Jumat. Pekan Biasa VIII (H)
- Sir. 44:1.9-12
- Mzm. 149:1-2.3-4.5-6a.9b
- Mrk. 11:11-26
Lectio
11 Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya. 12 Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar.
13 Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. 14 Maka kata-Nya kepada pohon itu: “Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya.
15 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulailah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, 16 dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah.
17 Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: “Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” 18 Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
19 Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota. 20 Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. 21 Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: “Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering.”
22 Yesus menjawab mereka: “Percayalah kepada Allah! 23 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.
24 Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.
25 Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” 26 (Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)
Meditatio – Exegese
Di Yerusalem Yesus masuk ke Bait Allah
Gerak masuk dan keluar menjadi ciri khas kisah ini. Kata kerja ‘masuk’ dan ‘keluar’ digunakan bergantian (Mrk. 11:11; 12; 15; 19) untuk menunjukkan gerak dan kegiatan Yesus.
Ia masuk ke Bait Allah. Ia keluar dari Betania. Ia masuk ke Bait Allah dan keluar dari kota Yerusalem.
Yesus pasti memasuki hidup tiap murid-Nya. Ia mendatangi dan menjumpai dalam tiap pengalaman hidup. Berjalan bersama, bahkan, sering tanpa disadari, Ia menggendong para murid yang dalam kesulitan.
Kemudian, di kesempatan lain, Ia pergi menjauh dari para murid. Ia meninggalkan dan menunggunya, supaya para murid mencari dan menemukan-Nya. Tetapi Ia juga kembali menjumpai murid yang setia menanti-Nya.
Yesus tidak pernah berat hati masuk Kota Suci, Bait Allah. Ia memasuki hati dan jiwa tiap murid-Nya. Pada masing-masing ditawarkan-Nya kunjungan yang menyelamatkan.
Yesus merasa lapar
Santo Markus menggunakan ungkapan serupa yang digunakan Santo Matius dan Lukas dalam kisah pencobaan di gurun (Mat. 4:2; Luk 4:2). Yesus merasa lapar ketika Ia meninggalkan kota Betania.
Kelaparan menunjuk pada keadaan fisikal, kejiwaan, bahkan, kerohanian yang lemah, rentan, lelah. Maka, Yesus membutuhkan asupan makanan bergizi cukup untuk memulihkan seluruh tubuh dan jiwa.
Mengacu pada kebutuhan fisikal, sebutir buah ara, ficus carica, mengandung cukup banyak zat gizi: kalori, karbohidrat, serat, tembaga, magnesium, kalium,riboflavin, tiamin, vitamin B6, vitamin K. Kandungan gizi buah ara berguna untuk membantu sistem endokrine, pernafasan, pencernaan, reproduksi dan imun.
Sayang, saat Yesus mencari sesuatu di pohon ara itu untuk meredakan rasa lapar, Ia tak mendapatkan apa pun. Ia juga tidak mencari buah ara, karena saat itu bukan saat musim buah.
Yang didapatinya hanya daun kering. Seandainya ada sedikit pucuk daun ara muda, Yesus akan tertolong. Ia mengharapkan sekeping hati yang rela menerima-Nya dan merasa sedih bila ada kebekuan hati.
Kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun
Dalam Perjanjian Lama, pohon ara melambangkan kemakmuran Israel yang terus menerus (bdk. 1Raj. 4:25; Mi.. 4:4). Biasanya pohon ara ditanam bersama dengan pohon anggur di ladang. Namun orang di pedesaan lebih memilih menanam untuk menaungi rumah.
Saat itu kemakmuran diyakini sebagai tanda berkat dari Allah. Namun ternyata, yang Ia jumpai adalah kegersangan yang tidak menghasilkan apa-apa.
Pohon ara yang mati mengingatkan akan kisah kejatuhan manusia pertama dalam dosa. Saat sadar akan ketelanjangan, lambang pemberontakan pada Allah, mereka dan keturunan mereka memakai daun ara untuk menutupi ketelanjangan.
Pohon ara yang kering dan tidak menghasilkan apa pun menjadi pralambang akan apa yang terjadi di Bait Allah di Yerusalem. Rumah Allah telah kehilangan makna dan kekudusannya, najis dan terpisah dari Allah. Ia sudah seperti Adam dan kita, yang memisahkan diri dari Allah.
Saat Yesus tiba di Bait Allah, yang ditemukan-Nya persis seperti yang dipralambangkan oleh pohon ara yang mati. Santo Markus menggunakan kata-kata yang keras untuk melukiskan penajisan Bait Allah: mengusir, berjual beli, penukar uang, pedagang, dibalikkan, tidak memperbolehkan dan penyamun.
Pendek kata, Rumah Allah yang kudus tidak lagi menjadi tempat doa, tempat orang berjumpa dengan Allah. Tetapi telah dicemarkan. Sabda-Nya (Mrk. 11:17), “Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!”, Vos autem fecistis eam speluncam latronum.
Menggenapi nubuat Nabi Yesaya, Yesus menjadikan Bait Allah suci kembali. “Kamu dijual tanpa pembayaran, maka kamu akan ditebus tanpa pembayaran juga.” (Yes. 52:3). “Aku … akan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap.” (Yes. 45:13).
Atas penyucian Bait Allah, Santo Petrus merefleksikan, “Kamu telah ditebus … bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.” (1Ptr. 1: 18-19).
Upaya Yesus menyucikan Bait Allah ternyata menggoncang penguasa agama yang merasa berwenang menentukan kebenaran. Mereka berusaha melenyapkan-Nya.
Percayalah kepada Allah
Yesus mengajak tiap pribadi untuk menumbuh kembangkan iman kepada Allah. Iman bertumbuh bila dijalin relasi kasih dengan-Nya, termasuk kesediaan hadir di rumah doa.
Relasi ini seperti rumput dan pohon yang ditanam dan tumbuh di tepi sungai dengan air segar mengalir tanpa henti (bdk. Yes. 44:4). Bukan seperti pohon ara yang tumbuh di tepi jalan dan akar-akar tidak memperoleh air di tanah yang kerontang.
Maka, iman yang kokoh dan tanpa keraguan menuntun tiap pribadi murid Yesus menyapa, merengkuh, dan melayani siapa pun tanpa pilih bulu, termasuk mengapuni.
Katekese
Hendaklah kamu kudus. Paus Fransiskus, 17 Desember 1936 – sekarang:
“Dengan Seruan ini saya ingin pertama-tama mengingatkan tentang panggilan kepada kekudusan yang Tuhan tujukan kepada kita masing-masing, panggilan yang ditujukan juga secara pribadi kepadamu, “Hendaklah kamu kudus, sebab Aku ini kudus.” (Im. 11:44; lih. 1Ptr. 1:16).
Konsili Vatikan II menyatakan dengan jelas, “Diteguhkan dengan upaya-upaya keselamatan sebanyak dan sebesar itu, semua orang beriman, dalam keadaan dan status manapun juga, dipanggil oleh Tuhan untuk menuju kesucian yang sempurna seperti Bapa sendiri sempurna, masing-masing melalui jalannya sendiri.” (Lumen Gentium, 11).” (Seruan ApostolikBersukacita Dan Bergembiralah. Gaudete Et Exultate, 10)
Oratio-Missio
Tuhan, bantulah aku untuk menjadi pribadi yang berbelas kasih dan suka mengampuni sesama. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk pribadi yang beriman dan berbelas kasih?
Vos autem fecistis eam speluncam latronum – Marcum 11:17