiran dan gelora perjuangan Sukarno tidak bisa dimatikan.

Karena itu Sukarno sering keluar masuk biara dan Perpustakaan Nusa Indah untuk membaca buku. Di tempat yang hening dan tenang itu, Sukarno banyak merenung tentang ideologi bangsa.

Buah-buah pikirannya didiskusikan dengan dua pastor itu. Kita bisa menggali kisah Sukarno ini dalam buku Bung Karno dan Pancasila, Ilham dari Flores untuk Nusantara.

Dalam keheningan biara di pengasingan, dengan berdialog bersama para rohaniwan, dan diasingkan dari dunia luar, Sukarno merumuskan mutiara yang indah untuk Indonesia yakni Pancasila yang kita warisi sekarang ini.

Dikisahkan dalam Injil, Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.

Lalu keesokan harinya, Ia memilih duabelas murid yang dipanggil untuk menjadi rasul. Dalam kesunyian, Yesus berdialog dengan Bapa.

Yesus pergi dari keramaian. Ia mendaki bukit. Ia mencari keheningan untuk berdoa, berdialog dengan Allah. Pasti Ia berdiskusi dengan Bapa-Nya tentang perutusan-Nya ke depan. Yesus mengasingkan diri mencari tempat sunyi dan berbicara dengan Bapa.

Sukarno diasingkan ke tempat sunyi, jauh dari hiruk pikuknya politik. Tetapi di tempat sunyi itu ia berjumpa, berdiskusi, berdialog dengan para pastor sahabatnya. Dari situ butir-butir Pancasila itu lahir.

Hasil dari diskusi Yesus dengan Bapa-Nya di tempat sunyi adalah pemilihan duabelas rasul. Inilah cikal bakal Gereja, Israel Baru, umat Allah yang berziarah.

Begitu pun kita. Untuk memutuskan hal-hal penting demi masa depan, kita perlu mencari tempat sunyi untuk berdoa. Doa dalam hening, sendiri bersama Allah itu penting supaya kita dengan hati jernih bisa membuat keputusan yang benar.

Sesekali waktu anda perlu mengasingkan diri, mengambil jarak dari keramaian dan kesibukan sehari-hari untuk hening berdoa.

Kita sering menyebutnya “retret”, khalwat atau rekoleksi supaya kita bisa menemukan mutiara-mutiara indah dalam hidup kita.

Seperti Yesus, untuk menentukan sesuatu yang sangat penting, demi masa depan, Dia berdoa ke tempat sunyi. Mari kita masuk keheningan dan berdialog kepada Tuhan agar mendapat pencerahan.

Jalan-jalan menikmati Candi Prambanan,
Ada patung Jonggrang yang berdiri kesepian.
Hening dan sunyi berdoa di hadapan Tuhan,
Demi menentukan hidup dan masa depan.

Cawas, dalam hening dan sunyi…

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version