Lahirnya Rahwana

0
Ilustrasi - Pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pemandi. (Ist)

Puncta 23.12.23
Sabtu Khusus Adven
Lukas 1: 57-66

KELAHIRAN seorang bayi ditandai dengan firasat atau tanda-tanda. Ketika Rahwana lahir, alam memberi firasat buruk. Malam gelap gulita, angin seperti berhenti dan suara-suara makhluk malam bersahut-sahutan menakutkan. Serigala mengaum membuat hati seperti teriris sembilu.

Rahwana lahir dari nafsu manusia yang tak terkendali. Wisrawa, seorang brahmana yang bijak tergoda oleh kemolekan Sukesi, gadis muda yang sedang merekah bagai bunga pujaan para dewa.

Keduanya salah mengejar ilmu sastra jendra dan akhirnya jatuh kedalam pelukan birahi yang menggelegak.

Nafsu yang dahsyat itu melahirkan Rahwana (rah=darah, wana=hutan belantara), darah yang menggelora tak terbendung menjadi mala petaka.

Sebaliknya dalam kisah kelahiran Yohanes Pembaptis diliputi dengan suasana sukacita. Semua orang, para tetangga dan sanak saudaranya bersuka cita mendengar Elisabet mendapat anugerah Tuhan yang luar biasa.

Di mata Tuhan, segala sesuatu bisa terjadi. Tak ada hal yang mustahil. Elisabet yang mandul itu melahirkan anak laki-laki.

Karya Tuhan sungguh luar biasa. Semua orang dipenuhi dengan suasana gembira, bahagia, lega dan bangga. Akhirnya penantian yang sangat lama, dijawab oleh Tuhan dengan lahirnya seorang anak.

Yang bikin heran lagi, saat mereka akan memberi nama. Adat kebiasaan waktu itu, anak laki-laki memiliki nama seperti bapaknya. Tetapi Elisabet dan Zakharia membuat hal yang beda, tidak mengikuti adat istiadat. Mereka memberi nama anaknya Yohanes.

Semua orang terkejut dan heran, bertanya-tanya, merenungkan dalam hati, “Menjadi apakah anak ini nanti? Sebab tangan Tuhan menyertai dia.”

Kejadian-kejadian yang luar biasa mengiringi lahirnya tokoh penting seperti Yohanes.

Kelahiran kita pasti juga disertai tanda-tanda kegembiraan dan sukacita. Nama yang diberikan oleh orangtua pasti juga membawa makna penting bagi kita.

Marilah kita syukuri kelahiran kita dan kita maknai perutusan kita bagi keluarga dan masyarakat di sekitar kita. Semoga kehadiran kita membawa sukacita bagi keluarga dan tetangga-tetangga kita.

Ke Banyuwangi naik kereta kuda,
Singgah di Malang karena rusak rodanya.
Mari kita bersyukur dan bersukacita,
Karena kita boleh lahir dan hidup di dunia.

Cawas, hidup dalam sukacita
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version