Puncta 26.09.21
Minggu Biasa XXVI
Markus 9: 38-43.45.47-48
KITA semua mengenal konsep filosofi Yin dan Yang. Secara umum Yin dan Yang berarti hidup yang seimbang, harmoni.
Dalam kehidupan selalu ada dua unsur yang berlawanan, namun saling melengkapi dan menyatukan. Yin melambangkan hitam, gelap. Yang melambangkan terang, putih. Namun di dalam Yin ada Yang. Begitu pula sebaliknya.
Di dalam terang ada gelap. Di dalam hitam ada putih. Keduanya menyatu sebagai keseimbangan, harmoni alam semesta.
Segala hal dalam kehidupan ini tidak bisa berdiri sendiri, selalu didampingi hal yang berkebalikan. Laki-perempuan, aku-kamu, siang-malam, terang-gelap, baik-buruk, gagal-sukses, hidup-mati dan seterusnya.
Dengan melihat dari kedua sisi itu, maka kehidupan menjadi seimbang. Tidaklah mungkin kita hanya menerima salah satu sisi tanpa menerima sebaliknya.
Aku tidak bisa hidup tanpa kamu. Tak mungkin di dunia hanya ada laki-laki. Kita tak bisa hidup tanpa membutuhkan terang. Yang satu membutuhkan yang lain. Yang baik pasti juga ada sisi buruknya.
Selama hidup di dunia, tak mungkin hanya ada kebenaran tunggal.
Dalam Injil, para murid melarang orang lain mengusir setan karena dia bukan pengikut kita. Para murid ini berpikir eksklusif, tertutup tidak menerima orang lain berbuat baik.
Kebaikan seolah hanya milik kita. Mereka menutup kebaikan seolah menjadi milik kelompoknya sendiri.
“Guru, kami melihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.”
Yesus berkata, “Janganlah kamu cegah dia. Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjijat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.”
Para murid berpikir eksklusif egois. Tidak mau menerima kebaikan atau kebenaran orang lain. Yang diterima adalah kelompoknya. Orang lain tidak boleh mengklaim paling baik.
Yesus tidak mau berpikir demikian. Kebaikan dan kebenaran itu milik siapa pun. Bukan Cuma aku, kelompokku, agamaku.
Kadang orang terjebak dan berpikir keliru. Membela mati-matian kelompoknya walau dia berbuat salah dan melawan hukum. Jiwa korsa itu membela yang benar, bukan membela yang bayar.
Yesus justru berpikir ekstrem. Jika orang menyesatkan lebih baik dibuang ke dalam laut dengan diikat batu kilangan. Jika tanganmu menyesatkan, penggalah! Jika kakimu menyesatkan, penggalah! Jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah!
Lebih baik masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan bermata satu daripada dengan bermata dua dicampakkan ke dalam neraka.
Kita diajak terbuka menerima kabaikan orang lain. Bukan kita sendiri yang paling baik dan benar. Bahkan kita tidak boleh permisif dengan diri sendiri.
Kalau tangan kita membuat celaka orang, lebih baik tidak bertangan tetapi masuk ke dalam surga daripada tangan sempurna tetapi masuk neraka.
Mari kita bersikap terbuka terhadap yang lain. Aku membutuhkan kamu. Kita saling melengkapi.
Sore hari bunga berkembang.
Ada bintang di tengah kegelapan.,
Hidup itu harus seimbang
Agar dapat tercipta kedamaian.
Cawas, menjadi selaras.