SEPANJANG hari Minggu, 25 November 2018, Roma diguyur hujan. Pada hari itu diadakan acara pertemuan para Suster OSU (Ordo Sanctae Ursulae) yang berasal dari Indonesia dengan mengundang beberapa imam dan frater yang sedang studi di Roma.
Acara ini berlangsung di Rumah Generalat OSU di Via Nomentana 236 Roma.
“Hari ini kami mensyukuri 483 tahun berdirinya tarekat kami. Ordo Santa Ursula yang biasanya dikenal dengan nama OSU didirikan tanggal 25 November 1535. Sekaligus hari ini kita merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam,” tutur Sr. Verena Moekti K. Gondosasmito OSU, anggota Dewan Jenderal OSU.
Dalam pertemuan itu hadir pula Sr. Melania Nurhayati Wiguno OSU, Sr. Martini Suwitahartana OSU, dan Sr. Zita Eryanti OSU. Juga para imam dan frater dari berbagai keuskupan. Acara dikemas dengan doa, nyanyi, sharing dan makan siang, dan keliling kompleks Generalat yang cukup luas.
Saat keliling kompleks, Sr. Nurhayati OSU, Treasurer General (Bendahara Umum), menjelaskan ornamen di kapel, aneka koleksi buku di perpustakaan, dan juga pemimpin umum (Prioress General) pertama. Mother Marie de Saint Julien Aubry dari Blois terpilih menjadi Pemimpin Umum pertama dari ordo para suster Ursulin, setelah penyatuan 62 biara pada tahun 1900.
Foto para pemimpin umum terpasang berderet di dekat kapel utama. Saat ini pemimpin umum adalah Mother Cecilia Wang OSU dari Taiwan. Sedangkan Anggota Dewan Jenderal berasal dari Indonesia, Polandia, Inggris, Perancis, dan Brasil.
“Saat ini anggota kami yang paling banyak berasal dari Polandia,” tutur Sr. Nurhayati OSU yang sudah delapan tahun tinggal berkarya di Roma.
Tempat inap
Sr. Moekti OSU mengisahkan sejarah awal mula Ordo Santa Ursula yang didirikan oleh Angela Merici di Brescia, Italia. Santa Angela Merici prihatin atas kualitas pendidikan bagi anak-anak dan remaja.
“Kini biara kami telah tersebar di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ordo kami terus melanjutkan karya dan komitmen Santa Angela Merici, teristimewa dalam bidang pendidikan bagi anak-anak dan remaja,” urai biarawati yang pernah menjadi Kepala Sekolah SMA Santa Ursula, Jalan Pos, Jakarta Pusat ini.
Di Indonesia, karya pelayanan pendidikan para suster Ursulin ada di berbagai tempat, seperti Jakarta, Banten, Bandung, Sukabumi, Surabaya, Madiun, Sidoarjo, Malang, Pacet, Klaten, Surakarta, Ende, Atambua, Labuan Bajo, dan di Kotamobagu, Sulawesi Utara. Pendidikan yang dilakukan mengarahkan setiap peserta didik agar memiliki kemampuan untuk menyelaraskan kebudayaan dan iman, serta dapat menjadi ragi Injil di lingkungannya.
Menurut Sr. Moekti, para suster misionaris Ursulin pertama mendarat di Batavia (sekarang Jakarta) tanggal 7 Februari 1856. Mereka datang dari Belanda atas permintaan Mgr. PM Vrancken, Vikaris Apostolik Batavia waktu itu. Ketujuh Suster itu datang dengan kapal dan jarak Belanda-Batavia ditempuh dalam waktu 140 hari.
“Tugas yang dipercayakan kepada mereka adalah pendidikan anak perempuan. Sekolah Ursulin pertama didirikan di Noordwijk, sekarang namanya Jalan Ir. H.Juanda. Kendati ada banyak kesulitan, karya pendidikan terus dilakukan. Kami bersyukur waktu itu diberi fasilitas, lokasi strategis dan tanah yang cukup luas untuk karya pendidikan,” tambah biarawati asal Semarang, yang tertarik masuk OSU karena saat berkunjung ke biara Ursulin sering dijamu makanan oleh para suster Ursulin ini.
Bahkan, biara Ursulin di Jakarta waktu itu sering menjadi tempat menginap dan singgah para imam dan biarawan/wati dari berbagai tempat.
“Saat para imam diosesan belum ada wisma UNINDO di daerah Kramat, mereka sering menginap di biara kami. Demikian juga para suster CB juga pernah tinggal di tempat kami. Maka, saat ada perayaan CB kemarin, para suster CB mengadakan napak tilas di biara kami yang di Jakarta,” urai Sr. Moekti yang pernah tinggal di Asrama Syantikara selama kuliah di Yogyakarta.
Karya lintas benua
Karya kerasulan dan pelayanan para suster Ursulin semakin lama semakin beragam. Hal ini sesuai dengan kebutuhan Gereja. Pendidikan diartikan secara luas, tidak sebatas pada pengajaran di sekolah. Pendidikan Ursulin menyiapkan orang untuk hidup bermartabat. Semangat Santa Angela Merici yang ditimba dari tulisan-tulisannya menginspirasi untuk terus mengutamakan harkat dan martabat manusia. Hal ini diupayakan melalui pembentukan pribadi, semangat kekeluargaan, kepedulian sosial, dan kerasulan.
Karya pelayanan mereka saat ini ada di banyak negara, seperti di Benua Afrika (Botswana, Kamerun, Senegal, Africa Selatan), Benua Amerika (Barbados, Brasil, Chile, Guyana, Messico, Perù, USA, Venezuela), Benua Eropa (Austria, Belgia, Bosnia, Ceko, Moravia, Kroazia, Perancis, Inggris, Yunani, Italia, Paesi Bassi, Polandia, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Ukraina, Ungheria), dan di Benua Asia-Pasifik (Indonesia, Australia, Kamboja, Filipina, Tailandia, Taiwan, dan Timor Leste).
Sekarang ini ada karya sosial, pastoral dan kesehatan dipercayakan kepada Ursulin, baik di lembaga-lembaga Ursulin atau lain, dalam kerjasama dengan kongregasi lain, paroki, keuskupan, pemerintah atau swasta.
Di paroki-paroki para suster Ursulin juga terlibat dalam pembinaan iman, mengajar katekese, mengirim komuni untuk umat yang sakit, memberikan bimbingan rohani atau konseling, dan berbagai karya sosial.
Kredit Foto: Fr. Linus, Romo Gunawan, dan Romo Tommy.
Sehat selalu Romo.
Salam saking Banyumanik