Kalau realitas ini sedang anda alami sebagai suami dan isteri janganlah mencari kesalahan dalam diri pasanganmu.
Juga jangan menganggap diri benar dan merasa berhak mengatakan sesuatu yang sifatnya tidak membangun, tidak mendukung, kurang simpatik dan kadang menyakitkan. Kalau api cinta itu sudah mulai padam, bara kasih sayang sudah mulai redup dan percikan kehangatan dan kerinduan juga sudah mulai melemah, jangan juga mencari jawaban di luar diri anda.
Jawaban terdalam dari semuanya itu ialah dalam dirimu, dalam hatimu, di lubuk sanubari terdalam. Di sanalah nyata jawabannya. Maka jawaban itulah yang perlu digali dan disharekan dengan pasangan masing-masing dengan terbuka, sabar dan rendah hati.
Inilah sekelumit percikan-percikan yang saya rangkum dari seorang pembicara yang memaparkan bagaimana membangun keluarga bahagia. Dikatakan lebih jauh bahwa tidak ada manusia yang sempurna, dan juga tidak ada keluarga yang lepas dari masalah hidup seperti; kemarahan, kejengkelan, salah paham, salah mengerti dan kecemburuan.
Tetapi hindarilah penghinaan dan kekerasan karena itu akan melukai hati dan perasaan pasanganmu sebagai insan manusia. Hidup kita bukanlah mau menyelesaikan masalah tetapi terutama untuk menghadapinya. Ingatlahlah bahwa pasanganmu adalah “hadiah” istimewa yang hidup dari Allah untukmu.
Tidak ada hadiah terbaik selain suamimu mengatakan, “Ya untuk bersama denganmu seumur hidup dalam untung dalam malang, di waktu sehat dan sakit.”
Juga tidak ada hadiah yang paling indah ketika isterimu disertai tangisan kebahagiaan, mengatakan dengan isak tangis keharuan, “Saya mau hidup bersama denganmu walau “badai” hidup melanda.”
Ini merupakan suatu keajaiban saat anda yang berbeda sifat, karakter, pembawaan bersatu dalam janji nikah.
Tetapi, ingatlah juga bahwa pasanganmu bukanlah yang terbaik tetapi ia mencoba hadir di sisimu dengan cara terbaik yang ia miliki. Dia juga bukan yang paling sempurna tetapi dari keterbatasannya ia mencoba mengerti dirimu dengan kemampuan yang ia punyai. Dia bukan juga yang paling cantik dan tampan, tetapi ia berkeinginan mau mengubah hidupmu menjadi lebih bersemangat, optimis dan bergairah.
Ia juga bukan yang paling hebat namun ia bertekad membuat perbedaan dalam diri dan hidupmu.
Maka ketika cinta itu tidak lagi bergema, carilah pelabuhan pertama di mana anda mulai merajut kisah cinta lama beberapa tahun silam. Saat itu anda mulai jatuh cinta dan mengutarakan isi hati masing-masing,cinta. Indah dan semuanya indah, rasanya dunia ini milik anda berdua dan yang lain hanya kos atau kontrak. Ketika sayang itu sudah mulai pudar, kenanglah pelabuhan kedua, saat anda berdua di hadapan saksi dan pejabat gereja, diwarnai kehadiran banyak orang. Saat itu semua indah, berkesan dan kamu berdua merasa sempurna karena telah bersatu dalam Sakramen Perkawinan. Dan kalau percikan kerinduan itu juga sudah mulai melemah ingatlah dermaga selanjutnya, saat kelahiran anakmu yang pertama. Dan masih banyak lagi dermaga cinta dan pelabuhan kasih sayang yang menunggu anda di depan (Perayaan 25 tahun perkawinan dst).
Bawalah keluargamu sampai ke pelabuhan terakhir, sehidup semati.
****
Saudara-saudari terkasih dan teman-teman sekalian, selimutilah komitmenmu dengan kesabaran dan kerendahan hati. Rangkullah keluargamu dengan keterbukaan dan kelemah lembutan. Dan eratkanlah hatimu masing-masing dengan keyakinan bahwa anda berdua SANGAT saling membutuhkan.
Kembalikanlah memori dan pelabuhan cinta dan dermaga kasih sayang yang nyata dalam diri anda berdua. Anda perlu penyegaran, kebersamaan, rileks dan pembaharuan komitmen dan janji. Akhirnya anda berdua akan mengatakan, cinta itu pulih kembali, sayang itu bersinar lagi dan percikan kerinduan itu kembali menjadi milik anda.
Karena itu, senjata paling ampuh untuk membangun keluarga bahagia ialah ketika anda mengatakan, “Aku tetap berada di sisimu dalam setiap pengalaman hidup karena bahagiamu adalah kegembiraanku dan dukamu adalah kesedihanku juga. Semoga.
Catatan
Tulisan ini hadir kembali sebagai hadiah kepada satu keluarga (umat), yang sudah lama sharing, tukar, konsultasi, meminta doa demi kerukunan berkeluarga. Bertahun mereka hidup dalam ketidak pastian. Rumah mereka bagaikan hotel atau tempat persinggahan di mana penghuninya seperti tidak saling mengenal. Mimpi, harapan, angan dan kerinduan mereka kini nyata. Keluarga itu “hidup dan bernafas kembali”. Mereka meminta hadiah istimewa yang sangat mahal untuk mereka tetapi murah dan gampang untukku. Tau apa yang mereka minta? Mereka hanya minta renungan hidup berkeluarga sebagai hadiahnya. Inilah hadiahnya. Doaku untukmu PASUTRI semoga tabah, sabar, teguh dengan komitmenmu dan setia dengan apa yang kamu janjikan.