Home BERITA Lectio Divina 04.08.2023 – Nabi Ditolak di Tempat Asalnya Sendiri

Lectio Divina 04.08.2023 – Nabi Ditolak di Tempat Asalnya Sendiri

0
Bukankah Dia hanya anak tukang kayu?, by Vatican News.

Jumat. Peringatan Wajib Santo Yohanes Maria Vianney (P)

  • Im.23:1.4-11.15-16.27.34b-37
  • Mzm.81:3-6b.10-11b
  • Mat.13:54-58

Lectio

54 Setibanya di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? 55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu?

Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?”

57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” 58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.

Meditatio-Exegese

Itulah hari-hari raya yang ditetapkan Tuhan

Tuhan menetapkan hari-hari yang dikhususkan untuk perayaan dan mengenangkan karya penyelamatan-Nya tak hanya dalam perikop ini (bdk. Kel. 23:14-19; 34:18-26; Ul. 16:1).

Pertama-tama perayaan berkaitan dengan hari Sabat, yang menjadi rujukan seluruh hari perayaan, khususnya terkait dengan istirahat (bdk. Kej. 2:1-3). Yesus setia mengikuti Sabat, tetapi sering pula mengecam penerapan hukum yang berlebihan (bdk. Mat. 15:1-9; 23:41; Kis. 15:10).

Hari Raya Paskah dibahas dalam Kel. 12:1-14:21-28 dan 13:3-10. Bulan pertama disebut sebagai Bulan Nisan, sebelumnya disebut Abib. Hari raya dimulai pada saat matahari tenggelam. Hari ini juga dilukiskan sebagai persiapan hari raya Roti Tak Beragi, yang dimulai hari berikut, 15 Nisan dan berlangsung selama tujuh hari.

Pada hari raya ini Yesus tak hanya menetapkan Ekaristi, tetapi juga dikurban di altar salib. Yesus memulai perayaan Paskah pada jam enam pada hari Persiapan Sabat, waktu yang sama saat domba Paskah dikurbankan.

Inilah awal Paskah baru, saat Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia dikurbankan (bdk. Yoh. :29, 36; 19:14).

Pada hari raya Buah Sulung, bangsa Israel harus mempersembahkan buah sulung dari hasil panen mereka pada tanggal 16 bulan Nisan. Di lembah Yordan, gandum sudah matang dan siap panen pada bulan Nisan (bdk. Bil. 28:26-31).

Maka, umat mengungkapkan iman akan pemeliharaan Tuhan dan  kedaulatan-Nya atas seluruh alam ciptaan.

Terkait juga dengan masa panen, umat merayakan hari raya Tujuh Minggu atau  Pentakosta. Ditetapkan berdasarkan hitungan pada hari ke-50 dari hari Sabat permulaan hari raya Paskah.

Pentakosta baru dimulai saat Roh Kudus turun atas para Rasul. Hari ini menandai tak hanya permulaan Hukum baru, yang lebih sempurna dan ditanam dalam hati manusia (bdk. 2Kor. 3:3).

Tetapi juga, Gereja justru menerima anugerah buah sulung yang bernilai paling tinggi, yakni: wafat Kristus di salib,  kekuatan Roh Kudus yang menyucikan dan menurnikan manusia berkat anugerah ilahi-Nya. 

Pada bulan ketujuh, Tishre, diperingati hari raya Sangkala atau Serunai. Setiap hari sangkakala yang terbuat dari tanduk kambing-domba ditiup dari sinagoga untuk memanggil tiap pribadi umat agar berbalik kepada Allah dan bertobat.

Pada hari ke sepuluh di bulan yang sama, dirayakan hari raya tersuci dalam agama Yahudi, Hari Raya Pendamaian. Seluruh umat diperdamaikan dengan Allah melalui kurban penghapus dosa (bdk. Bil. 29:7-11).

Setelah Bait Suci dihancurkan pada tahun 70 Masehi, ibadat kurban tidak mungkin dilakukan. Maka, para rabi mengganti hewan kurban dengan doa, pertobatan dan amal. Praktek ini dilakukan hingga sekarang. 

Hari raya Pondok Daun atau Tabernakel dirayakan selama tujuh hari dan dimulai pada tanggal 15 bulan Tishre. Panen terakhir disimpan, khususnya panen anggur. Suasana sukacita mewarnai perayaan ini.

Hari raya Pondok Daun menandai dimulainya penanaman benih. Maka doa memohon hujan dipanjatkan. Maka, air yang berasal dari kolam Siloam diambil dan dipercikkan di seputar altar Bail Allah.

Pada masa Ezra dan Nehemia, pertengan abad ke-5 sebelum Masehi, pondok yang terbuat dari ranting pohon didirikan di teras rumah atau di pedesaan. Umat tinggal di pondok itu sepanjang hari perayaan. Mereka mengenangkan leluhur mereka yang tinggal di kemah-kemah saat di gurun setelah peristiwa keluaran dari Mesir.

Santo Yohanes mencatat bahwa pada hari raya Pondok Daun, Yesus menyingkapkan dari hati-Nya akan mengalir aliran air hidup, yakni “Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya.” (Yoh. 7:2.38-39). 

Hari raya lain, seperti Purim dan Pentahbisan Bait Allah ditentukan di masa kemudian. Umat merayakan dan mengenangkan Allah yang terus menyertai mereka.

Setibanya di tempat asal-Nya

Agak lama rupanya meninggalkan kampung halaman, Nazaret, dan menetap di Kapernaum (Mat. 4:13). Sekarang Ia pulang kampung. Tetapi, kepulangan-Nya ke tempat-Nya dibesarkan tidak membawa kegembiraan dan suka cita.

Segala sesuatu telah berubah di Nazaret. Mereka yang dulu bersahabat, bersikap ramah, selalu menerima-Nya, sekarang, sudah berubah. Karena mengalami penolakan di sana, tidak ada satu pun mukjizat dapat Ia  lakukan di tempat kelahiran-Nya.

Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat itu?

Membandingkan dengan Injil Lukas, rupanya Yesus diminta untuk mengajar di hari Sabat di sinagoga Nazaret.

Kebiasaan ini sangat baik, karena mengundang dang menghormati orang atau anggota komunitas yang lama tidak ambil bagian dalam kegiatan bersama. Menjadi kesempatan untuk berbagi pengalaman.

Pada awalnya mereka menyambut Yesus dengan tangan terbuka dan hangat. Tetapi yang indah itu segera berubah menjadi penolakan, bahkan pelecehan.

Mereka tahu apa yang dilakukan Yesus di Kapernaum dari kabar yang merembet melalui mulut ke mulut hingga mencapai Nazaret.

Dan saat Yesus tampil di hadapan mereka, orang-orang yang dikenal Yesus sejak kecil (Mat. 2:23), memperlihatkan kemarahan. Mereka tidak mampu melihat karya Allah yang dilakukan melalui tangan orang kecil, saat mereka meminta persetujuan, “Bukankah Ia ini anak tukang kayu?”

Pelecehan dimulai. Mereka merendahkan Yesus yang hanya anak tukang kayu. Memang, profesi itulah yang juga Ia tekuni. Ditambah lagi mereka tidak mau menerima Yesus, karena Ia berasal dari keluarga yang biasa saja, bukan keluarga dari golongan yang perlu mereka hormati. 

Mereka saling bergumam, “Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudaraNya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?” (Mat. 13:55-56).

Padahal, kalau mereka mau menelisik silsilah Yesus, mereka harus menaruh hormat pada-Nya (bdk. Mat. 1:1-16; Luk. 3:23-38). Orang-orang Nazaret gagal untuk percaya pada-Nya.

Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya

Yesus tahu dan sadar bahwa tidak ada nabi yang dihormati di tempat asalnya sendiri. Ia mau menekankan bahwa apabila orang tidak mau menerima dan saling mempercayai, bahkan mengimani-Nya, Ia tidak mampu melakukan apa pun juga.

Prasangka buruk menghalangi perbuatan baik, termasuk mukjizat oleh Tuhan sendiri. Maka Ia bersabda (Mat. 13:57), “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya”, Non est propheta sine honore nisi in patria et in domo sua.

Katekese

Mukjizat tak terjadi karena ketidak percayaan. Origenes dari Alexandria, 185-254:

“Sepengetahuan saya, cara kerja mukjizat seperti cara kerja alam. Pengolahan lahan melulu tidak memadai untuk menghasilkan panen berlimpah, jika tana, atau lebih tepat seluruh lingkungan, tidak ambil bagian untuk menghasilkannya.  

Dan seluruh lingkungan juga tidak memadai untuk menghasilkan penen berlimpah tanpa pengolahan lahan yang baik. Dia yang memenciptakan dunia tidak pernah merancang ciptaan-Nya untuk menghasilkan panenan tanpa pengolahan lahan yang bagus.

Ia melaksanakan rancangan-Nya pada awal mula penciptaan saat bersabda, “Hendaklah daratan menumbuhkan tunas; tumbuh-tumbuhan menghasilkan biji, dan pohon buah-buahan menghasilkan buah yang berbiji sesuai dengan jenisnya masing-masing di atas bumi.” (Kej. 1:11).

Demikian halnya dengan karya mukjizat. Seluruh karya yang menghasilkan penyembuhan hanya dapat dilakukan dengan mewujud nyatakan iman. Maka, iman, berapa pun kualitasnya, tidak akan menghasilkan buah penyembuhan tanpa kuasa ilahi.” (dikutip dari Commentary On Matthew 10.19).

Oratio-Missio

Tuhan, kasih-Mu mengalahkan tiap ketakutan dan menghancurkan kebencian dan kecurigaan. Bantulah aku agar mampu memperlakukan sesama seperti Engkau mengasihi aku. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk selalu menyambut Yesus dengan sukacita?

Iesus autem dixit eis, “Non est propheta sine honore nisi in patria et in domo sua” – Matthaeum 13:57

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version