Sabtu. Hari Biasa Masa Natal (P)
- 1Yoh. 5:14-21
- Mzm. 149:1-2. 3-4. 5 dan 6a dan 9b
- Yoh. 2:1-11
Lectio
1 Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; 2 Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. 3 Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.”
4 Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” 5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” 6 Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
7 Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.” Dan merekapun mengisinya sampai penuh. 8 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.” Lalu mereka pun membawanya.
9 Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu — dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu, mengetahuinya— ia memanggil mempelai laki-laki, 10 dan berkata kepadanya: “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
11 Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya.
Meditatio-Exegese
Perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ
Yesus hadir dalam tiap perkawinan. Ia, ibu-Nya dan para murid menghadiri pesta perkawinan kerabat mereka di Kana, sekarang Kefr Kanna, kira-kira 7 kilometer timur laut Nazaret, di jalur jalan ke kota Tiberias di dekat Kapernaum, di wilayah suku Zebulon.
Ada juga desa Kana lain di tanah milik Suku Aser, dekat Sidon (Lih. Yos. 19:28).
Tamu yang disebut pertama kali adalah Ibu Maria. Suaminya tidak disebut, sebab dalam tradisi Gereja, Bapak Yusuf diyakini sudah meninggal dunia sebelum Yesus memulai karya pelayanan di Galilea.
Sesuai adat, pesta berlangsung selama sepekan, seperti perkawinan Simson dengan perempuan Filistin di Timna (Kej. 29:27; Hak. 14:1-19; Ayb. 9:12; 10:1). Dalam tiap pesta perkawinan kerabat, kenalan, sahabat, tetangga undangan dan, bahkan yang orang yang melintas, diundang untuk menyambut kedua mempelai.
Pesta itu juga menjadi meriah karena anggur. Dan para perempuan mengelola perjamuan makan. Ibu Maria membantu mengelola atau mengatur makan dan minum. Maka, ia segera sadar bila persediaan anggur pesta habis.
Yesus diundang juga ke perkawinan itu
Beato Bede menulis dengan indah, “Untuk menunjukkan bahwa seluruh tahap hidup manusia diberkati, […] Yesus bersedia dilahirkan melalui rahim Perawan Maria; segera setelah Ia lahir, ia menerima pujian dari mulut Nabi Hana, seorang janda; dan kemudian, dalam masa muda-Nya diundang untuk menghadiri perkawinan. Yesus menghormati perkawinan melalui kehadiran-Nya (Homily 13 untuk Minggu kedua sesudah Epifani).
Kehadiran Kristus dalam perkawinan kerabat-Nya di Kana menjadi tanda bahwa Ia memberkati kasih antara laki-laki dan perempuan yang disatukan dalam perkawinan: Allah membentuk lembaga perkawinan pada awal mula penciptaan (bdk. Kej. 1:27-28).
Yesus meneguhkan perkawinan itu dan mengangkatnya hingga bermartabat tinggi sebagai sakramen, tanda dan sarana Allah mengasihi manusia (bdk. Mat. 19:6)
Saat-Ku belum tiba
Ibu Maria hanya muncul dua kali dalam Injil Yohanes: di pesta perkawinan di Kana (Yoh. 2:1-11) dan di Kalvari (Yoh. 19:25). Dalam kedua peristiwa ini Ibu Maria mengambil peran aktif dalam karya penyelamatan Anaknya.
Penginjil menekankan keterlibatan dan kehadiran Ibu Maria dalam karya penyelamatan dengan menempatkan kehadirannya di awal karya Yesus di Kana dan di akhir karya pelayanan-Nya di Kalvari. Pada saat di bawah salib, ia membersembahkan kepada Bapa kematian Anaknya untuk menyelamatkan dan menebus manusia.
Dan, akhirnya, ia bersiap menerima tugas perutusan yang diberikan Anaknya untuk menjadi Ibu bagi semua orang, yang diwakili oleh murid yang dikasihi-Nya di Kalvari. Sabda-Nya (Yoh. 19:27), “Inilah ibumu”, Ecce mater tua.
Gelar yang disandangnya sebagai Ibu selalu bermakna bahwa Ibu Maria memberikan hati dan perhatian kepada siapa saja. Ia meminta agar Anaknya melakukan sesuatu baginya walau saat-Nya belum tiba.
Saat pesta berlangsung, suatu kejadian memalukan terjadi. Tuan rumah kehabisan anggur. Pasti hal ini akan menampar muka kerabat Ibu Maria. Maka ia berkata kepada Anaknya, “Mereka kehabisan anggur” (Yoh. 2:4). Jawaban Yesus (Yoh. 2:4), “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.”, Quid mihi et tibi, mulier? Nondum venit hora mea.
Jawaban ini nampaknya mengecewakan hati sang ibu. Ia tidak disapa sebaga ibu atau mater (Latin), tetapi sebagai perempuan atau mulier.
Sapaan ini sebenarnya merupakan pujian. Ia memuji sang ibu, yang selalu taat pada kehendak Bapa-Nya (Luk. 1:38), “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.”, Ecce ancilla Domini; fiat mihi secundum verbum tuum.
Saat-Ku belum tiba. Ungkapan saat, hora (Latin) kadang digunakan Yesus untuk mengacu pada saat Ia datang dalam kemulian (bdk. Yoh. 5:28). Tetapi umumya kata itu mengacu pada saat Ia menanggung sengsara, wafat dan dibangkitkan dari kematian (bdk. Yoh. 7:30; 12:23; 13:1; 17:1).
Maka ia berkata kepada para pelayan di situ, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu.” (Yoh. 2:5). Inilah kata-kata terakhir yang diucapkan Ibu Maria dalam seluruh Injil.
Ia yakin bahwa Anaknya akan melakukan sesuatu untuk mengatasi situasi yang menyebabkan ketidak nyamanan dalam relasi sosial.
Mengapa persediaan anggur sampai habis? Mungkin Yesus berperan serta dalam kejadian ini, karena Ia membawa serta para muridNya untuk datang ke pesta. Anggur selalu disajikan dalam pesta-pesta, termasuk pesta perkawinan (1Sam. 25:36; Yoh. 2:1-11).
Untuk menambah rasa harum dicampurkan rempah-rempah atau mur. Anggur disimpan di guci-guci atau kantung kulit (Mat. 9:17).
Peristiwa kekurangan anggur ini digunakan Yesus untuk memberi berkat tidak hanya kepada mempelai; tetapi juga kepada semua orang yang hadir. Masing-masing menerima anggur terbaik dalam kelimpahan.
Ia hadir dalam hidup masing-masing serta mengubah hidup masing-masing orang yang percaya kepadaNya. Kekurangan anggur selalu menjadi lambang tiadanya berkat dan penebusan dari Allah (Ul. 28:30.31.38.39; Hos. 2:10-11; Yl. 1:5; Am. 5:11).
Sedangkan kelimpahan anggur bermakna warta suka cita bahwa jaman Mesias telah datang disertai dengan anugerah dan berkat-Nya (Yl. 2:19.24; 4:18; Am. 9:13-15; Yer. 31:12-13).
Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya
Pesta perkawinan menjadi perayaan terbesar dan tak terlupakan dalam hidup kebanyakan orang. Dalam pesta ini berkumpul seluruh anggota keluarga, sanak saudara, sahabat, tetangga. Dalam tradisi Gereja Katolik, peristiwa penahbisan imam, pengikraran kaul kekal bisa disamakan dengan pesta perkawinan.
Bagi bangsa Israel, khususnya Yesus, pesta perkawinan juga memiliki makna spiritual. Pesta perkawinan selalu menjadi lambang perjanjian antar Allah dengan manusia. Perjanjian Lama menggambarkan Allah sebagai Sang Mempelai Israel.
Allah dan bangsa Israel mengikatkan diri dalam perjanjian yang digambarkan sebagai perkawinan rohani (Yes. 54:5; Yer. 3:14; Hos. 2:16, 19-20). Lambang perkawinan surgawi sangat kuat dicerminkan dalam pesta perkawinan Anak Domba (Why. 19:7-9).
Kitab Suci ditutup dengan undangan untuk menghadiri pesta yang indah dan megah ini, “Roh dan pengantin perempuan itu berkata, “Marilah.” (Why. 22:17).
Maka, Yesus memilih pesta perkawinan untuk menyingkapkan tanda-Nya yang pertama. Kemudian Yohanes Pembaptis memberi kesaksian yang memperjelas tanda kehadiran-Nya, ketika ia bersaksi Yesus sebagai mempelai laki-laki bagi umat-Nya dan suka citanya telah penuh karena ia telah mendengar suara Sang Mempelai (Yoh. 3:29).
Yesus juga menyingkapkan perannya sebagai mempelai bagai umat Israel yang baru (bdk. Mrk. 2:18-20; Mat. 9:14-15; Mat. 22:1-14; Mat. 25:6), ketika Ia mengundang semua bangsa baik bangsa Yahudi maupun bangsa asing dalam perjamuan abadi di akhir jaman (Luk. 13:29).
Katekese
Ibu Maria hadir dalam karya pelayanan Anaknya. Konsili Vatikan II, 1964
“Dalam hidup Yesus di muka umum tampillah Bunda-Nya dengan penuh makna, pada permulaan, ketika pada pesta pernikahan di Kana yang di Galilea ia tergerak oleh belas kasihan, dan dengan perantaraannya mendorong Yesus Almasih untuk mengerjakan tanda-Nya yang pertama (lih. Yoh. 2:1-11).
Dalam pewartaan Yesus ia menerima sabda-Nya, ketika Puteranya mengagungkan Kerajaan di atas pemikiran dan ikatan daging serta darah, dan menyatakan bahagia mereka yang mendengarkan dan melakukan sabda Allah (lih. Mrk. 3:35 dan paralel; Luk. 11:27-28), seperti dijalankannya sendiri dengan setia (lih. Luk. 2:19 dan 51).
Demikianlah Santa Perawan melangkah maju dalam peziarahan iman. Dengan setia ia mempertahankan persatuannya dengan Puteranya hingga di salib, ketika ia sesuai dengan rencana Allah berdiri di dekatnya (lih. Yoh. 19:25).
Di situlah ia menanggung penderitaan yang dahsyat bersama dengan Puteranya yang tunggal.
Dengan hati keibuannya ia menggabungkan diri dengan korban-Nya, dan penuh kasih menyetujui persembahan korban yang dilahirkannya.
Dan akhirnya oleh Yesus Kristus itu juga, menjelang wafat-Nya di kayu salib, ia dikaruniakan kepada murid menjadi Bundanya dengan kata-kata ini: “Wanita, inilah anakmu.” (lih. Yoh. 19:26-27).” (Konstitusi Dogmatis tentang Gereja, Terang Bangsa-bangsa, Lumen Gentium, 58)
Oratio-Missio
Tuhan, Engkau telah menyingkapkan kemuliaan-Mu dalam diri Yesus Kristus. Penuhilah aku dengan Roh Kudus-Mu agar aku mampu memuliakan-Mu dalam tiap tindakan dan perkataanku. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk mempersiapkan dan menyambut kehadiran-Nya dalam perkawinan, imamat atau kaulku?
Quid mihi et tibi, mulier? Nondum venit hora mea – Ioannem 2:4