Home BERITA Laporan dari Lima, Peru: Prosesi Salib “De La Celebratiòn de Cruz Torrechayoc...

Laporan dari Lima, Peru: Prosesi Salib “De La Celebratiòn de Cruz Torrechayoc Urubamba a Cusco”

Parade salib di Lima, Peru. (Romo Michael Agung Christiputro O.Carm)

HARI Minggu pagi tanggal 9 Juni 2018 lalu, saya menyempatkan pergi mengunjungi pusat kota Lima, Ibukota Peru, Amerika Tengah. Orang di sini menyebutnya sebagai the downtown of Lima.

Kunjungan saya ke pusat kota di Ibukota Peru menjadi semakin menggairahkan, karena bertepatan dengan berlangsungnya sebuah acara tradisional.

Kegiatan itu disebut sebagai De La Celebratiòn de Cruz Torrechayoc Urubamba.

Perayaan ini aslinya berasal dari daerah Cusco, sebuah lokasi yang tidak jauh dari tempat wisata terkenal bernama Machu Pichu. Meski merupakan perayaan kultural dari suku asli Inca, namun nuansa spiritual terasa sangat kuat.

Prosesi arak-arakan dengan mengusung salib ini sangat bercitarasa Kristiani. Para partisipan memperlihatkan gerakan-gerakan devosionalnya dengan puja-puji terhadap Salib Kristus.

Salib itu pula yang sedari dulu hingga sekarang masih saja tetap mereka yakni sebagai sumber utama kehidupan suku asli Peru Inca yang dahulu kala pernah tinggal dan hidup di sekitaran Cusco tersebut.

Mukjizat lukisan salib tak rusak oleh gempa

Menurut penuturan orang-orang Peru di Ibukota Lima yang saya tanyai soal perayaan karnaval salib ini, mereka memberi jawaban “mencengangkan”. Kata mereka seperti ini:

  • Parade Karnaval Salib itu akan memuncak pada sebuah pesta besar perayaan skala nasional dan itu akan terjadi du bulan Oktober.
  • Perayaan puncak itu akan berlangsung tidak hanya di Ibukota Lima, tapi di seluruh wilayah Peru,.
  • Nama Perayaan Besar itu adalah El Se atau De Los Milagros.
  • Mengapa menjadi sebuah “perayaan nasional” di bulan Oktober itu? Jawaban mereka ikut membuat saya tercengang. Itu karena perayaan itu sengaja digelar sebagai kenangan nasional atas terjadinya mukjjizat lukisan sebuah salib Kristus yang tidak retak atau rusak ketika terjadi gempa bumi hebat yang telah merontokkan seluruh penjuru Peru.
  • Lukisan bergambar Salib Kristus itu konon dibuat oleh para budak Angola, salah satu suku asli Peru pada abad ke-17.
  • Nah, pada Perayaan Oktober inilah, Peru akan kebanjiran turis dari mancanegara.

Banyak turis

Masyarakat sangat terhibur dengan perayaan ini. Apalagi banyak turis asing dan domestik memenuhi areal yang luas di pusat kota Lima atau the downtown of Lima ini. 

Banyak tarian dengan aneka busana warna-warni. Dan yang lebih menyenangkan lagi, prosesi ini digelar dalam kurun waktu berjam-jam. 

Prosesi ini bergerak dengan mengelilingi Gereja Katedral Lima, Istana kediaman Presiden dan Kantor Walikota Peru.

Gereja Katedral di Ibukota Lima di Peru yang megah dan hening saat berlangusng Misa Miinggu Pentakosta, meski di luaran terjadi kebisingan karena parade karnaval salib.
Umat Katolik di Lima, Peru, mengikuti Perayaan Ekaristi Misa Minggu Pentakosta.

Tetap Misa Pentakosta

Sekalipun di luar tengah berlangsung sebuah perayaan besar dan terdengar ramai plus amat bisig, tapi Perayaan Ekaristi Minggu Pentakosta oleh Uskup Agung Lima Mgr. Carlos Gustavo Castillo Mattasoglio pada pukul 11.00 tetap berjalan dengan kidmat.

Banyak umat datang memenuhi bangku-bangku gereja. Meski di luaran sangat ramai dan terkesan ‘bising’ oleh aneka bebunyian musik dan sorak-sorai, namun umat yang tengah mengikuti Perayaan Ekaristi tetap saja merasa tidak terganggu.

Gereja itu punya akustik yang baik. Kebisingan di luaran tidak sampai “masuk” menginterupsi keheningan bagian dalam gereja.

Pemandangan di luar gereja dan di sekitaran altar yang sangat kontras itu merupakan penggalaman pengalaman menarik bagi saya yang baru melihat dan merasakan denyut keseharian hidup di Peru sejak April 2019 lalu.

Inilah warisan kultur budaya dan Kristianitas Spanyol yang masih begitu mengakar. Dan melalui prosesi arak-arakan salib dalam sebuah pesta karnaval itulah, untuk pertama kali saya bisa mengalami sekaligus mengagumi religiositas Kekatolikan masyarakat Peru dalam kultur keseharian mereka.

Sub Tutela Matris, di Bawah Lindungan Sang Bunda.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version