Kamis. Perayaan Wajib Santo Alfonsus Maria de Liguori (P)
- Yer. 18:1-6
- Mzm. 146:2abc.2d-4.5-6
- Mat. 13:47-53
Lectio
47 “Demikian juga, Kerajaan Surga adalah seperti jala yang ditebarkan ke dalam laut, dan mengumpulkan berbagai jenis ikan. 48 Ketika jala itu penuh, mereka menyeretnya ke pantai dan duduk, lalu mengumpulkan ikan-ikan yang baik ke dalam keranjang-keranjang besar, tetapi membuang yang tidak baik.
49 Jadi, itulah yang akan terjadi pada akhir zaman. Para malaikat akan keluar dan memisahkan yang jahat dari orang-orang benar, 50 dan melemparkan orang-orang jahat itu ke dalam tungku api. Di tempat itu akan ada ratapan dan kertak gigi. 51 Sudahkah kamu mengerti akan semua ini?” Mereka berkata kepada-Nya, “Ya.”
52 Dan, Yesus berkata kepada mereka, “Karena itu, setiap Ahli Taurat yang telah menjadi murid Kerajaan Surga, ia seperti tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari kekayaannya.” 53 Ketika Yesus telah menyelesaikan perumpamaan-perumpamaan itu, Ia pergi dari sana.
Meditatio-Exegese
Seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel
Melalui peristiwa yang biasa-biasa saja, kunjungan Nabi Yeremia kepada tukang periuk, Allah menyingkapkan kehendak-Nya yang luar biasa. Pekerjaan tukang periuk digunakan untuk memberi ilustrasi pengajaran tentang bagaimana Allah memperlakukan manusia dan bagaimana seharusnya manusia menanggapi perlakuan-Nya.
Allah yang dilukiskan seperti tukang periuk (bdk. Yer. 1:5) tak hanya mengingatkan pada kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian saat Ia mencipta manusia. Ia membentuk manusia dari tanah liat (Kej. 2:7). Tetapi juga saat Ia menyingkapkan kemahakuasaan-Nya dan kerapuhan manusia, ciptaan-Nya (Yes. 29:16; 45:9; 64:7; Rm. 9:20-23).
Allah dapat melakukan apa saja sekehendak hati-Nya pada Israel, kaum yang dipilih-Nya (Yer. 18:6). Maka, Ia berkuasa dan berdaulat atas umat-Nya. Ia dapat membaharui umat-Nya, atau bila menghendaki, Ia dapat mencabut, merobohkan dan membinasakannya (Yer. 18:7-10).
Seperti seorang tukang periuk yang dapat membentuk bejana dari tanah liat yang basah dan lunak, Allah menghendaki tiap pribadi menjadikan hatinya lunak untuk dapat dibentuk-Nya kembali.
Sabda-Nya (Yer. 18:11), “Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel.”, Ecce, sicut lutum in manu figuli, sic vos in manu mea, domus Israel.
Tetapi, manusia tegar tengkuk dan memilih jalan-Nya sendiri dan menentang-Nya. Allah mengulang kata-kata manusia, “Sebab kami hendak berkelakuan mengikuti rencana kami sendiri.” (Yer. 18:12).
Kerajaan Surga seperti jala yang ditebarkan dan mengumpulkan berbagai jenis ikan
Yesus mengenal tiap pendengar-Nya, termasuk para nelayan saat Ia berbiara tentang jala dan ikan. Kisah ini pasti membuat para nelayan di tepi Danau Galilea dan di tepian pantai mana pun tersenyum simpul. Mereka bisa mengenang kapan mendapatkan tangkapan bagus.
Bahkan, nelayan yang berpengalaman pun dapat pulang dengan tangan hampa setelah semalaman hanya kecapaian menjala tanpa mendapatkan ikan seekor pun (bdk. Yoh. 21:3).
“Kerajaan Surga adalah seperti jala yang ditebarkan ke dalam laut, dan mengumpulkan berbagai jenis ikan. Ketika jala itu penuh, mereka menyeretnya ke pantai dan duduk, lalu mengumpulkan ikan-ikan yang baik ke dalam keranjang-keranjang besar, tetapi membuang yang tidak baik.” (Mat. 13:47-48).
Pada akhir zaman para malaikat keluar dan memisahkan orang jahat dari orang benar
Yesus meneruskan perumpamaan pada salah satu bagian inti: “Jadi, itulah yang akan terjadi pada akhir zaman. Para malaikat akan keluar dan memisahkan yang jahat dari orang-orang benar, dan melemparkan orang-orang jahat itu ke dalam tungku api. Di tempat itu akan ada ratapan dan kertak gigi.” (Mat. 13:49-50).
Gambaran tentang pemisahan orang yang jahat dari yang baik sangat jelas dan kuat menancap dalam benak. Orang yang jahat dilempar ke dalam dapur api yang tidak padam, karena mereka memisahkan diri dari Allah atau tidak mau tahu dan tidak mau mengasihi Allah.
Pada saat itu, di abad pertama Masehi, di setiap kota pasti terdapat tempat pembuangan sampah. Tempat itu terletak di luar kota. Api terus menerus dinyalakan untuk memusnahkan sampah.
Di luar kota, sebelah selatan Yerusalem, tempat itu dikenal sebagai Lembah Ben-Hinom, yang dalam bahasa Yunani ditulis sebagai gehenna. Tempat yang kotor dan penuh dengan ulat serta api yang menyala tak kunjung putus dijadikan lambang pemisahan diri dari Allah dan penghukuman.
Pada zaman para raja keturunan Daud, tempat itu juga menjadi tempat pengorbanan kanak-kanak kepada Dewa Molokh (bdk. 1Raj. 11:7; 2Raj. 23:10; Yer. 32:35).
Allah tidak pernah menghendaki seorang pun memisahkan diri dari-Nya. Ia juga tidak menghendaki penghukuman. Santo Yohanes menyingkapkan (Yoh. 10:10), ”Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”, Ego veni ut vitam habeant et abundantius habeant.
Dan masing-masing selalu bersatu, tidak saling memisahkan diri satu dengan yang lain. Yesus menutup dengan pertanyaan (Mat. 13:46), “Sudahkah kamu mengerti akan semua ini? Dan dijawab, Ya.”, “Intellexistis haec omnia?” Dicunt ei, “Etiam.”
Setiap Ahli Taurat yang telah menjadi murid Kerajaan Surga
Yesus menggunakan kata ahli Taurat dengan acuan para rasul, yang telah mengambil bagian dalam tugas mengajar di GerejaNya. Maka, para rasul dan para pengganti mereka, paus dan uskup, merupakan Gereja yang mengajar, Ecclesia docens.
Dalam menjalankan tugas mengajar, mereka dibantu para imam. Anggota Gereja yang lain adalah mereka yang disebut sebagai Gereja yang belajar, Ecclesia discens.
Tetapi setiap murid Kristus yang telah mendengarkan pengajaran dari-Nya harus mewartakan ajaran-Nya dan menjadi saksi-Nya dengan cara dan bahasa yang mereka kuasai. Maka, masing-masing anggota Gereja harus sungguh memahami ajaran Gereja Kristus.
Ajaran itu selalu bersumber dari Yesus sendiri yang bermuara pada Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, serta pengajaran para rasul dan pengganti mereka atau Tradisi Suci.
Harta yang baru dan yang lama selalu menjadi Kabar Suka Cita bagi semua manusia. Dalam lingkup keluarga, misalnya, bapak-ibu terus mewariskan kebenaran iman Katolik, seraya membuka diri untuk mengantar anak pada dunia baru yang belum dikenal dan menjadi hak milik anak-anak mereka.
Katekese
Ahli Kitab yang mempelajari Kerajaan Allah. Santo Cyrilus dari Alexandria, 375-444:
“Seorang ahli Taurat adalah orang yang, melalui pembacaan terus menerus tentang Perjanjian Lama dan Baru, telah menempatkan dirinya sebagai gudang pengetahuan. Maka Kristus memberkati mereka yang telah menghimpun diri mereka melalui pendidikan baik tentang Hukum Tuhan maupun Injil, sehingga mereka ‘mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya’.
Dan Kristus membandingkan orang-orang macam ini dengan seorang Ahli Taurat, seperti saat Ia bersabda di tempat lain, ”Aku mengutus kepadamu orang-orang bijaksana dan Ahli-ahli Taurat.” (Mat. 23:34).” (Fragment 172).
Oratio-Missio
Roh Kudus, bukalah telinga dan budiku untuk mendengarkan dan memahami sabda-Mu dalam Kitab Suci. Semoga aku mampu mencerna dan mewartakan harta kekayaan Gereja untuk mempersiapkan kedatangan Kerajaan-Mu. Bantulah aku untuk menjadi murid yang rajin dan disiplin untuk mendengarkan sabda-Mu. Amin.
- Apa yang perlu kulakukan untuk membuka hati-ku dan meningkatkan kemampuanku mewartakan Injil-Nya?
“Intellexistis haec omnia?” Dicunt ei, “Etiam.” – Matthaeum 13:46
keren bgt mantap lah