Rabu (U)
- Yes.25:6-10a
- Mzm 23:1-6
- Mat. 15:29-37
Lectio
29 Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. 30 Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.
31 Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.
32 Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.”
33 Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: “Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?”
34 Kata Yesus kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” “Tujuh,” jawab mereka, “dan ada lagi beberapa ikan kecil.” 35 Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. 36 Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak.
37 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.
Meditatio-Exegese
Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu
Yesus meninggalkan daerah Tirus dan Sidon. Ia sekarang tiba di daerah perbukitan Galilea. Kabar tentang penyembuhan anak perempuan dari Kanaan yang berembus menarik perhatian banyak orang untuk mengikuti-Nya (bdk. Mat. 15:21:28). Salah satu dari mereka, perempuan Kanaan itu, mengikutiNya.
Mereka berbondong-bondong mendatangi-Nya dan membawa serta banyak orang dengan pelbagai macam penyakit dan penderitaan : kelumpuhan, cacat tubuh, tuna wicara, tuna netra dan banyak lagi lainnya.
Semua orang yang menderita diletakkan di hadapan Yesus dengan harapan Ia mau menyembuhkan mereka. Dan terjadilah apa yang diharapkan orang. Ia menyembuhkan mereka semuanya. Mereka takjub, memuji dan memuliakan Allah (Mat. 15:30-31).
Yesus menyaksikan begitu banyak orang berbondong mengikuti-Nya ke mana pun Ia pergi. Mereka sudah mengikuti-Nya selama tiga hari. Mungkin perbekalan mereka telah habis. Dalam situasi semacam ini, hati Yesus luluh. Hati-Nya tergerak oleh belas kasihan.
Santo Matius menggunakan kata σπλαγχνιζομαι, splagchnizomai, dari kata kata splanxna (perut, hati, paru, ginjal; figuratif – pusat hidup manusia), hati-Nya iba. Dalam Vulgata diungkapkan, Misereor turbae, Aku berbelas kasihan.
Karena belas kasih-Nya, Ia kemudian menantang para murid-Nya untuk melakukan hal yang mustahil dilakukan di daerah pegunungan, jauh dari pemukiman: memberi mereka makan. Sabda-Nya, “Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” (Mat. 15:32).
Yesus menghadapkan para murid dengan pengalaman bangsa Israel saat di Masa dan Meriba, ketika mereka kehabisan makanan dan memberontak melawan Musa; dan, dengan cara itu pula, mereka mencobai Allah (bdk. Kel 17:7; Mzm 95:8).
Para murid kehilangan akal dan tidak mampu melihat jalan keluar. Tetapi mereka tidak melakukan pemberontakan, seperti leluhur mereka. engan nada bertanya mereka menjawab, “Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?” (Mat. 15:33).
Maka, Yesus meminta mereka mencari tahu ada berapa cadangan makanan yang masih tersedia di antara orang banyak itu. Tujuh roti dan beberapa ikan kecil (Mat. 15:34).
Yesus kemudian meminta semua orang yang mengikuti-Nya untuk duduk dalam kelompok. Biasanya mereka duduk dalam kelompok 10, 50 hingga 100 orang dan salah satu ditunjuk sebagai pemimpin (bdk. Kel. 18:25).
Setelah duduk dalam kelompok-kelompok, Yesus mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak (Mat. 15: 36).
Gerak tubuh-Nya menjadi pralambang Ekaristi yang ditetapkan-Nya pada perjamuan malam terakhir: mengambil, mengucap syukur, memecah-mecahkan, memberikan (Mat. 26:26).
Saat Ia menyerahkan tubuh-Nya di kayu salib, wafat dan bangkit pada hari ketiga, terpenuhilah nubuat Musa (bdk. Ul. 18:15-18; Kis. 7:37). Ia Inilah perayaan dan suka cita karena kehidupan, bukan perayaan atas kematian, seperti dilakukan di istana Herodes Antipas (Mat. 14:1-12).
700 tahun sebelum kedatangan Yesus, Nabi Yesaya menubuatkan bahwa Allah menyediakan perjamuan surgawi untuk para bangsa. Ia juga berjanji akan menghancurkan kematian sekali untuk selamanya.
Sabda-Nya melalui Nabi Yesaya, “Tuhan semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan dengan masakan yang bergemuk, suatu perjamuan dengan anggur yang tua benar, masakan yang bergemuk dan bersumsum, anggur yang tua yang disaring endapannya.
Dan di atas gunung ini Tuhan akan mengoyakkan kain perkabungan yang diselubungkan kepada segala suku bangsa dan tudung yang ditudungkan kepada segala bangsa-bangsa. Ia akan meniadakan maut untuk seterusnya; dan Tuhan Allah akan menghapuskan air mata dari pada segala muka; dan aib umat-Nya akan dijauhkan-Nya dari seluruh bumi, sebab Tuhan telah mengatakannya.” (Yes. 25:6-8).
Yesus, Anak Allah, memenuhi janji Bapa-Nya. Saat Ia melawan perjamuan Herodes Antipas melalui lambang perjamuan hidup, semua orang makan sampai kenyang, bahkan, masih tersisa tujuh bakul.
Mukjizat Yesus bukan hanya merupakan tanda kehadiran Kerajaan Allah dan kemenangan atas setan. Tetapi juga menunjukkan bahwa Ia berbelas kasih. Ia selalu memberi anugerah berlimpah ruah.
Katekese
Suka cita karena pengharapan selalu berakar pada Kristus. Santo Cyrilus dari Alexandria, 376-444 :
“Setelah menubuatkan bahwa Tuhan akan memerintah di Zion dan Yerusalem, Nabi Yesaya mengarahkan kita pada makna rohani terdalam tentang janji perjamuan Tuhan (Yes 25:6-10). Maka Zion ditafsirkan sebagai tempat yang tinggi dan bagus untuk berjaga; dan Yerusalem adalah penglihatan akan dunia yang akan datang.
Tetapi, Gereja Kristus menggabungkan keduanya: Zion ada di tempat yang tinggi dan dapat dilihat dari mana-mana, karena terletak di puncak gunung. Dengan cara lain Gereja dapat dipahami sebagai yang tinggi: tidak ada yang rendah dalam Gereja, karena darinya telah dibuang darinya seluruh hal duniawi.
Pemazmur menulis, “Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi.” (Mzm 46:11). Ajarannnya yang benar dan ilahi juga ditinggikan; maka ajaran tentang Allah atau tentang Tritunggal Mahakudus adalah ajaran yang benar murni dan tanpa cela.
“Tuhan Yang Mahakuasa akan membuat bagi seluruh bangsa manusia, bukan hanya bagi bangsa Israel yang dipilih demi para bapa leluhur mereka, tetapi bagi semua bangsa di muka bumi. Apa yang Ia buat? ‘Pesta anggur di bawah kerindangan pepohonan. Manusia akan minum dengan suka cita, mereka minum anggur. Mereka akan diurapi dengan minyak urapan di gunung.’
Tentu, suka cita ini bermakna suka cita karena pengharapan, karena pengharapan yang berakar dalam Kristus. Karena kita akan memerintah bersama-Nya; dan bersama-Nya kita akan menikmati setiap suka cita dan kegembiraan rohani yang mengatasi pikiran dan pemahaman kita.
Yang Ia maksudkan dengan kata ‘anggur’ bermakna sakramen yang kudus, sakramen yang berasal dari pengurbanan tanpa tetesan darah, yang kira rayakan dalam Gereja yang suci.” (Commentary On Isaiah 25:6-7).
Oratio-Missio
Tuhan, hanya Engkau sendirilah yang dapat menghapus kehausan jiwaku. Semoga aku selalu haus akan Kerajaan-Mu dan bersuka cita di hadapan-Mu Berilah aku Roti Surgawi dan puaskan aku dengan Sabda-Mu yang hidup. Amin.
- Apa yang perlu aku siapkan ketika aku menerima undangan perjamuan-Nya?
Iesus autem convocatis discipulis suis dixit, “Misereor turbae, quia triduo iam perseverant mecum et non habent, quod manducent; et dimittere eos ieiunos nolo, ne forte deficiant in via – Matthaeum 15: 32