DALAM perayaan memperingati pesta nama Wilayah St. Paulus Paroki Keluarga Kudus Katedral Banjarmasin, kilas balik sejarah dibeberkan kepada umat. Inilah yang terjadi, ketika Umat Katolik Wilayah St. Paulus Paroki Keluarga Kudus Katedral Banjarmasin menyelenggarakan perayaan pesta santo pelindungnya tanggal 29 Juni 2018 lalu.
Perayaan pesta nama Petrus dan Paulus itu terjadi di rumah keluarga Pak Sabar Siagian di Jl. Kompleks Perumahan Surya Gemilang.
St. Petrus dan St. Paulus dikenang sebagai tonggak kekuatan Gereja Perdana. Kedua nama Rasul ini dipakai menjadi nama pelindung dua wilayah Paroki Keluarga Kudus Katedral Banjarmasin. Itulah sebabnya, Pastor Paroki Romo Cosmas MSF sore hari itu merayakan Ekaristi di masing-masing wilayah.
“Misa di Wilayah Petrus terjadi pada pukul 17.00 dan misa di wilayah kita St. Paulus mulai pukul 19.00 WITA,” demikian pengantar Ketua Wilayah St. Paulus Pak Andreas Suyanto.
Romo Cosmas MSF memimpin Perayaan Ekaristi didampingi Diakon Tarsisius Asmat MSF.
Teladan semangat St. Paulus
Dalam homilinya, Romo Cosmas MSF menyapa umat dengan semangat persaudaran dan memberi apresiasinya guna semakin melengkapi sukacita umat Wilayah St. Paulus.
Ia menekankan pentingnya seluruh umat saling mendukung dan mendalami keutamaan-keutamaan, baik yang dimiliki, dihidupi, dan dikembangkan oleh Rasul Paulus yang telah dipilih menjadi pelindung wilayah.
Teladan Santo Paulus telah menjadi kekuatan Gereja menghadapi berbagai tantangan dengan penuh keberanian. Petrus-Paulus, keduanya sering disebut Dwi Tunggal, sama seperti di Indonesia ada Soekarno–Hatta.
Sekarang tentang kisah ‘Om Polu”, nama populer bikinan Romo Cosmas.
Luar biasa, demikian komentar romo, karena Tuhan telah mengubah sosok Saulus yang jenius dan mantan penganiaya umat Gereja Perdana menjadi Paulus Rasul Agung hingga akhirnya menjadi seorang pewarta andal.
Hal ini terpatri dalam ungkapan St. Paulus yang mengatakan, “Bagiku, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Celakalah aku, jika tidak memberitakan Injil.”
Romo Cosmas berharap agar umat Wilayah St. Paulus senantiasa meneladan semangat Paulus dalam hidup menggereja dan menjadi duta-duta perdamaian alias pewarta sukacita Injili. Kemampuan dan karakter umat yang berbeda-beda itu bisa disatukan untuk saling melengkapi sehingga bisa menjadi berkat bagi sesama.
Umat dimohon senantiasa mendoakan hirarki Gereja. “Begitu juga sebaliknya, saya senantiasa mendoakan seluruh umat dalam setiap doa pribadi saya,” kata Romo Cosmas.
Pemekaran Wilayah St. Paulus
Usai misa, Pak Aloysius Maradio spontan berdiri menceritakan riwayat pemekaran Wilayah St. Paulus yang telah berkembang menjadi empat wilayah. Dengan penuh semangat Pak Aloy, nama panggilan akrabnya, berkisah tentang kilas balik sejarah wilayah ini sebagai berikut.
Asal mula Paroki Keluarga Kudus Katedral Keuskupan Banjarmasin, sepanjang yang dia ketahui, dulunya hanya punya empat wilayah. Keempatnya itu adalah Wilayah St. Matius, Wilayah St. Yohanes, Wilayah St. Lukas, dan Wilayah St. Markus.
“Di tahun 1997-1998, Wilayah St. Markus mulai dimekarkan jadi dua yaitu Wilayah St. Markus dan Wilayah St. Paulus,” ungkap Pak Aloy.
Wilayah St. Markus meliputi daerah Pelabuhan Trisakti sampai Kompleks Wildan. Sedangkan, Wilayah St. Paulus meliputi daerah mulai Tower PDAM Jl. Zafri Zam-zam, Jl. Belitung sampai daerah Kuin.
“Kemudian pada tahun 2000, kami para penggerak komunitas lalu dikumpulkan oleh Romo Bijanta CM di Komunitas Susteran SPC Kompleks Rumah Sakit Suaka Insan untuk membicarakan pemekaran Wilayah Paulus,” terangnya kemudian.
Hadir pada saat itu adalah Pak Yohanes Demarto, Pak Petrus Suyana, Pak John Antonius, alm. Pak Abraham Aman, Pak Fabianus Mandur, Pak Agustinus Yatiman, Pak Hendrikus Maun, Bu Cathrine, Bu Subiono, alm. Pak Kaspie dan saya,” ungkap Pak Aloy.
Dengan catatan
Pada waktu itu, musyawarahnya berlangsung cukup alot. Itu karena kami belum siap bahwa Wilayah Paulus akan dimekarkan. Diskusi berlangsung hingga sampai larut malam. “Akhirnya kami berhasil mencapai kesepakatan mau memekarkan wilayah St. Paulus mejadi empat wilayah, namun masih dengan catatan,” kenang Pak Aloys.
Komunitas Biara suster SPC tetap masuk kawasan Wilayah St. Paulus, karena Santo Pelindung mereka adalah Rasul Paulus dan itu sekaligus menjadi pembatas antara Wilayah St. Paulus dan Wilayah St. Petrus. Demikian diungkapkan oleh Pak Aloy, mantan Ketua Wilayah St. Paulus dengan mimik khas yang membuat semua hadirin tertawa.
Ayah dua anak ini lalu berkisah lagi.
Adapun pemberian nama untuk masing masing wilayah itu diambil dari nama-nama para aktifis Wilayah St. Paulus yang saat itu hadir dalam rapat pemekaran tersebut, yakni:
- Alm. Pak Paulus Kaspie, sesepuh wilayah, nama babtisnya lalu dipakai sebagai nama wilayah induk sebelumnya yakni Wilayah Paulus.
- Pak Petrus Suyana, aktifis daerah Rawasari dan sekitarnya, nama babtisnya dipakai untuk wilayahnya bernama Petrus.
- Pak Agustinus Yatiman, aktifis daerah Kompleks DPR Gang 4 dan sekitarnya, dipakai namanya untuk Wilayah St. Agustinus.
- Pak Hendrikus Maun, aktifis Kompleks DPR Gang 5 yang dalam kesehariannya disapa Papa Stefan, maka wilayahnya lalu diberi nama Stefanus.