GERAKAN anti korupsi sebagaimana digagas oleh Lembaga Ehem! di Filipina bertujuan mengembangkan sensitivitas orang –katakanlah semacam perasaan anti atau alergi– terhadap praktik korupsi. Tujuan jangka panjangnya tentu saja membentuk insan-insan dengan integritas pribadi yang boleh diandalkan.
Justru karena sasaran dan metode yang unik inilah, Yayasan Bhumiksara bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sebagai mitra kerja untuk memulai gerakan yang sama. Sebagai langkah awal, gerakan ini harus dimulai dari “rumah aman” sendiri yakni lembaga-lembaga gerejani yang berada di lingkungan KWI. Juga mengajak para tokoh masyarakat di sejumlah lembaga swasta maupun lingkungan bisnis.
Ketika ide ini pertama kali digulirkan oleh Yayasan Bhumiksara, ternyata KWI langsung merespon positif karena ‘dapur umum’ representasi hirarki gerejani di Indonesia ini sejak lama juga punya keprihatinan yang sama. Nah, gayung pun bersambut hangat ketika akhirnya berlangsunglah sebuah workshop selama dua hari secara maraton dengan para peserta terdiri dari para pejabat gerejani (imam) di lingkungan KWI, tokoh LSM, pelaku bisnis, yayasan gerejani.
Dengan mengusung tema Etika Kepemimpinan, akhirnya workshop Ehem! bisa terlaksana di Wisma Canossa Bintaro mulai Jumat hingga Minggu tanggal 15-17 Juni 2012. Sebanyak 32 peserta hadir dalam sesi workshop ini. Mereka datang dari lingkaran Kantor KWI, Yayasan Bhumiksara, APTIK (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik), Transparansi Internasional Indonesia, Indonesia Corruption Watch, ImaDei, ISKA (Ikatan Sarjana Katolik Indonesia), Komunitas GSC (Gaudium et Spes Community), Gerakan Anti Nyontek, dan sejumlah CEO dari lingkaran bisnis skala nasional. (Bersambung)
Photo credit: Paparan peta korupsi di Indonesia oleh Koordinator ICW Danang Widoyoko (Royani Lim)
Artikel terkait:
[…] KWI – Yayasan Bhumiksara – EHEM! Kembangkan Semangat Alergi terhadap Korupsi (2) […]