Home BERITA Kilas Balik Krisis Politik di Libya untuk Gusur Sang Kolonel (4)

Kilas Balik Krisis Politik di Libya untuk Gusur Sang Kolonel (4)

0

14 Februari

Hanya 3 hari setelah Presiden Mesir Husni Mubarak dipaksa lengser keprabon, lalu muncul gerakan ajakan menggulingkan Presiden Libya Kolonel Muamar Kaddafi di situs jejaring sosial Facebook. Tragis memang, ketika Mubarak ingin didongkel rakyat Mesir, Kaddafi pun tegas mendukung gerakan politik menumbangkan Mubarak. Maklumlah, keduanya dikenal tidak akur dalam urusan peta politik Timur Tengah.

 

16 Februari

200 orang demo menentang aksi penahanan tokoh HAM di Benghazi, Libya kawasan timur. Polisi meringkus beberapa pendemo, meski saksi mata mengatakan kepada CNN, demo itu tak lebih sebagai “huru-hara” kecil atas terjadinya tawuran anak-anak muda.

18 Februari

Sementara di Ibukota Tripoli, ribuan massa mengelu-elukan Kolonel Kadaffi yang berkeliling kota dengan sedan limousine-nya yang terbuka, lagi-lagi di Benghazi puluhan orang menjadi bulan-bulanan kejaran aparat keamanan Libya. Para pendemo yang Meioritas aktivis HAM diburu karena dituduh menghasut massa anti Sang Kolonel. Laporan CNN menyebutkan, tak kurang 20 orang tewas dalam aksi kejar-tangkap ini.

19 Februari

Benghazi menjadi berdarah, setelah ratusan pendemo terlibat bentrok dengan aparat keamanan yang menembak dengan peluru tajam ke arah kerumunan pendemo. Para pendeomo tak lekang oleh tembakan gas air mata. Mereka malah makin semangat berdemo menentang kekuasaan Sang Kolonel hingga akhirnya 84 orang diberitakan menjadi korban tewas dalam hari-hari panjang penuh demo ini.

20 Februari

Saif al-Islam Kaddafi, putra terkasih Sang Kolonel yang disebut-sebut menjadi Putra Mahkota Libya, mengeluarkan ancaman kepada gelombang pendemo.  Libya, kata Saif, bisa menjadi ajang perang saudara kalau aksi-aksi demo itu tidak segera dihentikan.

[media-credit name=”Google” align=”alignright” width=”150″][/media-credit]21 Februari

Sang Kolonel mulai ditinggalkan oleh para pembantunya yang selama ini setia mengawal kekuasaannya. Harian Quryna melansir berita mengejutkan, ketika Menteri Kehakiman Libya mundur sebagai bentuk protes atas apa yang disebutnya “situasi berdarah akibat perlakuan keterlaluan dari aparat keamanan”.

22 Februari

Kaddafi unjuk muka, tampik di televisi pemerintah mengatakan: “Saya takkan meninggalkan Libya dan rela mati di bumi Libya sampai kapan pun.” Tak jelas, mengapa Dewan Keamanan PBB langsung bereaksi keras dengan mengeluarkan ancaman politik berupa kecaman atas kekerasan dan penggunaan senjata oleh aparat keamanan Libya dalam menumpas demo-demo anti Kaddafi.

23 Februari

Sekjen PBB Ban Ki-moon yang asli Korsel ini juga ikut menambah komentar panas dengan ucapannya. Ia mengutuk keras aksi kekerasan atas HAM dan mengancam akan menyeret mereka yang brutal menentang HAM dengan kekerasan akan segera dihukum.

[media-credit name=”Google” align=”aligncenter” width=”300″][/media-credit]25 Februari

Washington tak kalah sikap. Tahu bahwa Dewan Keamanan PBB melakukan manuver politik, maka Presiden AS Barrack Obama secara sepihak memutuskan membekukan seluruh asset Libya di AS. Washington sejak puluhan tahun memang tidak harmonis dengan Tripoli dan hubungan mereka semakin memburuk setelah agen-agen rahasia Libya terlihat dalam pemboman pesawat PanAm  di Lockerbie, Skotlandia.

26 Februari

DK PBB mengeluarkan resolusi pemberian sanksi terhadap Libya. Di antaranya adalah penetapan embargo jual-beli senjata ke Libya, membekukan semua asset Libya di LN, menangkal bepergian semua anggota keluagar Kolonel Kaddafi. DK PBB juga merekomendasi memburu Kaddafi  ke Pengadilan Internasional atas tuduhan melakukan kejahatan melawan kemanusiaan. Sementara itu, kelompok oposisi anti pemerintah Kaddafi secara aklamasi menunjuk mantan Menteri Kehakiman Mustafa Abdul Jalil sebagai simbol perjuangan melawan Sang Kolonel.

28 Februari

Giliran Uni Eropa main politik. Ia memberlakukan embargo senjata terhadap Libya dan membekukan semua asset keluarga Kaddafi yang disimpan di Eropa.

1 Maret

Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi mendepak Libya dari keanggotannya di Dewan HAM PBB.

7 Maret

NATO mulai mengirimkan pesawat udara mematai-matai Libya, berkaitan dengan meningkatnya aksi-aksi kekerasan di negeri kaya minyak ini.

17 Maret

DK PBB menerapkan aturan larangan terbang di seluruh kawasan udara Libya. Artinya, semua pesawat militer –kecuali sipil komersial—dilarang terbang, sekalipun mengudara di wilayah terirorial negaranya sendiri. Berani terbang berarti risiko ditembak jet-jet tempur AS dan NATO, pendukung paling getol setiap resolusi PBB.

18 Maret

Menlu Libya menyatakan telah memberlakukan “gencatan senjata” untuk menghentikan konflik antara masa pendukung dan anti Kaddafi. Namun, sumber orang dalam Libya mengatakan, aksi-aksi kekerasan menindas rakyat masih tetap berlangsung.

19 Maret

Pasukan Koalisi terdiri dari AS, Inggris dan Perancis mulai menerapkan Operasi Fajar Odyssey untuk menegaskan aturan PBB no fly zone di Libya. Untuk mendukung operasi militer guna meraih air superiority ini, Koalisi menembakkan tak kurang 110 peluru kendali tipe Tomahawk dari kapal-kapal perang Inggris dan AS yang belajar di Laut Tengah. Sasaran tembakan adalah pusat-pusat pertahanan udara Libya dan silo-silo rudal di bawah tanah.

20 Maret

Kolonel Muammar Kaddafi berang. Melalui siaran televisi pemerintah, dia membela diri akan berjuang menentang semua bentuk agresi asing di Libya.

24 Maret

NATO mengambil alih komando operasi militer penerapan no fly zone yang diterapkan PBB atas Libya.

26 Maret

Dunia terhenyak marah, ketika seorang perempuan Libya tiba-tiba merangsek masuk sebuah hotel internasional dimana banyak menginap para jurnalis asing. Dia menangis mengadukan nasibnya telah disekap oleh tentara Kaddafi selama 2 hari dimana dia diperkosa beramai-ramai oleh tak kurang 15 tentara. Nama perempuan malang ini adalah Eman al-Obeidy. Namun pemerintah buru-buru mencapnya sebagai WTS yang belakangan sebutan itu dikoreksi. Para tersangka pemerkosa diproses di pengadilan, namun malah menggugat kembali al-Obeidy.

Maret 30

Menlu Libya Moussa Koussa yang tengah melakukan perjalanan dinas ke Inggris membelot dan minta suaka politik di London.

31 Maret

NATO melancarkan operasi militer bersandi  Melindungi Libya dengan sasaran jelas yakni embargo senjata, penerapan no fly zone dan bertindak tepat melindungi masyarakat sipil Libya.

[media-credit name=”AFP PHOTO / FILIPPO MONTEFORTE” align=”aligncenter” width=”300″][/media-credit]6 April

Presiden Kaddafi mengimbau Presiden Barrack Obama agar segera menghentikan aksi pemboman atas wilayah Libya. Kaddafi berdalih, para pemberontak itu juga “musuh AS” yang tak layak dilindungi dan dibantu, karena mereka itu teroris dan anggota al-Qaeda.

29 April

Kaddafi menunduh NATO bersekongkol ingin menjarah Libya yang kaya minyak.

30 April

Jet pembom NATO menjatuhkan bom di sebuah rumah di jantung Tripoli dan menewaskan Saif al-Arab, salah satu anak Sang Kolonel berikut beberapa cucunya.

8 Mei

Al Obeidy yang mengaku diperkosa ramai-ramai oleh serdadu Libya melarikan diri meninggalkan tanah airnya atas alasan keselamatan. Ia mengaku berhasil melarikan diri ke Tunisia atas bantuan perwira militer yang membelot hingga kemudian bisa terbang ke Qatar. Namun sebulan kemudian, Obeidy dideportasi kembali ke Libya.

22 Mei

Uni Eropa membuka kantor perwakilan di Benghazi.

8-13 Juni

Sejumlah negara Barat termasuk Jerman dan Spanyol mulai buka suara mendukung terbentuknya Dewan Pemerintahan Transisi Libya sebagai wakil resmi pemerintahan Libya.

1 Juni

NATO memperpanjang operasi militernya hingga 90 hari ke depan.  Menteri Perminyakan Libya membelot dan minta suaka politik ke Italia karena melihat kesengsaraan bangsanya.

14 Juni

Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma menuduh NATO sengaja mengobrak-abrik Libya untuk tujuan melengserkan Sang Kolonel atas nama resolusi PBB.

27 Juni

Pengadilan HAM Internasional di Den Haag mengeluarkan memo penangkapan atas Kolonel Muammar Kaddafi atas tuduhan kejahatan melawan HAM. Tuduhan sama juga dilancarkan kepada Saif al-Islam Kaddafi and iparnya Abdullah al-Sanussi.

15-27 Juli

AS dan Inggris bersama-sama mengakui Dewan Pemerintahan Transisi sebagai wakil pemerintah yang sah menggantikan rezim Kaddafi.

27 Juli

Obeidy mendapatkan suaka politik di AS, setelah 54 hari menetap sementara di Rumania di Badan Tertinggi Urusan Pengungsi Politik.

28 Juli

Pemimpin militer pasukan pemberontak ditembak mati bersama dua pembantu seniornya di Benghazi tak lama setelah mengumumkan kemajuan berarti menentang Kaddafi.

9 Mei

Pemimpin Dewan Pemerintahan Transisi Mustafa Abdel Jalil memberhentikan 14 angota dewan.

15 Mei

Kaddafi ngomporin masyarakat Libya yang setia kepadanya untuk segera menangkap para pemberontak. Dia juga menyatakan NATO akan segera kalah.

16 Agustus

Kolonel Roland Lavoie, jurubicara militer NATO, mengumumkan pasukan pemberontak berhasil menguasai sejumlah titik lokasi strategis di Libya. Segera, pernyataan Lavoie ini dibantah mentah-mentah oleh jurubicara pemerintah Musa Ibrahim, katanya, “Ah…itu tak bisa dipercaya. Buktinya, kami baek-baek saja kok!”.

18 Agustus

PM Libya al-Baghdadi al-Mahmoodi sesumbar, pasukan loyalis pemerintah punya kemampuan untuk menggilas habis para pemberontak. Ia juga mengimbau agar mereka mau duduk berunding memikirkan masa depan Libya secara bersama-sama. Hari yang sama, adik kandung jurubicara Musa Ibrahim mati kena rudal pesawat pembom NATO.

19 Agustus

Intelijen AS melansir berita tentang Kaddadi yang tengah menyiapkan serangan mematikan di Tripoli untuk mengusir agresor asing. Saat sama, pasukan pemberontak makin merangsek masuk Tripoli.

20 Agustus

Pasukan pemberontak makin menguasai titik-titik strategis di Tripoli.  Pejabat pemerintah membantah tuduhan pemberontak yang menyatakan Kaddafi diam-diam mengungsikan keluarganya keluar Libya.

21 Agustus

Kaddafi menyerukan para rakyat Libya agar bahu-membahu mempertahankan Tripoli, tak lama setelah beredar rumor atas tertangkapnya kedua anaknya.  Dalam perang kota sepanjang 12 jam di Tripoli itu diperkirakan korban tewas mencapai angka 1.300 jiwa dan luka-luka sebanyak 5.000 orang.

[media-credit name=”The Atlantic” align=”aligncenter” width=”300″][/media-credit]22 Agustus

Pihak oposisi mengklaim berhasil menguasai Tripoli. Namun Ketua Dewan Pemerintahan Transisi menambahkan, “Target utama kita adalah Kaddafi.”

23 Agustus

Pasukan oposisi mengklaim berhasil merebut 85% wilayah Tripoli, selain permukiman eksklusif Bab al-Aziziya yang menjadi markas persembunyian Kaddafi. Namun, dalam hitungan jam pasukan oposisi berhasil menerobos masuk pintu gerbang al-Aziziya. Untuk menangkal isu kebenaran berita itu, putra Kaddafi Saif al-Islam yang sebelumnya diisukan ditangkap muncul ke publik di Hotel Rixos dengan sangat pede. “Ayah dan seluruh keluarga kami baik-baik saja,” katanya.

Mathias Hariyadi, penulis dan anggota Redaksi Sesawi.Net.

Sumber: CNN

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version