Home BERITA Lectio Divina 04.04.2021 – Melihat dan Percaya

Lectio Divina 04.04.2021 – Melihat dan Percaya

0
Melihat Dan Percaya Rabunni, by Catholic Strength.

Minggu Hari Raya Paskah Kebangkitan Tuhan (P)

  • Kis.10:34a.37-43.
  • Mzm.118:1-2.16ab-17.22-23.
  • 1Kor.5:6b-8/ Kol.3:1-4.
  • Yoh.20:1-9

Lectio

1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 2  Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.”

3 Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. 5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.

6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, 7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.

8 Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya. 9 Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.

Meditatio-Exegese

Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa

Ketika Petrus diterima keluarga Kornelius, perwira Romawi itu, ia menyampaikan pesan bahwa  Allah tidak membedakan orang.

Allah membuka tangan-Nya untuk segala bangsa tanpa membedakan. Sebagai Hakim, Ia tidak memandang bulu (Kis. 10:34; Ul. 10:17). 

Santo  Lukas mengikuti gagasan Paulus, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28).

Selanjutnya, Petrus mengingatkan peristiwa Yesus. Sebagai perwira Romawi, pasti Korenelius telah mendengar, memperoleh laporan dan menyaksikan apa yang dilakukan Yesus di Galilea setelah pembaptisan Yohanes.

Yesus dari Nazaret, yang diurapi Allah dengan Roh Kudus dan kuasa-Nya, pergi berkeliling melakukan kebaikan dan menyembuhkan penyakit serta mengusir setan.

Karya Yesus di Galilea bermakna bahwa  Kabar Suka Cita keselamatan dan penebusan, mula-mula, diwatakan oleh Yesus Kristus kepada bangsa Yahudi, dimulai dari Galilea. Santo Lukas menekankan bahwa para rasul adalah saksi peristiwa Yesus baik di Galilea maupun di Yerusalem (Luk. 24:44-48; Kis. 2:32; 3:15; 5:32; 10:39).

Inti kesaksian dan sekaligus pokok iman para rasul adalah bahwa Yesus, yang mengenakan gelar dan nama diri Kristus adalah Tuhan semua orang (Kis. 10: 36).

Ia dibunuh, digantung di kayu salib (Kis 10: 39), tetapi, pada hari ketiga, Ia dibangkitkan dari antara orang mati (Kis. 10:40).

Dengan demikian melalui para saksilah peristiwa penyelamatan diwartakan mulai dari Yerusalem hingga ke ujung bumi.

Tidak sembarang orang diperkenankan menjadi saksi. Setelah kebangkitan, Yesus tidak menampakkan diriNya kepada semua bangsa Yahudi. Ia menampakkan diri kepada mereka yang dipilih-Nya.

Mereka yang ditentukan adalah mereka yang dengan suka rela menerima diri-Nya dengan tangan terbuka, walau pun berdosa dan telah meninggalkan-Nya.

Dari merekalah kabar suka cita sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus diterima manusia.

Dan karena kita menerima Yesus Kristus dengan suka cita, Ia mengundang kita untuk mewartakan kabar gembira yang sama yang diterima oleh mereka yang pernah dipilih-Nya saat itu.

Tujuan kita bersaksi adalah “Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan dosa oleh karena nama-Nya” (Kis. 10:43).

Ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu

Gereja Perdana mengalami kesulitan menerima iman akan kebangkitan Yesus. Mereka membutuhkan perjalanan yang cukup lama untuk menerima fakta bahwa Yesus bangkit dari kematian.

Pertumbuhan iman mereka seperti pohon sesawi, dari biji yang kecil, ditanam, berakar kuat di tanah yang subur dan tumbuh tinggi menjulang.

Semula, banyak orang tidak percaya akan kesaksian mereka yang mengalami kehadiran Yesus yang telah bangkit (Mat. 28:17; Mrk. 16:11.13.14; Luk. 24:11.36.41; Yoh 20:25).

Tetapi karena pengalaman akan kebangkitan yang diungkapakan melalui penampakan begitu kuat, dalam, dan meyakinkan, pengalaman ini berhasil mengatasi ketidakpercayaan  bahwa hidup menang atas kematian.

Sama seperti tradisi Injil menurut Matius, Markus dan Lukas, Santo Yohanes memerinci waktu kepergian Maria Magdalena ke kubur Yesus.

Ia pergi ke kubur pada hari pertama minggu itu, sehari setelah Sabat, yang dijadikan hari raya oleh orang Kristen sebagai dies Dominica, hari Tuhan.

Kalau para ketiga penginjil lain menggunakan ungkapan pagi-pagi benar, bahkan Santo Markus menggunakan ungkapan “setelah matahari terbit” (Mrk. 16:2), Santo Yohanes menggunakan ungkapan “ketika hari masih gelap”, cum adhuc tenebrae essent.

Dalam Injil keempat ‘gelap’ atau ‘malam’ melambangkan ketiadaan iman (Yoh. 1:5; 3:2). Suasana ini melingkupi komunitas iman, Gereja Perdana.

Para perempuan yang mengikuti Yesus ternyata lebih setia daripada kaum laki-laki. Merekalah pribadi-pribadi pertama yang percaya akan Kabar Sukacita kebangkitan (Mat. 28:9-10; Luk. 24:4-11; Yoh. 20:11-18).

Saat dihadapkan pada berita Maria Magdalena, yang berkata, “Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Santo Yohanes tidak menyebutkan perempuan lain yang datang bersama Maria Magdalena ke makam, di pagi yang gelap itu.

Mendengar berita itu, Petrus dan murid yang dikasihi-Nya segera berlari ke makam. Murid yang dikasihi-Nya berlari lebih kencang dari Petrus dan lebih dulu tiba di makan. Tetapi ia tidak masuk ke dalamnya.

Sebaliknya, Petrus, yang tiba belakangan, langsung masuk ke makam. Ia “melihat kain kapan terletak di tanah dan kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kafan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung.” (Yoh. 20:6-7).

Penglihatan Petrus menepis kemungkinan tindakan pencurian atas jenazah Yesus. Bila jenazah-Nya dicuri orang, pasti keadaan kubur berantakan.

Et vidit et credidit, melihat dan percaya. Menyaksikan apa yang terjadi di makam, sikap batin yang diambil dua orang murid Yesus berbeda. Murid yang dikasihi Yesus masuk ke makam, vidit et credidit, melihat dan percaya. Ia percaya akan kebangkitan-Nya.

Sedangkan Petrus tidak. “Sebab selama itu mereka belum mengerti isi Kitab Suci yang mengatakan, bahwa Ia harus bangkit dari antara orang mati.” (Yoh. 20:8).

Katekese

Rahim bumi melahirkan. Santo Hesychius dari Yerusalem, Bapa Gereja, wafat sekitar 450:

“Saat pertama kali tersembunyi di rahim perempuan, Ia menyucikan kelahiran manusia dengan kelahiran-Nya sendiri.

Kemudian, tersembunyi di dalam kubur, Ia memberi hidup kepada yang mati dengan kebangkitan-Nya. Penderitaan, luka dan desah nafas telah berlalu.

Siapa yang mengenal pikiran hari Allah, atau yang menjadi penghibur-Nya jika bukan Sang Sabda yang menjadi daging yang dipaku di salib, yang bangkit dari kematian dan yang naik ke surga?

Hari ini diberitakan kabar sukacita: hari ini hari kebangkitan Tuhan ketika, bersama-Nya, Ia membangkitkan keturunan Adam. Setelah dilahirkan demi manusia, Ia bangkit dari kematian bersama mereka.

Pada hari ini, firdaus dibuka oleh Yang bangkit dari mati, hidup Adam dipulihkan dan Hawa dihibur. Pada hari ini, panggilan ilahi terdengar, Kerajaan-Nya dipersiapkan, kita diselamatkan dan Kritus dipuji.

Pada hari ini ketika Ia meletakkan maut di telapak kaki-Nya, menjadikan penguasa kejahatan tahanan-Nya dan meluluh lantakkan dunia orang mati, Kristus naik ke surga sebagai Raja yang menang jaya, sebagai Penguasa perkasa dan Pahlawan tak terkalahkan.

Ia bersabda pada Bapa, “Inilah Aku, ya Allah, bersama dengan anak-anak yang telah Engkau berikan padaKu”.

Dan Ia mendengar jawaban dari Bapa, “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.” (Mzm. 110:1).

Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan selama-lamanya, sepanjang segala abad. Amin. (dikutip dari Easter Homily 5-6).

Oratio-Missio

  • Tuhan, Engkau telah mengalahkan kematian agar kami memiliki hidup baru dan kebangkitan. Berilah aku mata iman untuk melihat kemuliaan-Mu. Bantulah aku untuk dekat pada-Mu dan selalu mengasihi-Mu. Amin.  
  • Apa yang perlu aku lakukan untuk percaya pada kebangkitan-Nya?

Et vidit et credidit – Ioannem 19:8

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version