Yes7: 20-14; 8-10
YESAYA mempunyai kemampuan dalam bidang spiritual. Dia memiliki keahlian sebagai juru meramal. Sahabatku, jangan berprasangka jangan-jangan dia itu dukun. Atau jangan-jangan dia itu, pembaca garis tangan orang.
Atau jangan-jangan dia itu, dukun yang bisa membaca fluktuasi harga saham di tingkat internasional. Atau barangkali dia itu, dewa judi yang bisa memprediksi nomor-nomor kupon yang bisa keluar pada setiap putaran judi di Macao.
Sahabatku, kemampuan meramal Yesaya sama sekali tidak berkaitan dengan hal-hal seperti itu.
Kemampuan meramal Yesaya lebih kearah bidang “mistik” rohani. Dalam bahasa yang sederhana, orang beriman menyebutnya sebagai kemampuan membaca tanda-tanda zaman. Kemampuan seperti ini, tidak diraih dan diperoleh begitu mudah.
Ada banyak proses latihan, kesabaran dan ketekunan, sehingga Yesaya mempunyai kemampuan “mistik” rohani. Dan ramalannya erat sekali kaitannya dengan bidang rohani yang dia geluti saat itu.
Dalam “meramal”, dia tidak pernah menerawang tentang, kelak akan datang covid 19. Dia bukan penerawang yang memberitakan tentang ketakutan, kecemasan dan kepanikan masal. Apalagi menerawang tentang wabah kematian akibat terpapar covid 19.
Yang diramal oleh Yesaya adalah tentang kedatangan Sukacita besar bagi seluruh bangsa. Sukacita itu adalah “Emanuel” yang artinya Allah beserta kita.
Emanuel yang diramal oleh Yesaya bukan Emanuel yang berpangku tangan dan tinggal diam di tempat yang nyaman. Bukan juga Emanuel yang senang mencari titik aman.
Dalam penglihatan rohaninya, Emanuel yang akan datang itu adalah Emanuel yang keluar dari istana raja dan memilih tinggal dan hidup di tengah umat manusia yang sering riskan dan jatuh akibat kelemahan. Di kemudian hari, oleh bacaan Injil hari ini (Luk 1:26-38), ramalan Yesaya tadi terjawab melalui wanita muda yang bernama Maria. Dan wanita muda ini, mengandung dari Roh Kudus.
Bayi dalam kandungan oleh Roh Kudus inilah yang disebut Emanuel oleh Yesaya sebelumnya. Emanuel ini, turut menyertai perjalanan hidup Maria dalam melawan kecemasan dan ketakutan terhadap tekanan perasaan manusiawinya, “bagaimana mungkin aku bisa mengandung, sementara aku ini belum bersuami? Apa kata tunanganku dan kata orang nanti?”
Emanuel memang tidak pernah menakut-nakuti orang. Selaras dengan nama-Nya, Allah beserta kita. Atau Allah bersama kita! Di tengah wabah covid 19 ini, apakah Emanuel yang diramalkan oleh Yesaya dan yang dikandung oleh Maria ini, mampu membentengi berita dukacita dan kematian yang terus viral “di medsos” akhir-akhir ini? Bisakah kita membawa Emanuel ini, menjadi berita sukacita yang memberikan harapan kepada publik, “habis gelap, terbitlah terang”?
Emanuel mustahil meninggalkan kita sendirian. Anggap saja hidup di saat wabah ini, kita semua sedang diajar dan dihajar. Kalau semua mati dihajar, siapa lagi yang mengingat Emanuel? Pemazmur berkata, “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?”(Mzm 6:6).
Jadi, kita akan melewati masa-masa sulit ini, sambil menghidupi iman Emanuel. Maria sudah pernah melewati masa sulit dalam hidupnya. Dan dia disebut ibu orang beriman. Mari, kita belajar dari ketahanan iman darinya.
Renungan: Ya TUHAN, janganlah menghukum aku dalam murka-Mu, dan janganlah menghajar aku dalam kepanasan amarah-Mu. Kasihanilah aku, TUHAN, sebab aku merana; sembuhkanlah aku, TUHAN, sebab tulang-tulangku gemetar, dan jiwakupun sangat terkejut; tetapi Engkau, TUHAN, berapa lama lagi Engkau melenyapkan covid 19 ini? (Mzm 6:2-4).
Tuhan memberkati.
Apau Kayan, 25.3.2020