Selasa. Peringatan Wajib Santo Alfonsus Maria Ligouri (P)
- Kel. 33:7-11;34:5b-9.28
- Mzm. 103:6-13
- Mat. 13:36-43
Lectio
36 Maka Yesus pun meninggalkan orang banyak itu, lalu pulang. Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” 37 Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; 38 ladang ialah dunia.
Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. 39 Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.
40 Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. 41 Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya.
42 Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. 43 Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar.”
Meditatio-Exegese
Tuhan, Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya
Allah selalu hadir dalam perjalanan bangsa Israel. Ia berkenan dicari oleh setiap pribadi, tidak hanya oleh Musa. Tanda kehadiran-Nya, tiang awan, turun di atas pintu Kemah Pertemuan, saat Musa datang.
Saat berjumpa dengan Allah, hanya Musa yang mendapatkan hak istimewa untuk berbicara berhadapan muka dengan Allah. Umat menyaksikan dari jauh percakapan kedua sahabat itu. Namun, Yang Mahatinggi tetap menunjukkan kasih setia pada umat-Nya tanpa henti.
Saat berbincang dengan Allah, Musa seperti berdebat dengan seorang sahabat. Ia mempertanyakan jalan yang harus ditempuh sebagai pemimpin agar seluruh umat merasakan kedekatannya. Dan Allah mengabulkan permohonan itu (Kel. 33:12-17).
Saat berjumpa dengan Allah, Ia juga berkenan disebut nama-Nya, Tuhan, Yahwe. Pada-Nya selalu disematkan gelar: adil dan penuh belas kasih. Ia tidak pernah membiarkan dosa tak terhukum.
Dosa selalu menjadi tanggungjawab pribadi masing-masing (bdk. Yer. 31:29-30; Yeh. 18:2-32). Namun, para penulis suci lebih menekankan belas kasih-Nya. Orang berdosa dan sadar akan kedosaannya selalu dibukakan pintu belas kasih bila ia yakin bahwa Allah dapat dan akan mengampuninya.
Santo Paus Yohanes Paul: konsep “belas kasih” dalam Perjanjian Lama mempunyai sejarah yang kaya dan panjang. Kita perlu melihat kembali agar belas kasih yang dinyatakan Kristus dapat dipahami dengan lebih jelas. […] Di samping itu, dosa juga ikut menyebabkan kesengsaraan manusia.
Umat Perjanjian Lama mengalami penderitaan sejak zaman Keluaran, ketika mereka membuat patung lembu emas. Tuhan sendiri menang atas perbuatan mereka yang mengingkari perjanjian pada saat Ia menyatakan pada Musa bahwa Ia adalah “Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya.” (Kel. 34:6).
Di dalam pewahyuan pokok inilah bangsa pilihan dan setiap anggotanya akan mendapatkan, setiap kali mereka berdosa, kekuatan dan alasan untuk kembali kepada Tuhan serta mengingatkan Dia mengenai apa yang telah dinyatakan-Nya tentang diri-Nya (Bil. 14:18; 2 Taw. 30:9; Neh. 9:17; Mzm. 86(85); Keb. 15:1; Sir. 2:11; Yl. 2:13) dan memohon pengampunan-Nya.” (Ensiklik Kaya dalam Kerahiman, Dives In Misericordia, 4).
Setelah Allah memperkenalkan jati diri-Nya, Musa memberanikan diri mengajukan tiga permohonan kepada-Nya.
- Allah sudi tinggal di tengah umat-Nya dan melindungi mereka dari bahaya saat mengembara di gurun (bdk. Kel. 33:15-17);
- Mengampuni dosa berat yang dilakukan umat-Nya (bdk. Kel. 32:11-14); dan
- Memulihkan kedudukan mereka sebagai umat ‘milik-Nya’ sendiri (bdk. Kel. 19:5).
Ketiga permohonan itu tidak pernah lepas dari bibir tiap umat Israel dan hati mereka saat belambungkan doa (bdk. Mzm. 86:1-15; 103:8-10; dll.).
Akhirnya, Musa terus berjaga-jaga dan menghadap-Nya di gunung-Nya selama 40 hari. Kelak sikap batin yang sama diteladan oleh Nabi Elia, yang berjalan selama 40 hari untuk menghadap-Nya di gunung-Nya (bdk. 1Raj. 19:8), dan Yesus mempersiap diri untuk karya pelayanan publik selama 40 hari di gurun Yudea (bdk. Mat. 4:2).
Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang-lalang di ladang
Beberapa kali penginjil, seperti Santo Markus, melaporkan bahwa Yesus mengajar dan mendidik para murid di rumah di Kapernaum (Mrk. 7:17; 9:28.33; 10:10).
Berbeda dengan jaman ini, saat itu orang lebih senang menghabiskan malam-malam di musim panas dengan berkumpul bersama, bicara dan berinteraksi tentang peristiwa hidup sehari-hari.
Yesus memanfaatkan kesempatan ini untuk mengajak dan mendidik para murid-Nya. Dan pada kesempatan ini, Ia menjelaskan makna perumpamaan tentang lalang di antara gandum (Mt. 13:24-30).
Benih yang baik, ladang, lalang, musuh, musim panen, dan penuai
Seperti pada perumpamaan tentang Penabur, Yesus menjelaskan pada para murid yang belum mengerti dengan sabar. Dalam penjelasan-Nya, yang dimaksud Yesus dengan ladang adalah dunia dan musim panen mengacu pada hari akhir, kiamat.
Yesus mengidentifikasi lima kelompok orang, bahkan enam, bila mengacu pada perumpamaan tentang Penabur:
- Penabur adalah Dia yang menabur benih yang baik atau gandum, Anak Manusia;
- benih yang baik/gandum sama dengan anak-anak Kerajaan;
- lalang atau anak-anak si jahat;
- penabur lalang – musuh yang menabur benih lalang atau setan; dan
- penuai – para malaikat.
Filii Regni et filli mali, anak-anak Kerajaan dan anak-anak si jahat. Sekali lagi, Yesus menekankan hanya ada dua pilihan: menjadi anak-anak Kerajaan dan memilih Dia atau menjadi anak-anak si jahat dan berpihak pada setan. Tidak ada pilihan ketiga: satu kaki di Kerajaan dan kaki yang lain menginjak kerajaan setani.
Sama dengan perumpamaan yang lain, seperti perumpamaan tentang pukat dan ikan dan domba-kambing, Yesus menekankan pada akhir zaman, Ia akan mengutus para malaikat untuk memisahkan lalang dari gandum; kejahatan dari kebaikan.
Kejahatan akan dibuang ke dapur api yang tak kunjung padam. Sedangkan gandum dihantar masuk ke dalam Kerajaan-Nya.
Namun, terdapat jeda masa hingga masa panen. Saat itulah, Ia mengharapkan semua anak Kerajaan untuk terus berpaut padaNya.
Kitab Ulangan, misalnya, memberi nasihat (Ul. 13:4; bdk. Vulgata – Liber Deuteronomii 13:5): “Tuhan, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.”, Dominum Deum vestrum sequimini et ipsum timete et mandata illius custodite et audite vocem eius; ipsi servietis et ipsi adhaerebitis.
Allah pun akan menyesali rencana untuk menghukum mereka yang jahat bila berbalik kepada-Nya, seperti nubuat Nabi Yeremia, “Mungkin mereka mau mendengarkan dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat, sehingga Aku menyesal akan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka oleh karena perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.” (Yer. 26:3).
Dan orang-orang benar akan bersinar seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Orang benar selalu dikasihi Bapa.
Katekese
Mari kita menjadi sahabat Yesus. Origenes dari Alexandria, 185-254 :
“Nah, setelah cukup banyak berbicara dengan orang banyak dalam perumpamaan, Yesus menyuruh mereka pulang ke rumah masing-masing; dan Ia pulang ke rumah-Nya sendiri, di tempat para murid-Nya datang kepada-Nya.
Sedangkan para pendengar-Nya yang setia selalu mengikuti-Nya ke mana pun Ia pergi. Kemudian setelah bertanya tentang di mana Ia tinggal, mereka diizinkan untuk mengunjungi-Nya.
Setelah sampai rumah-Nya, mereka bertemu dan tinggal bersama-Nya sepanjang hari itu; dan mungkin beberapa dari mereka bertamanu pada-Nya lebih lama. Menurut pendapat saya, hal-hal seperti itu tersirat dalam Injil menurut Yohanes.
Dan jika kemudian, tidak seperti orang banyak yang diminta-Nya pulang, kita ingin mendengarkan Yesus dan pergi ke rumah-Nya dan menerima sesuatu yang lebih baik daripada yang diterima orang banyak. Maka, marilah kita menjadi sahabat Yesus.
Seperti murid-murid-Nya datang pada-Nya, kita juga bisa datang kepada-Nya ketika Ia masuk ke rumah. Dan setelah datang, marilah kita bertanya tentang penjelasan perumpamaan itu, apakah tentang lalang di ladang, atau hal-hal yang lainnya.” (Commentary On Matthew 10.1–3).
Oratio-Missio
Tuhan, semoga kasihMu menguasai hatiku dan mengubah hidupku agar aku mampu menabur apa yang baik, layak dan menyenangkan hatiMu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk menjadi orang benar dan bersinar seperti matahari dalam Kerajaan Bapa?
Tunc iusti fulgebunt sicut sol in regno Pa tris eorum. Qui habet aures, audiat – Matthaeum 13:43