Puncta 25.08.21
Rabu Biasa XXI
Matius 23: 27-32
BANYAK tokoh hebat, raja atau kaisar membangun makam sangat megah dan indah.
Misalnya Taj Mahal di India, Piramida Giza di Mesir dan makam Kaisar Qin Shi Huang dari China.
Kaisar Qin berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan di China. Ia mengangkat dirinya menjadi kaisar, bahkan menyebut diri sebagai dewa.
Di balik semua kehebatannya, Qin dikenal sangat lalim, kejam, dan tangan besi.
Karena paranoidnya, Qin ingin hidup abadi. Ia memerintahkan para tabib mencari ramuan agar tidak mati. Tabib Xu Fu bilang bahwa ada ramuan keabadian di sebuah pulau.
Syaratnya ia harus menyiapkan tumbal 6.000 perawan.
Kaisar Qin memberi satu armada kepada Xu Fu untuk mencari ramuan. Namun Xu Fu tak pernah kembali ke China, karena takut akan hukuman Qin. Xu Fu mendarat dan menetap di Jepang.
Qin memerintahkan para tukang membuat rumah keabadian. Ia minta dibuatkan patung tentara untuk menjaga makamnya. 700 ribu budak dipaksa membangun makam yang sangat luas.
Agar tidak ada orang yang bisa menemukannya, para budak dipaksa mengurung diri hingga mati.
Ada kisah pilu dan keji lagi bengis di balik kemegahan dan keindahan makam.
Yesus mengecam kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat, “Celakalah kalian, hai Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kalian orang-orang munafik, sebab kalian itu seperti kuburan yang dilabur putih. Sebelah luarnya memang tampak bersih, tetapi sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.”
Kritikan yang sangat keras dan tajam bagi pemegang kunci surga dan kaum elite agama Yahudi. Mereka lebih menonjolkan penampilan luar, tetapi tidak menunjukkan hidup yang baik dan benar.
Penampilan di mimbar atau panggung hebat, tetapi di luar mengancam, menindas dan merampas. Senang menegakkan aturan agama, tetapi menerima “uang keamanan” dan “amplop tutup mata.”
Omongannya suci-suci, tetapi suka dengan tindak korupsi.
Yesus mengecam kemunafikan kaum Farisi dan elite agama Yahudi. Jangan meniru perbuatan mereka. Bisa jadi kita juga berlaku seperti kaum Farisi.
Hanya menekankan aspek lahiriah, membangun monumen yang megah, biar dinilai hebat dan wah, tetapi dalamnya penuh dengan penindasan, kecurigaan, kebencian, permusuhan, kemunafikan.
Seperti Kaisar Qin, setelah dia pergi, kerajaan hancur, para punggawa mundur, rakyat lebur.
Setelah monumen berdiri dengan megah, datang dinasti baru, kerajaan pecah, rakyatnya bubrah.
Begitulah kalau yang dikejar hanya hal-hal lahiriah, permukaan, kehormatan dan harga diri. Bisa jadi kita pun sering jatuh ke hal-hal demikian.
Kecaman Yesus itu juga ditujukan kepada kita.
Marilah kita bertobat dan memperbaharui diri.
Monumen lambang harga diri,
Dikenang setelah kita mati.
Mari kita memperbaiki budi.
Hidup jujur dengan hati nurani.
Cawas, belajar rendah hati….