Keteguhan Hati

0
Ilustrasi: Keteguhan seorang isteri mendamping suaminya. (ist)

Rabu 7 Agustus 2024.

Yer 31:1-7.
MT Yer 31:10.11-12ab.13.
Mat 15:21-28

KETEGUHAN hati menunjukkan sebuah karakter seseorang yang memiliki keyakinan kuat dan keberanian untuk bertahan pada prinsip atau tujuan yang benar.

Keteguhan hati melibatkan keberanian untuk tetap teguh dalam menghadapi rintangan, hambatan, atau godaan yang muncul di sekitar kita. Konsep ini senantiasa ditekankan dalam ajaran agama Islam, tetapi nilainya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Keteguhan hati menuntut seseorang untuk tidak mudah tergoyahkan, terlepas dari situasi atau tekanan yang dihadapi. Pentingnya keteguhan hati menjadi kunci dalam mencapai tujuan-tujuan hidup yang diinginkan, baik dalam aspek spiritual maupun kehidupan sosial.

“Tidak terhitung betapa banyak kata mencibir dan meragukan kesungguhanku,” kata seorang sahabat.

“Bahkan datang dari orang-orang terdekat dalam hidupku. Namun aku anggap sikap dan kata mereka sebagai pelecut semangatku untuk berhasil.

Kesalahanku adalah berada di tempat yang salah di waktu yang salah. Yakni menumpang di rumah sahabatku yang ternyata seorang pemakai barang terlarang.

Meski hasil test urineku tidak menunjukkan bahwa saya pemakai. Namun saya wajib lapor dan terbawa-bawa kasus temanku.

Maka saya selalu menguatkan hati dan berjuang hingga nama saya benar-benar bersih. Semua orang boleh meragukan aku, namun Tuhan yang tahu yang sebenarnya, pasti akan menjagaku,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”

Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.”

Perempuan ini menunjukkan keberanian yang luar biasa. Dalam konteks budaya saat itu, orang Kanaan dianggap sebagai orang luar dan sering dipandang rendah oleh orang Yahudi. Namun, wanita ini tidak membiarkan hal itu menghalanginya. Dia datang dengan penuh keyakinan dan kerendahan hati, menyerahkan segala sesuatunya kepada Yesus.

Ketika Yesus awalnya menolak permintaannya, wanita ini tidak menyerah. Dia tetap bersikeras dan dengan rendah hati menjawab Yesus, “Benar, Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”

Iman wanita ini tidak tergoyahkan oleh penolakan atau kesulitan. Dia memahami betul bahwa meski dia bukan dari bangsa pilihan, kasih karunia Tuhan mencakup semua orang. Iman yang teguh ini membuat Yesus terkesan dan akhirnya menyembuhkan putrinya.

Peristiwa Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan menghargai iman yang tidak pernah menyerah dan percaya penuh pada-Nya.

Tuhan membuka tangan-Nya lebar untuk semua orang yang datang kepada-Nya dengan iman dan kerendahan hati. Kasih karunia Tuhan tersedia bagi setiap orang yang mencari-Nya dengan tulus.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku punya keteguhan hati dalam membangun kehidupan yang diwarnai banyak kesulitan dan permasalahan ini?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version