TANTANGAN global dewasa ini meliputi antara lain pacuan senjata, ketidakadilan sosial, korupsi, kesenjangan ekonomi, kemerosotan moral, terorisme, diskriminasi, dan ekstremisme. Untuk menanggulangi tantangan ini, diperlukan dialog dan kerjasama internasional.
Hal ini sejalan dengan Dokumen tentang Persaudaraan Manusia bagi Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama atau Deklarasi Abu Dhabi yang ditandatangani Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Ahmad Al-Tayyeb di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), bulan Februari 2019 lalu.
Demikian antara lain cuplikan makalah Prof. Syafiq A. Mughni dari Indonesia dalam Seminar Internasional bertema “Interreligious Dialogue: Perspectives from Asia” yang diselenggarakan di Universitas Urbaniana, Italia, pada tanggal 18 Juni 2019.
Prof. Syafiq A. Mughni adalah Utusan Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban .
Menurut Prof Syafiq, guna mengatasi tantangan tersebut diperlukan Community-based Approach yang didasari empati, rasa percaya, cinta, dan harapan.
Di sini partisipasi komunitas secara menyeluruh sangat penting, sehingga upaya memanipulasi agama untuk menimbulkan konflik dapat dihindari.
cf. Religion as an instrument of peace: the ‘Asian perspective’ on dialogue — Ref:
Sementara itu, Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, Mgr. Miguel Ángel Ayuso Guixot, M.C.C.J, dalam makalah yang dibacakan Pastor Markus Solo SVD menyatakan sebagai berikut. Yakni,
- Bahwa nilai-nilai dialog antaragama itu juga tercermin dalam Deklarasi Abu Dhabi, yakni penekanan atas pesan persaudaraan.
- Bahwa kita semua ini adalah bersaudara dengan dibangunnya ‘jembatan’ agar saling berkomunikasi untuk memunculkan dan menjaga kesadaran toleransi dan meruntuhkan tembok-tembok rasa takut dan ketidakpedulian.
Seminar yang dihadiri sekitar 160 peserta diselenggarakan 13 Duta Besar negara-negara Asia untuk Takhta Suci Vatikan yang dikoordinasikan Dubes RI untuk Tahta Suci Vatikan HE Antonius Agus Sriyono.
Dalam sambutan penutup, Menlu Vatikan Mgr. Paul R. Gallagher, menggarisbawahi kembali aspek dialog antaragama dalam Deklarasi Abu Dhabi.
Yakni, bahwa dialog, pemahaman, dan penyebarluasan mengenai toleransi, saling menerima, dan hidup bersama secara damai dapat berkontribusi secara signifikan untuk mengurangi banyak masalah ekonomi, sosial, dan politik yang membebani sebagian besar masyarakat dunia.
Selain itu, beliau juga mengutip pesan Paus Fransiskus dalam suatu kesempatan bahwa dialog antaragama merupakan hal yang diperlukan bagi perdamaian dunia dan adalah tugas bagi umat Katolik dan juga komunitas keagamaan lainnya.
Selepas seminar, acara dilanjutkan dengan menikmati sajian makanan Asia dari negara-negara penyelenggara seminar, yakni Australia, Filipina, Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Korea Selatan, Lebanon, Malaysia, Taiwan, Timor Leste, dan Turki. (AS)
Vatikan, 18 Juni 2019
- Muhammad Ferdien
- Second Secretary for Information, Protocol, and Consular Affairs
- Embassy of the Republic of Indonesia to the Holy See