KEPUTUSAN untuk menjadi seorang biarawati atau suster membutuhkan doa, dan pemahaman. Tentu saja, jika Tuhan memang “memanggil” untuk pilihan hidup yang luar biasa ini.
Orang berkeinginan mau menjadi biarawati adalah sesuatu yang tepat untuknya di zaman now yang menawarkan seribu satu pilihan hidup.
Hal yang sama dialami seorang Postulan, jika dia memutuskan mau bergabung masuk ke jenjang berikutnya: Novisiat.
Kebiasaan dalam Kongregasi SMFA, sama seperti berbagai tarekat religius lainnya, mereka yang menjadi Novis akan mendapat nama baru dan itu punya makna istimewa.
Mengandaikan sepenuhnya hidup sesuai dengan arti namanya. Fleksibel, setiap orang boleh mencari nama baru, tahu riwayat hidupnya yang mencerminkan harapannya atas nama itu. Kemudian menyampaikan nama baru tersebut kepada Pemimpin Umum Kongregasi SMFA.
Sr. Anastasia, seorang Novis baru, pada awalnya mantap memilih nama Sr. Atanasia SMFA. Tetapi, ketika Bapak Uskup Agung mengatakan “Saya memberi nama ‘Sr. Anastasia,’ sambil menyerahkan Konstitusi SMFA”, ia menjadi tercengang, dan berusaha tetap tenang.
Namun usai misa, Novis SMFA asal Keuskupan Sanggau itu segera menghadap Sr. Kristina SMFA, Pemimpin Umum, dan kurang lebih mengatakan demikian.
- “Bapak Uskup tadi telah menyebut namaku ‘Sr. Anastasia SMFA.’”
- Lalu Pemimpin Umum balik bertanya ”Lalu, kamu mau pilih yang mana?”
- Jawabnya dengan senyum manis, “Kupilih nama yang disebut Bapak Uskup”.
Dengan gembira dan tertawa lepas, ia menerima kesalahan nama yang membawa hikmat.
Entah mengapa, ini yang kedua kalinya namanya disebut “salah”. Sejatinya, nama baptisnya adalah “Yulita”, tetapi kemudian Akte Kelahirannya menulis Yulta. Ya, ampun, kok bisa ya.
Sr. Anastasia, semasa Postulan, adalah seorang pemain voli yang andal. Setiap kali ada event SMFA, dia selalu ikut mewakili tarekat. Postur tubunya kecil dan lencir, namun jangan tanya kalau bermain voli: dia sangat lincah di lapangan.
Sekarang dia sudah resmi menjadi seorang Novis, tahun kanonik. Kurang satu pemain voli andalan SMFA di lapangan olahraga.
Suster Rakyat
Kini, Sr. Anastasia memilih jalan yang mungkin akan dihindari sebagian besar orang zaman now. Ia memilih menjadi seorang biarawati dalam Kongregasi SMFA yang berkharisma “Suster Rakyat” yang artinya keberpihakan pada orang miskin dan tertindas.
Hidup solider dengan masyarakat biasa, bersikap sederhana dan bersahaja. Dua semangat Pastor Pendiri ini menjadi kharisma para suster Kongregasi SMFA yang tidak lain adalah “Suster Misi” dan “Suster Rakyat”.
Sesuai namanya SMFA yakni Suster Misionaris Fransiskan Santo Antonius yang kemudian disingkat menjadi SMFA.
Disebut “Suster Rakyat atau Volk Zisters dalam bahasa Belanda dan Sisters of the Common People dalam bahasa Inggris. Ini sesuai dokumen Kongregasi SMFA Mandiri 2008.
Kenal SMFA di Sosok, Sanggau
Kisahnya ingin menjadi suster biarawati berawal dari Paroki. Gadis kelahiran Randau tahun 1999 ini berasal dari Paroki Kemuliaan Tuhan, Balai Sepuak, Keuskupan Sanggau.
Ia mulai mengenal Kongregasi SMFA, ketika dia bersekolah di Sosok, Sanggau.
Ia sangat senang dan bahagia dengan pilihan nama Sr. Anastasia yang keluar dari mulut seorang Uskup Agung. Namun, tu tidak bisa dibandingkan dengan kesalahan yang terjadi dua kali atas namanya.
Rencana Tuhan itu sempurna dan tak ada yang bisa menebaknya.
Semoga proses pergulatan batinnya dalam pendidikan awal pada Kongregasi SMFA, Tuhan menunjukkan kasihNya setiap hari dan membuatnya mampu mengatasi perasaan–perasaan yang ditimbulkan dalam perjalanannya menanggapi panggilan Tuhan.
Proficiat Sr.Anastasia.
Kita doakan semoga rahmat panggilan yang sudah diterimanya tetap dijalankan dengan baik. Selamat menjalani hidup selibat. Tetap semangat, setia hingga akhir.
Tuhan memberkati.