PADA hari Rabu tanggal 22 Maret 2017 lusa akan berlangsung perayaan ekaristi istimewa tahbisan episkopal Uskup baru untuk Keuskupan Sintang: Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap di Stadion Baning Sintang. Akan bertindak sebagai Uskup Penahbis adalah Mgr. Agustinus Agus (Uskup Agung Keuskupan Pontianak) bersama dua uskup tetangga Keuskupan Sintang yakni Mgr. Pius Riana Prapdi (Keuskupan Ketapang) dan Mgr. Giulio Mencuccini CP (Keuskupan Sanggau).
Ketiga uskup ini berkarya di Provinsi Kalimantan Barat.
Baca juga:
- 22 Maret 2017: Tahbisan Uskup Keuskupan Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap
- 21 Maret 2017: Salve di Sungai Durian Awali Tahbisan Episkopal Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap
Sebagai uskup baru di Keuskupan Sintang di Provinsi Kalbar, Mgr. Samuel Oton Siddin OFMCap mengadopsi motto penggembalaan yakni Non Ego, sed Christus in Me.
Teks pendek berbahasa Latin ini berarti “Bukan Aku, melainkan Kristuslah yang hidup di dalam diriku” . Ini adalah sebuah teks yang diambil dari Surat St. Paulus kepada Umat di Galatia (Gal 2:20) yang lengkapnya berbunyi “… namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku .”
Lambang Keuskupan Sintang
Sebagai uskup baru di Keuskupan Sintang (Kalbar), Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap juga mengadopsi lambang keuskupan yang baru. Layaknya seorang gembala baru di wilayah teritorialnya dengan cirikhas budaya dan tata nilai lokal, maka lambang baru Keuskupan Sintang juga mengadopsi beberapa unsur local genius.
Lambang Keuskupan Sintang yang baru ini berformat sebuah gambar perisai yang dibagi menjadi tiga bagian: satu di bagian atas dan dua di bagian bawah.
Bagian atas melambangkan anasir Ordo Fratrum Minorum Capuccionorum (Ordo Fransiskan Kapusin/OFMCap). Anasir khas Fransiskan itu berupa lengan Yesus yang di telapak tangannya ada bekas luka karena dipaku di atas kayu salib. Lalu juga ada gambar lengan St St. Fransiskus Assisi disertai tanda stigmata di telapak tangannya. Kedua anasir lambang khas Fransiskan ini mengisi ruang bagian atas dengan pondasi warna dasar putih. Ada lambang salib kayu yang mengambil posisi persis di tengah di antara kedua lengan tersebut.
Sementara, kedua ruang bawah berisi dengan burung rangkong atau enggang badak yang merupakan satwa khas di hutan Borneo (Kalimantan). Laporan Majalah Hidup edisi terakhir menyebutkan, satwa khas di hutan belantara Kalimantan ini akrab disebut burung tingang menurut bahasa Dayak setempat. Burung tingang ini sangat dihormati dan kehidupannya sangat disucikan oleh masyarakat lokal Dayak dimana Mgr. Samuel lahir.
Ruang satunya berisi gambar perisai dengan warna dominan biru disertai mahkota ratu dengan kelir kuning emas disertai tiga sayap malaikat. Lambang ini mengacu pada Ordo Kapusin Pontianak, tarekat religius darimana Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap sebelumnya berasal dan telah menjadi anggotanya beberapa puluh tahun lamanya. Sementara, mahkota ratu itu melambangkan Santa Maria dan ketiga sayap itu merupakan simbol para malaikat.
Ordo Kapusin Provinsi Pontianak (www.kapusin.pontianak.org) memakai Bunda Maria Ratu Para Malaikat sebagai patron-nya.
Galero: topi khas para pastor
Adapun sang ‘pemilik’ galero berjumbai enam dan tongkat kegembalaan ini adalah Uskup baru Keuskupan Sintang: Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap yang sebelumnya adalah Pastor Kepala Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi di Tebet, Jakarta Selatan.
Baca juga:
- Kalpataru untuk Pahlawan Lingkungan: Romo Samuel Oton Sidin OFMCap
- Vatikan Tunjuk Pater Samuel Oton Sidin OFMCap Uskup Keuskupan Sintang
- Uskup Keuskupan Sintang Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap, Pahlawan Lingkungan Hidup dan Peraih Kalpataru
- Sekilas tentang Mgr. Samuel Oton Sidin OFMCap, Uskup Keuskupan Sintang
- Kisah Penunjukan Uskup Keuskupan Sintang: Mgr. Samuel Oton Sidin Nyatakan Siap 19 Des 2016 (1)
Sumber: Majalah Hidup edisi 19 Maret 2017.