LAHIR di Jerman, lalu emigrasi ke AS dan tinggal menetap di Utica New York, namun kemudian berkarya dan dikenang sebagai orang kudus di Hawaii. Inilah segenggam kenangan jejak langkah yang ingin dihadirkan oleh sekelompok umat katolik dari Honolulu, Hawaii, dengan keputusan mereka mengikuti jejak langkah Santa Mother Marianne Cope yang tanggal 21 Oktober 2012 ini akan resmi dinobatkan Gereja sebagai orang kudus baru.
Perjalanan ziarah iman yang dimotori sendiri oleh Uskup Agung Honolulu Mgr. Larry Silva ini kemarin sempat menyambangi beberapa lokasi dimana tilasan mendiang Santa Mother Marianne Cope berada. Laporan harian terkemuka The New York Times edisi Rabu (17/10) kemarin memberitakan, misalnya, salah satu umat katolik Hawaii bernama Ivy Kahilihiwa sempat mendatangi dan menyapa Suster Rosanne LaManche di Biara Santo Antonius di Syracuse, New York.
Ia tidak sendirian. Dalam tiga bus besar itu ada sedikitnya 100-an orang umat katolik Hawaii yang sengaja datang ke New York untuk menyambangi –napak tilas—jejak-jejak kehidupan Santa Mother Marianne Cope semasa hidup di New York. Mereka berjalan berbaris rapi sembari kadang meneriakkan kata-kata O Makalupua, kata sapaan hangat untuk menyebut tokoh idola iman katolik di Hawaii yang sebentar lagi akan resmi menjadi orang kudus.
Bersama Mother Marianne Cope, umat katolik New York juga dibuat gembira karena pekan depan ini Paus Benedictus XVI juga akan resmi menobatkan Kateri Tekakwitha –warga asli New York—menjadi orang kudus. Setidaknya ada 7 orang, termasuk Cope, Tekakwitha dan Romo Jacques Berthieu SJ—yang resmi menyandang predikat sebagai orang kudus karena iman mereka akan Kristus.
“Mendiang Mother Marianne Cope sama seperti kita-kita ini,” kata Charlotte Recarte mengenang calon orang kudus yang pernah berkarya di antara orang-orang sakit lepra di Hawaii ini.
Mother Marianne Cope terlahir dengan nama kecil Barbara Koop di Jerman. Saat masih kecil berumur 1 tahun, bersama keluarganya dia dibawa emigrasi ke AS tahun 1889 dan kemudian tinggal menetap di Utica, New York. Imannya akan Kristus terbentuk saat aktif di Gereja Paroki Saint Joseph dan kemudian sekolah di situ.
Ketika ayahnya didera sakit, ia memutuskan bekerja di sebuah pabrik untuk membantu kehidupan keluarganya dan tahun 1862 –ketika adik-adiknya sudah besar dan mulai mandiri—ia memutuskan meninggalkan rumah dan masuk biara sebagai suster fransiskan di Biara Suster-suster Fransiskanes di Syracuse.
Tahun 1883, ketika sudah menjadi suster misionaris di Hawaii, Mother Marianne Cope merespon dengan penuh kesabaran dan kasih menangangi ribuan orang Hawaii yang waktu itu didera wabah penyakit kusta. Saking hebohnya wabah ini, setiap penderita langsung ‘diamankan’ dengan cara diambil paksa dari rumahnya untuk kemudian dikirim ke sebuah pula terpencil –semacam exile—dimana ribuan pasien kusta lainnya ditempatkan paksa.
Pulau itu berlokasi di sebuah tanjung tak jauh dari Molokai dan orang-orang di situ menyebutnya dengan Kalaupapa. Di sinilah, karya kasih yang luar biasa ditunjukkan Suster Marianne Cope dalam merawat ribuan orang pasien kusta.
“Saya tak pernah merasa takut ketularan penyakit ini,” kata Suster Cope dalam sebuah surat kepada sahabat karibnya.
Di Molokai inilah, jejak kasih karya amal Suster Marianne Cope tercatat hingga sampai 30 tahun.
Ia konon merawat pasien kusta dalam jumlah besar; sedikitnya 8.000-an orang. Baru tahun 1969, Kalaupapa resmi dinyatakan bersih dari wabah lepra. Dari 17 mantan pasien lepra yang pernah dirawat Suster Marianne Cope, 9 orang ikut dalam peziarahan iman dengan mengunjungi jejak langkah kehidupan Suster Cope di Utica, New York.
“Saya ingin tahu latar belakang hidup almarhum, sebelum akhirnya berangkat menjadi misionaris di tengah ribuan pasien kusta di Hawaii,” tutur Ivy Kahilihiwa, mantan seorang pasien lepra. Ia diasngkan ke Molokai tahun 1958 saat dirinya positif mengidap kusta. “Saya bersyukur melihat karya almarhum. Karena tidak semua orang mau pergi ke sana dan melayani orang sakit kusta,” tutur perempuan asli Hawaii yang berumur 76 tahun ini.
Jejak-jejak hidup Suster Marianne Cope di New York semasa kecil dan remaja juga tak luput dikunjungi para peziarah Hawaii ini. Umat paroki Saint Joseph’s menyambut gembira kedatangan para peziarah asing ini.
Perasaan haru bergelora di Biara Santo Antonius di Neumaan Communities di Syracuse, ketika rombongan mantan pasien kusta ini berhasil bertemu beberapa suster sepuh yang dulu pernah berkarya di Molokai meneruskan karya agung Santa Suster Marianne Cope. Salah satu perhatian mereka tertuju pada Suster Rosanne LaManche, kini berusia 92 tahun, yang pernah berkarya bersama mendiang Santa Marianne Cope.
“Waktu di sana, yang saya lihat hanya kuburan dan kuburan,” katanya seraya mengingat waktu pertama kali menginjakkan kakinya di Molokai tahun 1949. “Rasanya, Suster Marianne sudah layak dinobatkan sebagai orang kudus pada hari beliau wafat,” kenangnya terisak.
Sumber & Photo credit: The New York Times