Minggu, 26 Maret 2023
- Yeh. 37:12-14.
- Mzm. 130:1-2,3-4b,4c-6,7-8.
- Rm. 8:8-11.
- Yoh. 11:1-45 (panjang)
- Yoh. 11:3-7,17,20-27,33b-45 (singkat).
KITA semua akan berlabuh di pantai yang sama, yang namanya kematian.
Setiap orang akan ada saatnya, akan tiba waktunya ia kembali kepada Sang Pencipta.
Namun demikian kematian adalah sesuatu yang misterius, yang tidak dapat diperhitungkan manusia.
Hidup manusia masuk dalam misteri ini melalui kelahiran, pernikahan, dan kematian.
Manusia bisa hidup dan menghirup udara saat ini karena adanya peristiwa kelahiran.
Sementara pernikahan terjadi berada di tengah antara kelahiran dan kematian.
Pernikahan adalah poros hidup manusia guna menjaga habitus manusia dengan menjaga kelestarian generasi manusia di bumi.
Dalam alam pernikahan, ada mahligai yang harus disemai, dijaga, dipelihara, dan ditumbuhkembangkan. Pernikahan menjadi aras kebahagiaan sebelum menyongsong kebahagiaan yang hakiki.
Adapun kematian memiliki kemiripan dengan kelahiran. Setiap orang mengalaminya namun tak sanggup menceritakannya.
Perbedaannya, kelahiran berada di depan sementara kematian berada di belakang. Kelahiran sesuatu yang tengah terjadi, sementara kematian sesuatu yang akan terjadi.
Banyak orang bergumul untuk menghadapinya. Tetapi di dalam Tuhan Kristus Yesus kita punya kesempatan untuk membuat hidup kita semakin berarti.
Seorang anak bercerita tentang kepergiaan orang tuanya, yang menyisahkan pelajaran yang sangat mendalam tentang kehidupan.
“Orangtuaku sangat hemat, bahkan cenderung pelit untuk kami anaknya,” ujarnya.
“Semasa hidup, hari-harinya diwarnai dengan kerja dan kerja,” lanjutnya
“Dia menemukan kebahagiaan, kegembiraan dan kedamaian hati, melalui aktivitasnya yang sangat banyak,” urainya.
“Tanpa kami duga, dia banyak membantu tentangga kami melalui perantaraan pembantu kami,” sambungnya.
“Dia sengaja tidak pernah bicara dengan kami berkaitan kegiatannya,” ujarnya lagi.
“Bahkan ibu cenderung tertutup dengan kami mengenai kegiatannya,” sambungnya.
“Ketika ibu sakit, dia beritahu kepada kami, tentang ‘perhatiannya’ kepada sesama. Dia sisihkan pendapatnya setiap bulan untuk anak yang kurang mampu,” jelasnya.
“Dia ingin melihat senyum bahagia di wajah sesamanya,” lanjutnya.
“Selang beberapa hari ibu menghadap Tuhan dengan wajah tenang dan damai,” paparnya.
“Kematian sungguh tidak menakutkan bagi ibu, bahkan sebuah kepastian yang dia nantikan dan terima dengan senyum bahagia,” tegasnya.
“Ibuku ternyata murah hati dan berhati mulia, dia tidak pelit,” katanya dengan bangga.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati; tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat belajar percaya. Marilah kita pergi sekarang kepadanya.”
Kematian Lazarus menjadi media cinta Tuhan kepada manusia.
Lazarus yang dibangkitkan oleh Yesus, menegaskan kepada kita semua bahwa Yesus berkuasa untuk memberikan kehidupan kekal.
Yesus mampu melaksanakannya karena Dia adalah Putra Allah, yang datang mewartakan kabar baik bagi semua orang dan yang akan membawa semua orang kepada kehidupan yang kekal.
Pada pekan prapaskah terakhir ini, marilah kita menyadari betapa Tuhan mencintai kita semua.
Dia akan menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang berkenan dan yang mengindahkan perintah-perintah-Nya.
Yesus bersabda kepada kita, “Akulah kebangkitan dan hidup. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati; dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.”
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku telah menjadikan Yesus sebagai jalan dan kebenaran dalam hidupku?
Aku berusaha,dengan karunia Allah,untuk ikuti rambu rambu Yesus ….
Akulah Kebenaran,Akulah Jalan, dan Hidup Kekal.
ignatius.