Minggu 28 Januari 2024.
- Ul. 18:15-20;
- Mzm. 95:1-2,6-7,8-9;
- 1Kor. 7:32-35;
- Mrk. 1:21-28.
- SETIAP manusia memiliki dua sumber pedoman dalam melangkah, yaitu akal dan hati. Keduanya akan memberikan pertimbangan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Ada orang-orang tertentu lebih mengedepankan akalnya, sedangkan sementara lainnya lebih mengedepankan hatinya. Jika yang dikedepankan adalah akalnya, maka hasilnya akan berbeda dari umpama yang dikedepankan adalah hatinya.
Dan tentu, akan menjadi sempurna jika keduanya digunakan secara seimbang.
Saat ini, sedang bergulir gerakan untuk meninggalkan hati nurani, hingga pedoman hidup bersama bergeser pada kekuatan dan kekuasaan yang didukung pemodal besar dengan akal bulusnya.
Bahkan ada yang teriak, etik…etik.. etik… ndasmu. Sebuah pernyataan yang menunjukkan rendahnya pemahaman nilai kehidupan dan komitmen untuk menjunjung harkat martabat manusia yang dikendalikan suara hati.
“Awalnya saya tidak mengerti mengapa anakku yang paling kecil menangis terus pada hari itu,” kata seorang bapak. “Anakku itu berumur tiga tahun,” lanjutnya.
“Kami berusaha menenangkannya tetapi tetap saja dia menangis,” ujarnya.
“Kemudian kami sekeluarga membawanya ke rumah sakit,” sambungnya.
“Dalam perjalanan ke rumah sakit itu, hujan deras disertai angin yang kencang, dan dalam perjalanan itu anakku tertidur dan tidak menangis lagi,” lanjutnya.
“Setelah sampai di rumah sakit, dan mendapatkan perawatan seperrluanya, kami diminta pulang karena kondisi anakku baik-baik saja,” sambungnya.
“Dalam perjalanan pulang itulah kami, diberi tahu tetangga bahwa rumah kami tertimpa pohon besar yang ada dipinggir jalan di depan rumahku, saat hujan yang disertai angin tadi,” urainya.
“Saat itulah kami sungguh bersyukur pada Tuhan, karena melalui tangisan anakku, Tuhan menyelamatkan kami dari bencana yang menimpa rumah kami,” tegasnya.
“Tuhan sungguh berkuasa atss hidup kami. Dia menjaga dan melindungi kami dari kecelakaan serta mara bahaya,” imbuhnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.”
Tuhan Yesus berkuasa atas segala sesuatu di atas muka bumi, berkuasa atas roh jahat, dan juga berkuasa atas alam semesta ini.
Kehidupan kita adalah karya Allah. Semakin kita sadari dan kita renungkan, maka kita pun akan takjub akan karya dan campur tangan Tuhan dalam setiap peristiwa hidup kita.
Kita akan penuh keheranan dan mengucap syukur untuk kasih Allah dalam hidup kita. Manusia yang penuh dosa seperti kita, tetap menerima kasih Allah. Allah mengarunikan pikiran dan hati nurani untuk menuntun langkah hidup kita.
Dalam hidup ini, tidak semua peristiwa bisa kita pahami dengan akal budi, namun seringkali hanya bisa kita tangkap kebenarannya melalui pembatinan dalam hati nurani kita.
Sewaktu membutuhkan pertolongan, Allah mengulurkan tangan-Nya untuk menolong dan menyelamatkan bahkan menghibur kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku menemukan rahmat Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan yang aku jalani?