Home BERITA Kiong Koe Berkicau: Jangan Ngomong Doang

Kiong Koe Berkicau: Jangan Ngomong Doang

0
Ilustrasi: Teknologi juga bisa menjadikan orang malas gerak. (Ist)

Mat 7:21-29

 DALAM hidup bersama entah di keluarga, komunitas religius dan masyarakat kita seringkali mendengarkan pernyataan seperti ini,

“Jangan ngomong doang dong… ayo kerja. Bisa juga nadanya seperti ini, “Ah…ojo banyak bacot lu, coba  lu yang kerja. Yang lain nadanya seperti itu, ah bisanya cuma ngomong dan perintah orang doang, belum tentu juga kamu bisa kerja.”

Saya sangat yakin, kita semua hampir pernah mengatakan kata-kata bernada kesal seperti di atas.

Dalam pengalaman hidup kita biasanya kata-kata bernada kesal seperti itu, muncul tatkala  kita tampil menjadi wasit terhadap hasil karya orang lain.

Atau saat ketika kita sedang bekerja dan orang datang menilainya. Mutu sebuah karya itulah yang akan menjadi bahan pembicaraan dan penilaian orang.

Jika mutu kerjanya baik, maka nada omelan tadi tidak muncul. Sebaiknya, jika mutu kerjanya buruk, maka muncul kata-kata kesal tadi.

Orang bijak berkata, “Manusia yang hidup dan tinggal di tengah orang banyak memiliki konsekuensi penilaian. Hidup dan karya manusia erat sekali kaitannya dengan menilai dan dinilai, melihat dan dilihat, mendengar dan didengar dan seterusnya”.

Dunia komunitas manusia seperti itu adanya. Penilaian tidak hanya terjadi di dunia manusia seperti kita. Di dunia Tuhan Allah juga ada standar penilaian.

Simak kata-kata Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini.

Di akhir zaman manusia akan dinilai dari sikap perilakunya pada saat di dunia. Tuhan Yesus menganalogikan watak manusia yang bijaksana dan yang jahat itu seperti wadas dan pasir.

Orang baik itu disebut orang bijaksana. Dia adalah orang yang mencodongkan hati dan telinganya pada sabda TuhanYesus dan merealisasikan apa yang didengarnya dalam bentuk tindakan yang konkrit.

Orang seperti ini, oleh Dia digambarkan sebagai wadas yang kokoh tidak goyah bila diterjang badai.

Sedangkan orang jahat itu, Dia ilustrasikan sebagai pasir. Mereka adalah orang yang mendengar Sabda Tuhan Yesus, tetapi tidak mau merealisakan kata-kata Tuhan Yesus ke dalam tindakan yang konkrit.

Nasib orang jahat ini,  di akhir zaman jahat akan seperti pasir yang terlempar dengan mudah ke jurang maut. Dia tidak bisa berdiri tegak di depan Tuhan Yesus saat memasuki babak penilaian di depan pintu surga yang sempit.

Dalam analogi kebijaksanaan dunia Timur, “Orang bijaksana adalah orang berisi mempunyai kualitas (berat). Sedangkan orang jahat dipandang sebagai kapas (ringan), tidak berisi dan tidak mempunyai kualitas berat.”.

Dari analogi Tuhan Yesus di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa jualan kata-kata romantis religius saja tidak cukup kuat untuk menjadi murid Tuhan Yesus yang berkualitas wadas.

Orang mesti mengimbangi kata-kata romantis religius ke dalam tindakan konkret.

Orang zaman now, bilang, “Jangan ngomong doang, buktikan dong”.

Seorang istri meledeki suaminya demikian, “Jatuh cinta itu pakai perasaan, merawatnya pakai penghasilan”.

 Lagi-lagi modal petentang-petenteng kata-kata romantis saja belum cukup. Orang mesti mewujudkan kata-kata ke dalam tindakan konkret.

Hidup manusia rohani itu, real bukan mengawang dan melayang.

Renungan: Bersabdalah ya Tuhan semoga kami tidak hanya mendengarkan, tetapi mengamalkannya dalam tindakan konkret.

Tuhan memberkati.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version