INI literasi tentang kisah Santo Petrus Kanisius. Bacaan disarikan dari Testamen Pater Petrus Kanisius bagian pertama.
Bagian pertama dari testamenku bertujuan untuk berterimakasih pada semua yang telah mendukung aku. Aku memohon agar mereka senantiasa memuji, menghormati, mencintai, Allah Putera yang menjelma.
Semoga semua, yang telah diciptakan maupun yang masih akan diciptakan, memuji dan memuliakan Pencipta. Semoga pula melalui kebaikan, aku yang dilahirkan dari dosa, menjadi ciptaan baru dalam Kristus.
Semoga bersama banyak orang lain layak ikut lahir kembali dari rahmat Kristus, sebab tiada hal lain yang lebih berharga dari itu.
Aku lahir di tahun 1521 saat kepausan Paus Leo X dan pemerintahan Kaisar Karel V. Aku lahir tanggal 8 Mei 1521 di Nijmegen, Ibukota Kadipaten Geldern. Orangtuaku adalah warga yang cukup terpandang dan sampai akhir tetap beriman Katolik. Sebab waktu itu telah mulai tersebar ajaran sesat yang telah meracuni banyak kawasan Jerman dan senantiasa mencoba menipu orang-orang.
Syukurlah orangtua dan kerabatku, demikian pula penderma, sahabat, maupun guruku dan semua, yang sejak masa kanak-kanakku senantiasa memperhatikan badan dan jiwaku, tetaplah setia dalam kasih sejati. Aku secara khusus ingin bersyukur akan para penderma, semoga kebaikan mereka mendapatkan imbalan abadi dari Kristus.
Semoga kebaikan mereka yang tidak bisa aku balas, mendapatkan balasannya pada Hari Kebangkitan orang-orang benar. Mereka dengan berbagai cara mendukung dan melindungiku sejak di masa kecilku dan bahkan sejak di kandungan ibu.
Syukurlah bahwa mereka sering kali menjagaku dari bahaya dan mendidikku secara Katolik. Dengan tak terhitung mereka melakukan itu, dan senantiasa memohonkan perlindungan baik dari malaikat maupun sesama terhadap diriku.
Karena itu pujilah nama-Nya yang kudus, sebab segala sesuatu adalah dari-Nya, oleh-Nya dan untuk-Nya. Sebab Dialah yang memberikan hidup dan nafas dan segala sesuatu.
Renungan
Kita baru saja mendengar bagian pertama dalam Testamen Pater Petrus Kanisius. Di dalamnya, St. Petrus Kanisius menceritakan situasi yang terjadi pada masa kelahirannya. Ia juga menceritakan mengenai begitu banyak orang yang mendukung dirinya semasa ia kecil. Dari kisah tersebut, kita dapat merenungkan mengenai kata “peristiwa” dan “pribadi”.
Hidup kita terbentuk dari rangkaian peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Apa yang kita rasakan maupun apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh peristiwa apa saja yang pernah kita alami. Jika kita dilingkupi oleh banyak peristiwa yang menggembirakan maupun meneguhkan, kita akan tumbuh menjadi pribadi yang gembira dan penuh harapan.
Namun sebaliknya, jika banyak dilingkupi peristiwa yang menyakitkan maupun mengancam, kita mungkin akan tumbuh menjadi pribadi yang pendiam atau penakut. Di dalam suatu peristiwa juga selalu ada tokoh atau pribadi. Oleh karena itu, hidup kita juga dibentuk oleh beragam pribadi yang ada di sekitar kita.
Tentu, yang paling dekat dengan diri kita masing-masing adalah orangtua kita, kakak-adik kita. Selain dari keluarga, ada pula tetangga dan teman-teman kita. Di sekolah, hidup kita dibentuk melalui pendidikan dari para guru serta pertemuan kita dengan teman-teman sekolah.
Menyadari segala macam peristiwa maupun pribadi yang ada di sekitar kita dan berpengaruh dalam hidup kita, bukanlah untuk menumbuhkan penyesalan dan trauma. Meskipun tidak sempurna dan dihiasi terang dan gelap, hidup kita bukan untuk disesali.
Segala sisi baik maupun sisi buruk yang kita alami adalah anugerah dari Tuhan agar kita bisa belajar dari peristiwa yang terjadi.
Tuhan menganugerahkan kita peristiwa yang baik agar kita mau bersyukur kepada-Nya dan membagikannya kepada sesama. Tuhan menganugerahkan peristiwa yang membuat kita bersedih, agar kita dapat menjadi pribadi yang kuat dan semakin mau berserah kepada-Nya.
Lebih lanjut, panggilan hidup kita pun dapat terbentuk melalui peristiwa dan pribadi-pribadi dalam hidup kita. Dalam hidup St. Petrus Kanisius, panggilan untuk menjadi pembela iman yang teguh juga terbentuk dari situasi di zamannya.
Semoga melalui inspirasi Santo Petrus Kanisius, kita dapat semakin banyak bersyukur atas kelahiran dan kehidupan kita, termasuk pribadi-pribadi yang ada di dalamnya. Semoga pada akhirnya kita juga dapat menemukan panggilan hidup kita masing-masing, seperti Santo Petrus Kanisius menemukan panggilannya.
Pertanyaan reflektif
- Apa hal unik yang terjadi ketika aku lahir ke dunia? Apa yang terjadi dalam keluargaku?
- Apa peran pribadi-pribadi yang pantas aku kenang dan aku syukuri di masa awal hidupku?
- Apakah aku sudah mulai menyadari kira-kira Tuhan menginginkanku atau memanggilku untuk menjadi orang seperti apa?
Doa
Ya Tuhan yang penuh kerahiman, lepasakan kami dari manusia lama kami dengan seluruh kecenderungan dan sifat buruk yang menjadi bagian dari diri kami. Pandanglah kami, supaya dari hari ke hari pandangan-Mu itu memperbaharui hidup kami.
Kobarkanlah kehendak dalam diri kami untuk menghayati keutamaan-keutamaan Kristiani agar menyempurnakan hal yang masih kurang dalam diri kami.
Ajari kami menghalau godaan-godaan berat dan bahaya yang datang, terutama yang menghalangi rahmat panggilan kami dalam keluarga-keluarga besar Yayasan yang bernaung dalam nama Santo Petrus Kanisius.
Ya Tuhan berikanlah kepada kami hal yang sebaliknya, yaitu kekuatan jiwa untuk bertahan dan mengalahkan godaan. Berikanlah kepada kami rahmat perseveransia, ketekunan dan daya tahan, supaya sampai mati kami setia terhadap panggilan kami sebagai guru, staf, dan pelajar.
Tambahkanlah di dalam hidup kami rahmat untuk menghayaM nilai-nilai disiplin, peduli, unggul, jujur, dan merdeka supaya kami dapat menghaturkan korban persembahan yang berkenan kepada-Mu, secara terus menerus dan sempurna. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.
PS: Teks ini ditulis Frater Arnold Lintang Yanviero SJ sebagai bahan Novena Petrus Kanisius Yayasan Kanisius Cabang Surakarta pekan kedua.
Baca juga: Hari Petrus Kanisius: Yayasan Kanisius Cabang Surakarta warisi hidup rohaninya (1)