Home BERITA Lectio Divina 02.08.2020 – Diberkati, Dipecah-pecahkan dan Dibagikan

Lectio Divina 02.08.2020 – Diberkati, Dipecah-pecahkan dan Dibagikan

0
Roti dan ikan dipecah-pecahkan dan dibagikan -- Yesus memberi makan pada kerumunan orang by stpetersnewman

Hari Minggu Biasa XVIII (H)

  • Yes. 55:1-3
  • Mzm. 145:8-9,15-16,17-18
  • Rm. 8:35,37-39
  • Mat. 14:13-21

Lectio

13 Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka. 14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

15  Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa.” 16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan.”

17  Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.” 18  Yesus berkata: “Bawalah ke mari kepada-Ku.” 19  Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.

20  Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. 21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Meditatio-Exegese

Aku hendak mengikat perjanjian abadi dengan kamu

Mendung keraguan menyelimuti hati para buangan Yahudi di Babilon. Yang tinggal di pembuangan di Babel hanya para pejabat istana, petinggi Yerusalem, dan orang yang memiliki keterampilan tinggi untuk Babel. Mereka dipaksa bekerja untuk Babel setelah ditaklukkan Nebukadnezar.

Campur-aduk perasaan menggelayut di hati bangsa itu saat tahu Koresy, raja Persia, bersiap menyerbu Babilon dan hendak memulangkan mereka ke tanah air.  Saat hidup sudah tertata, ijin untuk pulang ke tanah air datang.

Tanggapan beragam. Beberapa menganggap Babel sebagai tanah kelahiran dan perlu dibela. Yang lain ragu-ragu akan kebenaran titah raja yang mengizinkan pulang. “Untuk apa pulang? Di sini sudah nyaman,” kata yang lain.

Maka, rasa cemas dan optimis, galau dan penuh harap, melingkupi pemukiman bangsa Yahudi.

Tetapi, undangan itu, yang menjadi epilog Bagian Kedua Kitab Nabi Yesaya, dimaknai sebagai undangan Allah bagi umat menerima anugerah keselamatan di Yerusalem.

Umat diundang untuk menghadiri perjamuan penetapan perjanjian (Yes. 55:1-3), seraya mengenangkan perjanjian yang diikat melalui Musa di Gunung Sinai (Kel. 24:5.11); dan pembaharuan perjanjian dengan Daud di Sion (Yes. 55:4-5).  

Umat juga diundang untuk ambil bagian dan menjadi utusan Allah yang mahakudus dan penuh belas kasih memanggil semua bangsa datang pada-Nya (Yes. 55:4-5).

Rencana keselamatan-Nya tak terpengaruh oleh tangan dan dosa manusia (Yes. 55:8-9); dan firman-Nya selalu menghasilkan buah (Yes. 55:10-11). Allah menjajikan keluaran baru, pralambang keselamatan kekal yang datang dari-Nya.   

Nabi berseru untuk memanggil umat bertobat dan menerima rahmat yang meluap dari hati Allah. Ia mengungkapkan perasaan hati Allah, “Marilah dan minumlah air.” (Yes. 55:1);

“Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!” (Yes. 55:6); “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN.” (Yes. 55:7).

Salah satu dosa ada pemborosan segala sumber daya untuk sesuatu yang sia-sia (Yes. 55:2).

Seruan ini semula ditujukan kepada para buangan di Babel untuk kembali ke Yerusalem. Tetapi, seruan yang sama bisa berlaku untuk semua orang, tanpa kecuali.

Jika mengacu pada Perjanjian abadi dengan Daud (Yes. 55:3), Gereja Katolik memandang seruan itu sebagai undangan untuk ambil bagian dalam Perjanjian baru dan kekal yang dimeteraikan oleh Darah Tuhan Yesus Kristus, suatu perjanjian bagi seluruh umat manusia.

Nubuat Nabi Yesaya terpenuhi dalam Perjanjian Baru sepenuh-penuh-Nya. Saat Tuhan Yesus menetapkan Sakramen Ekaristi, Ia bersabda, “Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” (Mat. 26:26; bdk. Yes. 55:1). Tubuh dan Darah-Nya menjadi roti hidup, makanan jiwa yang tak mungkin dibeli dengan uang (bdk. Yes. 55:1-3).  

Maka, undangan yang dikumandangkan Nabi Yesaya menjadi panggilan bagi setiap putera-puteri Gereja untuk ambil bagian dalam Perjamuan Ekaristi.

Paus Paulus VI mengajarkan, “Bagaimana mungkin kita abai untuk ambil bagian dalam persekutuan ini, untuk ambil bagian dalam perjamuan yang telah dipersiapkan Kristus dengan penuh kasih bagi kita? Kita harus ambil bagian dengan cara yang bermartabat dan penuh suka cita. Kristus yang telah disalib dan mulia melawat para murid-Nya untuk membawa serta mereka bersama-sama ke dalam pembaharuan atas kebangkitan-Nya.

Dalam Ekaristi inilah puncak persatuan kasih antara Allah dan umat-Nya di bumi: tanda dan sumber suka cita Kristian, persiapan untuk pesta perjamuan abadi di surga” (dikutip dari Ensiklik Gaudete In Domino).

Tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit

Yesus pasti mengalami kesedihan. Ia ditolak oleh tetangga yang dikenal-Nya sejak kecil di Nazaret (Mat 13:53-58). Penolakan itu memaksa-Nya meninggalkan desa asal-Nya dan menyingkir ke Kapenaum (Luk 4:31).

Ia terus mengalami kegalauan hati ketika mendengar bahwa sepupu-Nya, Yohanes Pembaptis, dipenggal kepalanya oleh Herodes Antipas.

Kabar itu cepat merembet dari Tiberias, ibu kota Galilea, hingga Kapernaum (Mat 14:13). Maka, Yesus memutuskan untuk menyingkir ke tempat sunyi dan menata hidup. Kematian Yohanes, pasti, akan menjadi penyebab penangkapan atas diri-Nya juga.

Tetapi, keinginan untuk tinggal di tempat yang sunyi harus dikesampingkan-Nya.

Ke manapun Ia pergi orang banyak berkumpul untuk berjumpa dengan-Nya – kaya dan miskin, pegawai dan buruh, laki-laki dan perempuan, bahkan orang yang disingkirkan dan orang asing. Mereka tertarik karena Ia mampu menyembuhkan penyakit, membuat banyak tanda heran.

Namun, banyak juga yang tertarik karena karena pesan yang disampaikan-Nya, yaitu: Kerajaan Allah. Mereka mengharapkan, melalui Dia, Kerajaan itu ditegakkan. Mereka percaya akan rencana Allah untuk membebaskan manusia dari dosa dan penindasan, serta membawa damai sejahtera.

Yesus meninggalkan kegalauan hati-Nya sendiri dan mengarahkan bela rasa-Nya pada mereka yang lebih membutuhkan-Nya. Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan dan menyembuhkan yang sakit. Mereka “lelah dan terlantar seperti domba-domba tanpa gembala” (Mat 9:36; 20:34).

Santo Matius menyingkapkan perasaan hati Yesus yang terdalam. Digunakan ungkapan misertus est eius untuk melukiskan bahwa hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Ungkapan ini mirip dengan ungkapan Ibrani tentang kasih seorang ibu yang secara naluriah selalu dicurahkan untuk anak-anaknya. Kata misertus mengandung makna belas kasih, kerahiman, pengampunan.

Dalam liturgi dipakai ungkapan: miserere nobis, kasihanilah kami dalam madah Gloria, Kemuliaan. Hati Yesus yang berbelas kasih juga nampak ketika Ia menjumpai sahabat karib yang mati dan dikubur di Betania, Lazarus (Yoh 11:38). Hati yang penuh bela rasa dan belas kasih itulah yang menggerak-Nya.

Yesus menengadah ke langit, mengucap berkat, memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada muridNya

Kisah Yesus memberi makan 5000 orang dikisahkan oleh empat Injil (Luk. 9:10-17, Mrk. 6:34-44, Yoh. 6:51-58, Mat.  14:13-21).  Kisah ini sangat penting, karena mengingatkan akan karya Allah di padang gurun saat Ia memberi makan manna kepada ribuan orang Israel (Kel. 16). Ia memberi makan pada umat Israel tiap hari selama empat puluh tahun di tanah yang gersang sepanjang masa pengembaraan mereka.

Kisah itu menjadi pralambang roti surgawi yang dianugerahkan Yesus pada saat Perjamuan Terakhir pada malam sebelum Ia mengorbankan diriNya di salib.

Yesus menyingkapkan hanya Allah mampu menganugerahkan roti sorgawi yang mampu menghapus rasa lapar tak bertepi yang dialami setiap manusia (bdk. Yoh 6:32-35).

Yesus menerima yang serba sedikit, lima roti dan dua ikan. Roti bukan dari gandum yang mahal, tetapi dari jelai, bahan pangan pokok rakyat jelata; dan dua ikan kering dari Danau Galilea.

Saat menerima yang serba sedikit (Mat. 14:19), “Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya.”, aspiciens in caelum benedixit et fregit et dedit discipulis panes.

Saat Yesus saat memberi makan 5000 laki-laki, belum dihitung perempuan dan anak-anak, tata gerak tubuh-Nya sama dengan saat Ia menetapkan Ekaristi.

Santo Markus mencatat, “Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada mereka.” (Mrk. 14:22). Lalu murid-murid-Nya membagi-bagikan roti dan ikan kepada orang banyak.

Perjamuan yang diwariskan-Nya itulah yang menemani perziarahan kita hingga kelak masuk dalam Kerajaan Sorga. Syarat untuk masuk adalah kehendak untuk mau diberkati, dipecah-pecahkan dan dibagikan kepada banyak orang.  

Katekese

Tuhan memenuhi segala sesuatu dengan berkat dari atas. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444:

“Melalui pelbagai macam cara Tuhan dikenal sebagai Sang Khalik melalui alam semesta. Ia melipat-gandakan apa yang sedikit; dan Ia menengadah ke langit seolah meminta berkat dari atas. Sekarang Ia melakukan ini demi karya penyelamatan ilahi, demi kita. Karena Dialah yang memenuhi segala sesuatu, berkat dari atas dan dari Bapa.

Tetapi, agar kita dapat belajar bahwa ketika kita bertanggung jawab atas meja dan bersiap untuk memecah-pecahkan roti, kita harus mempersembahkan roti-roti itu kepada Tuhan dengan tangan terangkat dan menurunkankannya dengan berkat dari atas. Maka Ia menjadi awal mula, teladan dan cara kita hidup” (dikutip dari Fragment 177)

Oratio-Missio

  • Tuhan, Engkau memuaskan kerinduan lubuk hatiku dan Engkau memberi makan dengan gandum yang terbaik (Mzm 81:17). Penuhilah hatiku dengan ungkapan syukur atas berkatMu dan berilah aku semangan untuk memberi dengan tulus dan membagikan anugerahMu kepada sesama dengan penuh suka cita. Amin.  
  • Apa yang perlu aku lakukan agar mau ‘diberkati, dipecah-pecah dan dibagikan’ untuk Tuhan dan sesama?  

aspiciens in caelum benedixit et fregit et dedit discipulis panes – Matthaeum 14: 19

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version