Homili ini disampaikan oleh Pastor YB Rosaryanto, O.S.C. dalam Misa Requiem Suster Sisilia Rizky Indriani MC di Kapel Generalat Misionaris Claris dari Sakramen Mahakudus, Castel Giubileo, Kawasan Via Salaria, Roma, Italia, Sabtu (29/7), pada pukul 18.00 waktu setempat.
Terima kasih, Suster Sisil, atas teladan kesetiaan dan kegembiraanmu dalam menghayati panggilan hidup membiara pada zaman modern ini. Selamat jalan menemui Sang Mempelai yakni Yesus Kristus.
Engkau dipanggil dalam usia 39 tahun untuk ikut meramaikan surga dengan suara merdumu. Kecantikan dan kesucianmu engkau persembahkan untuk Tuhan. Semoga engkau menjadi pendoa bagi kami semua. (Romo Yohanes Gunawan, Pr)
————————–
Homili Misa Arwah Sr. Sisil MC
(Injil Yohanes 6:37-40)
PADA umumnya lebih banyak orang kristiani suka memberi ucapan salam “Selamat Natal daripada “Selamat Paskah”. Itu karena Natal lebih populer daripada Paskah.
Tapi almarhumah Sr. Sisil agak berbeda. Ia lebih sering dan sangat serius mengucapkan salam “Selamat Paskah”. Setidaknya itu yang dilakukan terhadap saya.
Baca juga:
- In Memoriam Sr. Caecilia MC, Si Malaikat Bersuara Merdu
- Laporan dari Roma: Sakit Serius, Sr. Sisil MC dengan Suka Cita Siapkan Kematiannya (2)
- Laporan dari Roma: Requiem untuk Sr. Sisilia R. Indriani MC, Psikolog Super Ceria (1)
Saya menangkap bahwa peristiwa Paskah sungguh penting baginya. Yesus yang hidup dalam dirinya ialah Yesus yang bangkit. Memang, Paskah adalah fondasi iman kristiani. Kebangkitan Kristus adalah awal perjalanan keimanan para murid Yesus.
Hari ini, kita mendengar Sabda Tuhan mengenai kebangkitan dan bahwa Yesus tidak mau kehilangan seorang pun dari antara kita. Iman Sr. Sisil sangat kuat berdasarkan pada peristiwa kebangkitan itu. Karenanya, Yesus yang bangkit sungguh hidup dalam dirinya.
Kakak Sr. Sisil, Mbak Agnes, sempat menceritakan bagaimana Sisil selalu menciptakan lagu-lagunya saat dia sehat, bersemangat, dan sukacita, tidak pernah pada waktu sakit atau sedih. Bahkan, lagu kaulnya Salib Kecilku itu digubahnya dalam sukacita penuh, sekalipun berjudul Salib.
Iman akan kebangkitan dan akan Yesus yang bangkit itu membuatnya punya tujuan jelas. Geraknya mantap dan langkahnya tak mudah goyah. Itu yang membuatnya suci dalam gerak hidupnya setiap hari.
Saya berani berkata bahwa Sr. Sisil itu lebih suci daripada saya. Saya hanya bisa membandingkannya dengan diri saya sendiri, bukan dengan orang lain. Imannya teguh dan utuh.
Percaya saja
Sebagai catatan: setiap gerak langkah kita itu dilandasi oleh rasa percaya. Entah sadar atau tidak, tanpa kepercayaan kita tidak mampu bergerak. Kita bisa makan dan minum, ketika kita yakin bahwa makanan atau minuman itu tidak beracun. Kita berani mengendarai mobil, ketika percaya bahwa mobil akan berfungsi baik.
Tidak pernah kita cek dan periksa secara detil bagaimana kerjanya mobil atau mesin-mesin lain. Lift, misalnya, kita masuki begitu saja dan bergerak sesuai nomor yang kita pencet. Seandainya saja tidak ada kepercayaan kita pada mesin-mesin itu, akankah kita bergerak? Bergerak tanpa kepercayaan akan menghasilkan gerakan tanpa tujuan, kebimbangan, dan kelimpungan. Pada tingkat yang paling tinggi kepercayaan itu ingin saya sebut iman.
Iman menuntun
Sr. Sisil bergerak menuju kebangkitan, seperti Yesus yang telah bangkit, karena iman yang menuntunnya. Karena itu, gerak hidupnya sangat diwarnai oleh kebangkitan Kristus: penuh sukacita, allegria! Ia melihat keindahan yang tak mampu saya lihat. Ia memiliki tujuan pasti yang bagi saya kadang masih kabur. Itulah kesucian seorang Sisil.
Kalau Yesus didera oleh cabikan cemeti, tombak dan mahkota duri. Sisil tercabik oleh berbagai penyakit yang menderanya di dalam tubuhnya. Ia berjuang karena tujuan hidupnya yang diimaninya. Ia tetap yakin mengikuti Yesus yang bangkit melalui Kalvari sampai saat ajalnya.
Saya yakin, seandainya Sr. Sisil bisa bersuara dengan jelas kepada kita sekarang ini, dia akan meminta kita untuk tidak berdiam dan tenggelam dalam kesedihan. Bangkitlah, mana imanmu?
Marilah bersama dengan Sr. Sisil, sementara mengantarnya ke dalam perjalanan damai abadi, menjadikan peristiwa Paskah sebagai landasan keimanan kita. Yesus yang bangkit tidak mau kehilangan seorang pun di antara kita. Amin.
In Cruce Salus
YB Rosaryanto, O.S.C.
Canons Regular of the Order of the Holy Cross
Rome