BARU separuh jalan, program kegiatan amal kasih bertitel Lari dan Gowes Caritas Christmas Cross Challenge (LG4C) telah berhasil membukukan perolehan dana publik sedikitnya Rp 5 milyar.
Kegiatan pengumpulan dana publik ini berlangsung kurun waktu mulai 1-15 Desember 2020 dan hasil perolehan ini dirilis tanggal 16 Desember.
“Sampai hari ini, 16 Desember 2020, perolehan donasi yang telah terkumpul hampir mencapai angka Rp 5 milyar,” ujar Christiano Hendra Wishaka, Ketua Panitia Pelaksana kegiatan LG4C dalam siaran persnya.
Perolehan donasi ini didapatkan dari gerakan belarasa berupa kegiatan berlari dan naik sepeda alias nggowes selama dua pekan pertama. Dua pekan kedua, kata Christiano kemudian, diharapkan juga bisa mendapatkan perolehan sejumlah dana yang sama.
Dana amal dari publik ini akan dibagi-bagikan kepada para guru honorer prasejahtera yang berada di kawasan terpencil di seluruh Indonesia.
Melibatkan banyak pihak
Kegiatan amal kasih ini telah melibatkan sedikitnya sebanyak 3.100 pelari dari Indonesia dan dari sedikitnya 17 negara di kawasan Eropa, Amerika Utara, Asia, dan Timur Tengah.
Sedikitnya 900-an kaum berjubah -apakah itu imam, bruder, dan suster- dari tujuh tarekat religius di Indonesia telah menyatakan diri mau ikut serta menyemarakkan kegiatan ini.
Bahkan, tak kurang Kardinal Suharyo dan 17 uskup dari beberapa diosis di Indonesia juga telah menyatakan diri sangat mendukung kegiatan amal kasih ini. Dan lebih penting lagi, mereka juga ikut serta.
Suster pun terlibat ikut serta
“Saya juga ingin berbagi; mewujudkan semangat solidaritas dengan mereka yang terdampak pandemi. Khususnya bagi para guru honorer di Indonesia. Berjalan, berlari dan bersepeda bagi mereka berarti sudah bisa memberi satu poin kepada setiap jiwa yang membutuhkan,” tutur Sr. Hetwika “Ika” Mawikere SJMJ, menjawab Sesawi.Net.
Sr. Ika Mawikere SJMJ sehari-harinya berprofesi menjadi guru. Ia sekaligus menjabat Kepsek TK Bintang Kejora di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
Untuk kegiatan LG4C ini dan dalam kiprahnya memotivasi banyak orang, Sr. Ika SJMJ bergerak melalui Forum Millenial KOPTARI.
Sementara, Kongregasi Suster Biarawati Abdi Kristus (AK) dari Ungaran di Jateng melalui Sr. Bertha AK selaku Pemimpin Umum Kongregasi AK berbagi informasi kegiatan ini melalui tayangan video.
Melibatkan banyak pihak
Kegiatan pengumpulan dana amal kasih ini awal mulanya digagas oleh Asosiasi Alumni Jesuit Indonesia (AAJI).
Barulah kemudian, ketika gagasan ini dibeberkan kepada beberapa pihak, prakarsa baik ini langsung didukung oleh:
- Yayasan Karina Indonesia dari KWI;
- Komisi Pendidikan KWI;
- Yayasan Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD-KAJ).
Seluruh hasil donasi publik ini nantinya akan diserahkan kepada Yayasan Karina KWI. Yayasan ini pula yang nantinya juga akan menjalankan Program Bantuan Pendidikan bersama mitranya dari KWI yakni Komisi Pendidikan KWI dan Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi KWI.
Menyasar sedikitnya 2.000-an guru honorer prasejahtera yang bekerja di lembaga-lembaga pendidikan Katolikdi seluruh Indonesia.
Utamanya di daerah-daerah terpencil.
Sisanya baru akan disalurkan untuk perbaikan 200-an sekolah rusak di seluruh wilayah Indonesia.
Seleksi dan asesmen
Terkait daftar penerima bantuan, Karina KWI akan bekerjasama dengan Komisi Pendidikan KWI untuk menyeleksi dan melakukan asesmen.
Sekretaris Eksekutif Komisi Penddikan KWI Romo TB Gandhi Hartono SJ bersama tim Komisi Pendidikan di seluruh Keuskupan telah bergerak sejak November 2020 untuk menyaring data ribuan guru honorer.
Tujuannya, agar para penerima donasi benar-benar selaras dengan tujuan gerakan belarasa Caritas Christmas. Yakni, “The poorest of the poor,” ujar Romo Gandhi SJ.
Selain guru honorer, Komdik KWI dan mitranya dari keuskupan-keuskupan juga telah menyaring 200-an lebih SD-SMP di beberapa daerah yang kondisinya parah, sehingga menghambat kegiatan belajar.
Suara dari bawah
Sejumlah guru honorer di wilayah terpencil telah menaruh harapan pada donasi amal besutan LG4C. Beberapa mereka sudah pernah menerima bantuan tambahan honor dari Yayasan Karina KWI melalui Komisi Pendidikan KWI.
Antara lain, guru-guru SDK Londa Lima, Sumba Timur dan para guru honor SMA Mediatrix Ambon.
Dari Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, Emanuel Gabriel Kosenti, guru honorer SDK Yapenthom I Maumere, berkisah demikian.
“Jika ada bantuan dari Caritas Indonesia dan Komisi Pendidikan KWI, saya ingin gunakan untuk membeli HP,” ujarnya kepada Tim Media LG4C.
Menjadi tukang ojek
Sudah selama 3,5 tahun belakangan ini, ia telah menjadi guru honorer mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sekarang ia mencari tambahan penghasilan dengan menjadi tukang ojek. “Hasil ojek untuk belanja ikan dan sayur-mayur,” ujarnya.
Emanuel mengaku amat kesulitan melaksanakan pengajaran secara virtual kepada murid-muridnya yang berlokasi jauh dari Kota Maumere karena ketidaaan telpon genggam. “Sulit sekali hubungi murid atau orangtua mereka,” Eman menambahkan.
Menjadi tukang ojek juga menjadi pilihan Arman Ahmad, tenaga honorer SD Santa Theresia Ternate yang telah bekerja 10 tahun, 9 bulan. Pandemi membuat Arman putus-gaji sejak Maret–September 2020.
“Mulai November bisa terima setengah gaji. Saya harap pandemi segera lewat supaya saya dapat bekerja membiayai keluarga dan sekolah anak-anak,” tutur Arman melalui kontak video jauh.
Memberi dengan tulus ikhlas
Ignatius kardinal Suharyo, saat melakukan kickoff dengan misa pembukaan Caritas Christmas Cross Challenge 2020 tanggal 1 Desember lalu mengatakan sebagai berikut. Gerakan kebaikan bersama ini menjadi salah satu bentuk pelayanan bagi para guru di wilayah terpencil yang terus giat bekerja di tengah pandemi.
“Semua pelari, pejalan, yang naik sepeda, terlibat dengan rasa gembira yang tulus” ujar Kardinal.
Kredit foto: Dokumentasi LG4C