Bacaan 1: Yer 7:23-28
Injil: Luk 11:14-23
Nurani adalah perasaan hati yang murni dan sedalam-dalamnya, lubuk hati yang paling dalam. Kata Yunani yang tepat untuk menggambarkan “hati nurani’ adalah “suneidēsis”, merupakan kesadaran moral.
Hati nurani selalu jujur sebab ia akan bereaksi saat ada tindakan dan perkataan seseorang bertentangan dengan sebuah standar benar dan salah. Hati nurani yang murni akan menyebabkan individu yang berbahagia.
Hati nurani yang jujur selalu mampu menerima kebaikan Allah dalam hidupnya.
Inilah yang diminta Allah melalui nubuat Nabi Yeremia kepada Bangsa Israel,
“Dengarkanlah suara-Ku, maka Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku, dan ikutilah seluruh jalan yang Kuperintahkan kepadamu, supaya kamu berbahagia!”
Allah ingin umat-Nya bahagia dan itu bisa didapat dengan cara sederhana: mendengarkan dan melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya. Namun meski sederhana, nyatanya sulit untuk dilaksanakan oleh umat pilihan-Nya itu.
Mereka tidak mau mendengarkan para utusan-Nya, apalagi memberi perhatian dan malah menegarkan tengkuknya, berbuat lebih jahat dari nenek moyang mereka saat keluar dari Mesir.
Hati nurani mereka sudah tumpul.
Hal ini terus berlangsung hingga zaman Yesus. Saat Ia mengusir roh jahat yang membuat bisu seseorang ternyata sebagian dari orang banyak yang ada bersama-Nya, bersikap skeptis. Mereka bahkan menganggap “kesaktian” Yesus berasal dari kuasa kegelapan, Beelzebul.
Hati nuraninya sudah tumpul dan tidak mampu mengenali keilahian Yesus. Jangankan percaya, bagi Yesus orang-orang demikian dianggap berseberangan dan ingin melawan-Nya. Maka Tuhan Yesus menantang mereka,
“Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku, dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Pesan hari ini
Lihatlah ke cermin, apakah kamu juga berseberangan dengan Tuhan Yesus?
Dengarkan dan laksanakan perintah-Nya agar hidupmu bahagia.
“Hati yang murni adalah cermin tanpa noda di mana gambar keindahan tak terbatas dipantulkan.”