PERAYAAN Hari Tubuh dan Darah Kristus hari Minggu tanggal 19 Juni 2022 kemarin juga disebut Hari Raya Corpus Christi. Bertujuan untuk menghormati Ekaristi.
Pada abad VIII, banyak pihak yang selalu mempertanyakan kehadiran Kristus di dalam Ekaristi Kudus. Namun pada tahun 1264, Paus Urbanus IV kemudian menetapkan Hari Raya Tubuh Kristus. Guna menekankan bahwa di dalam Ekaristi, Kristus di dalam hakikatnya sendiri ada bersama kita.
Kehadiran Kristus di dalam rupa roti dan anggur juga menggenapi nubuat para nabi bahwa Yesus adalah imam untuk selama-lamanya menurut aturan Melkisedek (Mzm. 110:4). Sebagai makanan rohani, tentu saja kesiapan hati kita menjadi syarat serta kesediaan untuk mau berkurban sebagaimana Kristus wartakan.
Demikian pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, harapannya adalah agar kita semakin menghayati makna perayaan ini. Pada perayaan ini pula, biasanya menjadi momen yang tepat bagi anak-anak untuk menerimakan Komuni Pertama di gereja parokinya masing-masing.
Gereja St. Theresia Lisieux Paroki Boro Malang
Di Gereja St. Theresia Lisieux Paroki Boro di kawasan Pegunungan Menoreh, Kabupaten Kulon Progo, DIY, ada sebanyak 53 anak yang menerima Komuni Pertama.
Misa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus di Boro ini dipimpin oleh Romo Yustinus Andi Muda Pr dan Romo Romualdus Subyantara Putra Perdana Pr. Misa tersebut diadakan pada pukul 10.00 pagi dan ditayangkan secara live streaming melalui channel Gereja Boro oleh Tim Komsos Paroki Boro.
Suasana misa cukup ramai karena dihadiri oleh umat dan juga orangtua dari segenap peserta Komuni Pertama. Persiapan yang telah dilakukan bagi calon penerima Komuni Pertama antara lain bimbingan bersama bapak ibu katekis di wilayah masing-masing, serta telah menerimakan Sakramen Tobat.
Selanjutnya, tim inisiasi menyerahkan kepada Gereja Paroki Boro untuk diterimakan Komuni Pertama.
Pengalaman terima Komuni Pertama
Romo Andi dalam homilinya berbagi pengalaman ketika ia dulu menerima Komuni Pertama. Momen Komuni Pertama merupakan momen yang sakral. Yakni, karena imam telah mengkonsekrasikan hosti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Dan itu sungguh-sungguh memiliki makna mendalam.
“Bahkan saking mendalamnya, ada teman kami yang mencelupkan hostinya sampai kewer-kewer, sampai mau jatuh. Tapi untungnya ditolong oleh misdinar yang membawa patena,” tutur Romo Andi.
Suasana tersebut berubah dari roti biasamenjadi tubuh Kristus yang sesungguhnya. Maka dari itu, Romo Andi menyarankan para calon penerima Komuni Pertama merasakan Tuhan sungguh hadir untuk mengasihi mereka.
Perubahan
Romo Andi meyakini bahwa banyak di dalam hidup kita mengalami perubahan. Contohnya, dahulunya kecil, sekarang berubah menjadi besar.
Romo Andi menceritakan kisahnya ketika menjadi seminaris di Mertoyudan, berat badannya hanya 45 kilogram saja. “Kurus sekali, stunting, kurang gizi, kurus pendek seperti adik-adik yang di depan ini,” ungkapnya dengan candaan.
“Tetapi berat badan saya sudah naik menjadi 67 kilogram, gitu ya, karena asupan gizi dari jangan kentang,” ungkapnya sambil tertawa.
Dari hal tersebut, Romo Andi mengungkapkan bahwa ada perubahan fisik di dalam kehidupan. Ada pula perubahan dalam bidang pendidikan.
“Dulu ada yang ambil kuliah jurusan arsitek, tapi saat sudah bekerja malah bekerja di bank, ada yang dulunya ambil jurusan pertanian, tetapi saat sudah bekerja malah bekerja di kontraktor, jadi tidak sesuai dengan cita-cita atau harapan yang sungguh diidam-idamkan sejak kecil, itulah yang dinamakan perubahan,” ungkapnya.
“Atau juga, dulu yang waktu kecil kepengen menjadi imam, bruder, suster, atau kepengin menjadi uskup, lalu ketika beranjak dewasa, menjadi anak SMA, lalu ketika ditanya lagi, kamu pengen jadi apa?
Saya pengen jadi polisi, pengen jadi dokter, pengen jadi guru, pengen jadi bussinesman, lalu cita-cita yang dulu, yang pada waktu kecil itu, kepengen menjadi imam, bruder, suster, ikut berubah,” tutur Romo Andi.
Perubahan juga terjadi pada suasana akhir-akhir ini. “Pagi mulai panas, siang jadi mendung, sore hujan deras, tidak menentu perubahannya” lanjutnya.
Hal-hal yang direncanakan, atau yang diketahui dalam bulan-bulan ini sudahh memasuki musim kemarau tetapi justru masih hujan.
“Atau juga ketika adik-adik yang menerima komuni ini entah berapa tahun lagi merantau keluar dari wilayah Boro, lalu pulang beberapa tahun kemudian, Paroki Boro ini sudah semakin megah, sudah ada renovasi ini dan itu, berbeda daripada waktu saya saat menerima Komuni Pertama.”
Romo Andi menjelaskan bahwa dalam kehidupan selalu ada yang berubah.
Ia menyebut perubahan tersebut sebagai hal yang tidak kekal, hanya sementara saja. Alasannya karena mengubah itu lebih mudah daripada mempertahankan secara konsisten dan stabil pada apan yang dipilih dan dihidupi.
Mengubah sikap yang awalnya tidak baik menjadi baik lebih mudah daripada mempertahankan secara konsisten sikap baik tersebut.
Mengubah sikap yang tadinya malas belajar menjadi rajin belajar itu lebih mudah, daripada secara konsisten memiliki semangat belajar minimal satu jam sehari.
Alasan dari semua itu adalah karena mempertahankan secara konsisten dan stabil atas hal yang sudah dipilih dan dihidupi, yang menjadi niat-niat sangat tidaklah mudah atau banyak godaan.
Pribadi konsisten
Romo Andi juga menjelaskan bahwa Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus menjadi tanda cinta kasih Tuhan Yesus kepada manusia. Tuhan Yesus adalah pribadi yang tidak pernah berubah.
Tuhan Yesus adalah pribadi yang paling konsisten dan stabil untuk mengasihi dan mencintai manusia yang sering jatuh ke dalam dosa. Walaupun banyak godaan, tetapi Yesus tidak pernah tergoda untuk tidak mencintai manusia.
Meskipun Tuhan Yesus saat ini hanya dapat dirasakan dan disentuh dalam Sakramen Mahakudus, Tuhan Yesus tetap konsisten dan stabil untuk mengasihi kita semua.
Meskipun Tuhan Yesus hidup dua ribu tahun yang lalu, tetapi hidup Tuhan Yesus itu dapat dirasakan dalam kehidupan melalui sakramen Ekaristi.
Romo Andi mengimbau untuk memberikan penghormatan sedalam-dalamnya kepada Sakramen Mahakudus di dalam Hari Raya Tubuh dan Darah Kristuus Tuhan Yesus ini karena Tuhan yang diimani tidak pernah berubah dalam mengasihi dan mencintai manusia.
Selanjutnya Romo Andi mengajak seluruh umat untuk menyanyikan lagu Tuhan Yesus Tidak. Alasannya, agar semua belajar untuk menjadi pribadi konsisten untuk mengasihi diri sendiri, teman-teman, orangtua, bapak ibu guru, dan mengasihi sesama. Terlebih kepada sesama yang pernah membenci kita.
Dalam prosesi penerimaan komuni, para peserta menerima komuni dua rupa. Tentu saja prosesi tersebut dibantu oleh imam yang mencelupkan hosti ke dalam anggur yang keduanya telah dikonsekrasikan dan baru kemudian disantap oleh adik-adik yang menerima Komuni Pertama.
Suasana haru dan bahagia terlintas di benak para orangtua yang turut hadir dari belakang bangku umat.
Tentu saja momen bahagia tersebut selanjutnya diabadikan dengan sesi foto bersama para imam sebagai kenangan yang tidak akan pernah dilupakan.
Semangat dan profisiat untuk para adik-adik yang telah menerimakan komuni petama.
Berkah Dalem.
Dokumentasi: Tim Komsos Paroki Boro, Kulon Progo, DIY.