Bacaan 1: 2Raj 4:8-11. 14-16a
Bacaan 2: Rm 6:3-4. 8-11
Injil: Mat 10: 37–42
Dalam kondisi badai yang buruk, Kapten kapal harus menentukan pilihan, yakni memilih yang terbaik dari yang terburuk.
Membuang seluruh muatan kapal yang sangat bernilai atau kehilangan kehidupan yang tak ternilai dan harus mengambil sebuah keputusan yang cepat dan tepat.
Badai dan gelombang tidak memberikan kesempatan untuk berunding atau merenung, “it’s now or never”.
Dalam perjalanan hidup kita, tentu saja juga ada badai dan gelombang yang tidak kalah hebat dan mengerikan dibandingkan badai di samudra.
Dan kita sebagai Kapten kapal kehidupan, juga dituntut keberanian dan ketegasan dalam mengambil keputusan.
Dalam peneguhannya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus mengatakan bahwa baptisan melambangkan kematian dan kebangkitan orang percaya bersama dengan Kristus.
Baptisan adalah unsur penolakan dosa dan komitmen kita kepada Kristus, yang menghasilkan aliran kasih karunia yang terus-menerus dan hidup kekal bagi kita.
Dengan baptisan, kita telah berani memilih untuk menjadi murid Kristus dengan segala konsekuensinya. Dengan baptisan maka kita telah menguburkan “manusia lama” atau “tubuh dosa” dalam kematian Kristus di kayu salib untuk memperoleh kehidupan kekal bersama-Nya.
Yesus sendiri tidak menjamin tidak adanya konflik, dalam hidup pasti ada konflik dan kita harus mampu mengatasinya. Yesus mengambil contoh ekstrem ketika menantang para pengikut-Nya untuk memilih antara keluarga atau kesetiaan kepada-Nya (dalam masyarakat Yahudi ikatan keluarga memang sangat erat).
Dan ini tentu saja sebuah pilihan sulit bagi mereka, disinilah para pengikut-Nya diuji. Sayang pada ikatan duniawi atau kesatuan bersama-Nya dalam kehidupan kekal.
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya,” demikian sabda-Nya.
Barangsiapa menyambut pengikut-Nya maka ia sama saja menyambut Diri-Nya dan juga Dia yang mengutus-Nya, ganjarannya adalah berkat baginya.
Dalam hal ini, perempuan Sunem kaya itu telah mendapatkan berkat seorang anak (yang tentu saja menyelamatkannya sebagai wanita Yahudi/tidak mandul) ketika ia menyambut dan memperlakukan Elisa sebagai seorang nabi dan abdi Allah.
Pesan hari ini:
Hidup adalah sebuah pilihan, berani memilih sebagai Kristen maka kita telah menguburkan “manusia lama” dan sanggup memikul salib pribadi untuk bangkit bersama Kristus dalam kehidupan kekal kelak.
Dalam setiap konflik iman yang kita hadapi maka loyalitas kepada Kristus adalah yang utama.
mencuci tangan dan jaga jarak 2 meter adalah pilihan terbaik untuk perlindungan kehidupanmu
Bersatu Melawan Coronavirus