Home BERITA Lectio Divina 06.08.2021 – Dengarkanlah Anak-Ku

Lectio Divina 06.08.2021 – Dengarkanlah Anak-Ku

0
Ilustrasi: Yesus berubah rupa, berkilauan by Catholic.net.

Jumat. Pekan Biasa XVIII (H).

Pesta Yesus Menampakan Kemuliaan-Nya (P)           

  • Dan. 7:9-10.13-14
  • Mzm. 97:1-2.5-6.9
  • 2Ptr. 1:16-19
  • Mrk.9:2-10

Lectio

2 Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, 3 dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu.

4 Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. 5 Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” 6 Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan.

7 Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” 8  Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorangpun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri.

9 Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorangpun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. 10 Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan “bangkit dari antara orang mati.”

Meditatio-Exegese

Anak Manusia datanglah kepada Yang Lanjut Usianya itu

Penglihatan Nabi Daniel menyingkapkan pengadilan ilahi terhadap seluruh kerajaan. Allah dilukiskan sedang duduk di singgasana surga. Kemuliaan-Nya memancar ke segala penjuru dan para malaikat mengelilingi-Nya. Pengadilan segera dilaksanakan.

Kitab-kitab hendak dibuka (Dan. 7:10). Kitab-kitab itu berisi tentang seluruh perbuatan manusia (bdk. Yer. 17:1; Mal. 3:16; Mzm. 56:9; Why. 20:12).

Pada sang penglihat disingkapkan seluruh perjalanan sejarah, yang tidak diatur menurut urutan waktu, chronos: seluruh kerajaan dunia diperlihat dalam kejapan mata.

Sang penglihat juga mencatat bahwa hukuman lebih berat dijatuhkan kepada tanduk yang berbicara dengan sombong dari pada binatang-binatang yang lain (Dan. 7:11-12).

Tentang pengadilan terakhir, Gereja mengajar, “Seperti para nabi dan Yohanes Pembaptis, Yesus pun mengumumkan pengadilan pada hari terakhir dalam khotbah-Nya.

Di sana akan disingkapkan tingkah laku dan isi hati yang paling rahasia dari setiap orang. Lalu ketidakpercayaan orang berdosa, yang telah menolak rahmat yang ditawarkan Allah, akan diadili.

Sikap terhadap sesama akan menunjukkan, apakah orang menerima atau menolak rahmat dan cinta Allah. Yesus akan mengatakan, “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat. 25:40).” (Katekismus Gereja Katolik, 678).

Nubuat Daniel menyingkapkan juga Anak Manusia yang datang dengan awan-awan dari langit. Ia tidak dibangkitkan dari samudera gelap seperti binatang buas itu (bdk. Kej. 1:2). Kegelapan tidak pernah menguasaiNya (Yoh. 1:5).

Ia dibangkitkan dan maut dikalahkan-Nya, yang dilambangkan dengan kedatangan-Nya dengan awan dari langit. Melalui-Nya hidup dan martabat manusia dipulihkan. Maka, Gereja mewartakan dan mengakui dalam Syahadat/Credo bahwa Yesus Kristus duduk di sisi kanan Bapa.

“Duduk di sebelah kanan Bapa berarti awal kekuasaan Mesias. Penglihatan nabi Daniel dipenuhi “Kepada-Nya diberikan kekuasaan, kemuliaan, dan kekuasaan sebagai raja. Segala bangsa, suku bangsa, dan bahasa mengabdi kepadaNya.

Kekuasaan-Nya kekal dan tidak akan lenyap. Kerajaan-Nya tidak akan musnah (Dan. 7:14). Sejak saat ini para Rasul menjadi saksi-saksi ‘kekuasaan-Nya’ yang ‘tidak akan berakhir’.” (Syahadat Nisea-Konstantinopel).” (Katekismus Gereja Katolik, 664).

Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes ke sebuah gunung yang tinggi

Setelah pengakuan iman Petrus di Kaisarea Filipi bahwa Yesus adalah Mesias (Mrk 8:27-30), Yesus mengajak kelompok inti ini (Mrk. 9:2; bdk. Mrk. 5:37; 9:14; 13:3; 14:33) ke gunung untuk melihat kemuliaan-Nya.

Ia hendak memenuhi nubuat-Nya sediri, “… sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat bahwa Kerajaan Allah telah datang dengan kuasa” (Mrk. 9:1).

Di gunung Sinai Musa menghadap Allah enam hari lamanya dan pada hari ketujuh Allah menampakkan diri-Nya padanya (Kel. 24:15-16). Di gunung Horeb Tuhan, Allah semesta alam, menampakkan diri-Nya pada Nabi Elia dalam rupa angin sepoi-sepoi (1Raj. 19:12).

Kepada tiga orang murid inilah Yesus akan menampakkan kebenaran tentang akhir jaman (lih. Mrk. 13:3; 14:26).

Peristiwa pernyataan diri Yesus terjadi di depan mata mereka:  Ia berubah rupa (Mrk. 9:2); mengenakan pakaian sangat putih berkilat-kilat (Mrk 9:3); nampaklah Elia bersama dengan Musa (Mrk. 9:4); awan menaungi mereka (Mrk. 9:7); dan, akhirnya, tidak melihat seorangpun lagi, kecuali Yesus (Mrk. 9:).

Yesus berubah rupa

Santo Markus menggunakan kata  μετεμορφωθη, metemorphothe, dari kata dasar μεταμορφοω, metamorphoo.Perubahan rupa Yesus tidak seperti yang terjadi pada alami biasa, seperti ulat menjadi kupu-kupu.

Ia berubah rupa dari penampakan-Nya yang duniawi menjadi penampakan makhluk surgawi (bdk. 1Kor. 15:51-52).

Pakaian-Nya yang putih bercahaya merupakan pakaian yang dikenakan semua makhluk surgawi dan semua yang dibangkitkan dari mati (Mrk. 16:5; Kis 1:10; Dan 12:3; Why 7:9).

Maka, pernyataan diri Yesus dalam kemuliaan di gunung menjadi pralambang kebangkitan-Nya kelak.

Datanglah awan menaungi mereka

Bersama Yesus hadir pula Musa dan Elia. Pakaian putih berkilauan dan wajah Musa bercahaya sama seperti ketika ia berbicara dengan Yahwe dan menerima Hukum Taurat (Kel. 34:29-35).

Elia membela keesaan Allah yang campakkan oleh Raja Ahab dan Izebel. Ia menghancurkan seluruh pemujaan pada Baal, bahkan, seluruh nabi Baal dibunuhnya di sungai Kison (1Raj. 18:40). 

Dalam penampakan itu, Allah selalu hadir dalam rupa awan. Allah menaungi Musa dan umat Israel dengan tiang awan yang tebal (Kel 13:21; 19:9).

Allah menaungi juga Elia dengan awan setelapak tangan. Kemudian awan kecil itu berubah menjadi awan badai yang menyapu seluruh musuh Allah di bawah Gunung Karmel (1Raj. 18:44-46).  

Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia

Dari tengah awan, Allah bersabda (Mrk. 9:7), “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!”,Hic est Filius meus dilectus; audite illum.

SabdaNya mengingatkan akan sosok Mesias, Hamba Yahwe, seperti dinubuatkan Nabi Yesaya (bdk. Yes. 42:1). Ungkapan, “Dengarkanlah Dia!” dinubuatkan Nabi Musa (Ul. 18:15). Dalam diri Yesus seluruh nubuat tentang-Nya digenapi.

Ia menggenapiNya melalui jalan salib, seperti yang dinubuatkan Nabi Yesaya tentang Hamba Yahwe yang menderita sengsara, bahkan, kematian (Yes. 53:3-9). Kehadiran Musa dan Elia menjadi saksi kebenaran. Tetapi, setelah kehadiran mereka berdua, tinggallah Yesus sendiri. Ia menjadi kunci untuk memahami seluruh Perjanjian Lama.

Mendengarkan Yesus bermakna mengikuti seluruh jejak langkah hidup, sabda dan karya-Nya. Ketika Ia menderita sengsara, wafat di salib, dan bangkit pada hari ketiga, seluruh hidup, sabda dan karya-Nya dibenarkan Allah. 

Maka, sebenarnya tidak ada keraguan lagi tentang Dia, seperti kebodohan para murid yang diajak-Nya ke gunung itu (Mrk. 9:5).

Santo Yohanes Paulus II mengajarkan, “Tiada hentinya Gereja mendengarkan sabda-Nya. Terus menerus Gereja membacanya. Dengan devosi yang amat mendalam Gereja menyusun ulang setiap peristiwa rinci hidup-Nya. Sabda itu didengarkan juga oleh umat bukan Kristen.

Hidup Kristus juga menyapa banyak orang yang tidak mampu mengulangi bersama Petrus, ”Engkaulah Kristus Putera Allah yang hidup.” (Mat. 16:16).

Dia, Putera Allah yang hidup, juga menyapa orang-orang sebagai Manusia. Hidup-Nyalah yang berbicara, kemanusiaan-Nya, kesetiaan-Nya terhadap kebenaran, cintakasih-Nya yang merangkul segalanya.

Selanjutnya, wafat-Nya di Salib berbicara, maksudnya: jurang penderitaan-Nya, saat Ia ditinggalkan, jurang yang tak terduga dalamnya. Tidak pernah Gereja berhenti menghayati lagi kematian-Nya di Salib dan kebangkitan-Nya, yang merupakan isi hidup Gereja sehari-hari  […]

Gereja menghayati misteri-Nya, terus menerus menimba dari padanya, dan tiada hentinya berusaha menyalurkan misteri Guru dan Tuhannya itu kepada umat manusia-kepada suku-suku dan bangsa-bangsa, kepada angkatan demi angkatan, dan kepada setiap orang.” (Ensiklik Redemptor Hominis, 7).

Dan tentang Elia yang dirindukan, Yesus ternyata menyadari kehadiran Yohanes Pembaptis. Ia merintis jalan bagi-Nya sebagai Elia baru (Mi. 3:23-24; Sir. 48: 10).

Katekese

Dengarkanlah Dia. Santo Leo Agung, 400-461:

Suara dari awan berkata, “nilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.”  Saya dikenalkan pada-Nya melalui pewartaan-Nya. Saya dimuliakan melalui kerendahan hati-Nya.

Jadi dengarkan dia tanpa ragu. Ia adalah Kebenaran dan Hidup. Ia adalah kekuatan dan kebijaksanaan saya. “Dengarkanlah Dia.” yang telah dinubuatkan oleh misteri Hukum Tuhan dan dikidungkan para nabi.

“Dengarkanlah Dia.”, yang melalui darah-Nya Ia menebus dunia, yang buta karena kejahatan dan dosa. Ia telah mengikat iblis dan menahannya di perahunya. Ia juga telah mematahkan hutang dosa dan belenggu kejahatan.

“Dengarkanlah Dia.”, yang  membuka jalan ke surgadan melalui derita-Nya di salib mempersiapkan langkahmu memasuki Kerajaan-Nya.” (dikutip dari Sermon 38,7)

Oratio-Missio

Tuhan, ajarailah aku untuk selalu mendengarkan Anak-Mu, setia pada-Nya selalu. Amin.

  • Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia!”

Hic est Filius meus dilectus; audite illum – Marcum 9:7

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version