VITA functi. Berakhir sudah kehidupan yang fana ini. Beberapa pekan lalu, keluarga Pasutri FX Priyo Budisantoso – Ibu Irene Mirna dan komunitas para suster Kongregasi Misionaris Claris di Kota Abadi Roma akhirnya dengan ikhlas melepas kepergian alm. Suster Sisilia Rizky Indriani MC untuk selamanya.
Baca juga:
- Laporan dari Roma: Iman Menuntun Alm. Sr. Sisil MC (3)
- Laporan dari Roma: Sakit Serius, Sr. Sisil MC dengan Suka Cita Siapkan Kematiannya (2)
Mewakili keluarga, kakak sulung almarhum Suster yang bernama Agnes Novijanti Puspita berkesempatan melalui narasi di Sesawi.Net ini ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak. Ucapan terimakasih ini diungkapkan kepada mereka yang telah menaruh empati dan memberikan doa-doanya untuk kedamaian arwah adiknya: almarhum Suster Sisilia, yang telah meninggal dunia di Roma, Jumat (28/7) lalu.
“Pada kesempatan ini, perkenankan saya mewakili keluarga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Kedutaan Besar Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan. Terutama upaya Bapak Dubes Antonius Agus Sriyono yang telah mengupayakan kami bisa tiba di Italia ini melalui proses waktu yang sangat singkat, hingga akhirnya kami dapat menemani adik kami menjalani lelaku menuju kebahagiaan abadi saat meninggal dunia,” tutur Agnes Novijanti Puspita.
Duta Besar RI untuk Tahta Suci Vatikan Bapak Antonius Agus Sriyono dalam sambutannya saat misa requiem menuturkan, keluarga Suster Sisil telah dibantu mengurus visa ke Italia dalam waktu tiga hari dan itu bisa langsung beres. Biasanya butuh waktu 20-30 hari.
“Kami tentunya sedih. Tapi sebagai keluarga, kami merasa bangga, karena Sisil sungguh melakukan perjuangan imannya dengan luar biasa. Begitu banyak yang menyampaikan belasungkawa kepada kami. Banyak orang-orang yang tidak kami kenal. Mereka mengaku pernah pernah berjumpa dengan Sisil dan menjadi terkesan hati berkat momen perjumpaannya dengan Sisil. Bahkan, Sisil bisa menghubungkan kami dengan orang-orang yang sudah lama tidak pernah kami tahu kabarnya,” lanjut Agnes.
Anak ketiga
Almarhumah Suster Sisilia adalah anak ketiga dari empat orang bersaudara. Mereka adalah Agnes Novijanti Puspita, Benediktus Yuniardi Widyatmoko, Sisilia Rizky Indriani, dan Dionisia Hasti Astuti.
Menurut kesaksian Agnes, sejak kecil almarhumah Suster Sisil adalah sosok adik yang selalu ceria, manja, dan mudah bergaul dengan siapa pun.
“Jiwa pelayanan pada Tuhan telah tertanam dalam hidup kami sejak kecil, berkat keteladanan orangtua kami, terutama dalam pelayanan koor di gereja. Suara Sisil yang merdu dan indah mampu membuat banyak orang mengaguminya. Sampai pada akhirnya Sisil ‘jatuh cinta’ pada Yesus dan menyerahkan hidup seutuhnya sebagai seorang suster biarawati,” tutur Agnes Novijanti Puspita.
Tetap rendah hati
Suster Sisil memang dikenal multi talenta. Ia cerdas, ramah, pandai menyanyi, bermain musik dan menciptakan lagu. Dalam perjalanan hidup membiara, Sr Sisil tiba pada satu titik dimana ia harus memikul salibnya.
Agnes menuturkan, saat mengunjungi adiknya di Rumah Sakit Gemelli di Roma, dia sempat protes kepada Tuhan kenapa adiknya yang multi talenta dan yang telah mempersembahkan hidupnya pada Tuhan malah diganjar dengan sakit kanker.
Baca juga:
- Laporan dari Roma: Requiem untuk Sr. Sisilia R. Indriani MC, Psikolog Super Ceria (1)
- In Memoriam Sr. Caecilia MC, Si Malaikat Bersuara Merdu
“Saya tidak mengerti apa yang Tuhan mau. Kamu itu banyak talenta, pinter, seorang suster dan psikolog. Apa yang kurang, kenapa Tuhan beri sakit yang sangat berat?,” kenang Agnes mencoba mengatakan isi hatinya saat menemui adiknya yang tengah sakit di ujung sakratul maut.
Namun, jawaban adiknya Suster Sisil waktu itu malah mengagetkan Agnes.
Suster Sisil menjawab, “Mbak, inget ngga pesen Mbak waktu saya masuk biara tahun 2002? Dulu Mbak bilang, kalau menjadi suster, jadilah suster yang ramah dan rendah hati. Saya merasa ini cara Tuhan untuk mendidik saya untuk menjadi rendah hati,” tutur Suster Sisil sebagaimana kemudian dituturkan kembali oleh Agnes.
Lebih lanjut Sisil mengatakan ini. “Mungkin saja saya disukai banyak orang…. Ya … saya diberi banyak talenta yang akhirnya bisa membuat saya sombong, tapi melalui sakit ini, saya merasa tidak mampu apa-apa tanpa Yesus. Itulah cara Tuhan mendidik saya,” kata Agnes menirukan rentetan kata-kata almarhum Sr. Sisil adik kandungnya.
Donor ginjal dari Meksiko
Pada kesempatan di Roma itu pula, Agnes dan kedua orangtuanya juga mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Suster Ceci Carranca MC beserta keluarga besarnya di Meksiko. Itu berkat pengorbanan dan kebaikan hatinya yang telah bersedia mendonorkan ginjalnya untuk Suster Sisil.
Pada tahun 2012, Suster Sisil telah menerima donor ginjal dari Meksiko.
“Lima tahun adalah waktu yang sudah Tuhan tetapkan untuk menerima anugerah ginjal baru dan itu telah membuat Sisil lebih mencintai kehidupan ini dan yang menjadikannya hidupnya lebih bernilai,” tutur Agnes.
Agnes juga berterima kasih kepada keluarga Pasutri Effendi, segenap Romo, para Suster, dan relasi-relasi yang berada di Italia yang telah banyak mendukung dan menunjukkan kepeduliannya, sejak Suster Sisil dirawat di rumah sakit sampai pemakamannya.
Suster Sisil telah dimakamkan di Pemakaman Para Suster Kongregasi Misionaris Claris di Prima Porta, Italia, Senin (31/7). Jenazahnya ditaruh di sebuah lobang dimana juga ada beberapa jenazah para suster lain yang sekian lama telah meninggal dan dimakamkan di situ. Harap diingat bahwa ini adalah lahan di Italia yang tentunya luar biasa mahal, bukan di Indonesia.
“Kami sekeluarga menyampaikan terima kasih kepada Kongregasi Misionaris Claris yang telah menjadi tempat bagi Suster Sisil selama 15 tahun ini berkembang, bertumbuh, berkarya dan memuliakan nama Tuhan. Terima kasih untuk Madre Martha dan Madre Julia atas kebijaksanaan dan kebaikan hati Madre selama ini membuat Sisil menjadi lebih menghayati panggilan hidupnya dan mensyukuri setiap detik kehidupannya,” tutur Agnes.
Tak lupa keluarga juga memohonkan maaf kepada Kongregrasi atas kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan Suster Sisil selama hidup membiara.
“Meskipun Suster Sisil sudah tiada, semoga persaudaraan para Suster dengan keluarga kami dapat terus terjaga dengan saling menyapa dan mendoakan. Tentunya kami sangat senang, jika suatu hari Suster-suster bisa darang berkunjung ke rumah kami di Indonesia,” begitu harap Agnes.