Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Lectio Divina 10.12.2023 – Siapkan Jalan Bagi Tuhan

Lectio Divina 10.12.2023 – Siapkan Jalan Bagi Tuhan

0
Yohanes Pembaptis, by Harold Copping.

Minggu. Hari Minggu Adven II (U)

  • Yes. 40:1-5.9-11
  • Mzm. 85:9ab-10.11-12.13-14
  • 2Ptr. 3:8-14
  • Mrk. 1:1-8

Lectio (Mrk. 1:1-8)

Meditatio-Exegese

Lihat, itu Allahmu

Allah tak pernah meninggalkan umat-Nya. Bahkan, ketika memberontak melawan-Nya dan dalam pengasingan, Ia mengutus para nabi untuk menemani dan menuntun mereka untuk tidak berputus harapan.  

Asyur menghancurkan Kerajaan Utara dan membuang sepuluh suku Israel pada 722 sebelum Masehi. Kemudian pada tahun 587/6 sebelum Masehi, Kerajaan Selatan, gabungan dua suku – Yehuda dan Benyamin, dipaksa bertekuk lutut dan dibuang ke Babel.

Penghancuran Yerusalem dan Bait Allah yang  diratakan dengan tanah dipandang sebagai penghukuman dari Allah. Mereka memberontak pada-Nya dengan melakukan kelaliman dan berpaling pada ilah-ilah asing (Yes. 2:6).

Tetapi Tuhan mengutus nabi-Nya untuk menghibur umat yang berserakan di Asyur dan Babel. Ia menjanjikan pembebasan setelah mengalami penghukuman atas  dosa ‘dua kali lipat’ (Yes. 40:2).

Pembebasan mereka telah diumumkan. Allah, Raja alam semesta, telah memilih Koresy, maharaja Persia yang mengalahkan Babel, mengijinkan umat-Nya pulang ke Yerusalem dan membiayai pembangunan Bait Allah di puncak Moria.

Maka, raja Persia itu diberi gelar ‘mesias’, yang diurapi. Ia berjasa membebaskan umat-Nya dari pembuangan (Yes. 44:24-45:25).

Nabi tidak mengidentifikasi siapa yang bersuara di padang gurun untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Seruan itu mengundang mereka untuk segera pulang dan memenuhi hati para buangan dengan harapan.

Untuk berjumpa dengan Allah, semua penghalang harus dimusnahkan. Jalan yang bekelok-kelok harus diluruskan; lobang dan jurang harus ditimbun; gunung dan bukit harus diratakan (bdk. Yes. 40:3-5). 

Pewarta kabar gembira terus menggemakan seruan untuk mengimani Allah. Karena Ia tidak akan menunda untuk melindungi dan merawat seperti gembala melindungi kawanan domba. Dan pada perikop ini untuk pertama kali disingkapkan umat Allah diidentifikasi sebagai kawanan domba.

Sabda-Nya melalui nabi (Yes. 40:11), “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.”, Sicut pastor gregem suum pascit, in brachio suo congregat agnos et in sinu suo levat; fetas ipse portat.

Ungkapan gembala dan kawanan domba kemudian menjadi tradisi suci yang melukiskan perhatian Allah kepada umat-Nya (bdk. Yer. 23:3; Yeh. 34:1ff; Mzm. 23:4).

Para bapa Konsili Vatikan II pun melukiskan dan menjelaskan misteri Gereja, “Adapun Gereja itu kandang, dan satu-satunya pintunya yang harus dilalui ialah Kristus (lih. Yoh. 10:1-10). Gereja juga kawanan, yang seperti dulu telah difirmankan akan digembalakan oleh Allah sendiri (lih. Yes. 40:11; Yeh. 34:11 dsl.).

Domba-dombanya, meskipun dipimpin oleh gembala-gembala manusiawi, namun tiada hentinya dibimbing dan dipelihara oleh Kristus sendiri, Sang  Gembala baik dan Pemimpin para gembala (bdk. Yoh. 10:11; 1Ptr.5:4), yang telah merelakan hidup-Nya demi domba-domba (lih. Yoh. 10:11-15).” (Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja Lumen Gentium, 6).  

Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah

Tantangan iman menghadang komunitas yang bina Santo Markus pada tahun 70-an. Mereka tak hanya dikejar-kejar oleh Kekaisan Romawi, tetapi juga, iman mereka digoyang oleh sekelompok penyesat.

Para penyesat menyebarkan ajaran bahwa Yohanes Pembaptis setara dengan Yesus (bdk. Kis 18:26, 19:3). Yang lain ingin tahu bagaimana awal mula Kabar Suka Cita tentang Yesus Kristus.

Santo Markus memulai Injil dengan menjawab bagaimana Yesus memulai karya pewartaan-Nya dan tempat Yohanes Pembaptis dalam rencana keselamatan Allah. Santo Markus menggemakan kata-kata penulis suci dalam Kitab Kejadian, αρχη, arche, awal, permulaan; “Pada mulanya.” (bdk. Mrk. 1:1; Kej. 1.1).

Kitab Kejadian melukiskan bahwa ”Penciptaan adalah “awal tata keselamatan”, “awal sejarah keselamatan” yang berpuncak pada Kristus.” (Katekismus Gereja Katolik, 280). Maka, Santo Markus melukiskan karya keselamatan yang dipenuhi oleh dan dalam diri Yesus Kristus.

Injil, ευαγγελιου, euangelion, judul kitab yang ditulis Santo Markus, menekankan bahwa Yesus adalah Mesias atau Kristus yang dinubuatkan para nabi. Ia juga Anak Allah yang tunggal, sehakikat dengan Bapa. Maka, seluruh isi pewartaan dapat diringkas: Yesus Kristus, sungguh Allah, sungguh Manusia.  

Santo Markus bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Allah dalam permulaan Injilnya (Mrk. 1:1). Pada bagian tengah, dikisahkan dalam kesaksian tentang saat Yesus berubah rupa (Mrk. 9:2-13), diperdengarkan pernyataan Allah akan peran dan tugas pengutusan Yesus.

“Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mrk. 9:7).

Selanjutnya, Santo Markus menyingkapkan tugas perutusan yang harus diselesaikan-Nya di Yerusalem. Tentang Diri-Nya sendiri Yesus menyatakan, “Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mrk. 10:45).

Dan di bagian akhir kitabnya, disingkapkan jati diri Yesus sebagai “Anak Allah” (Mrk. 1:1). Memang, sepanjang kisah pelayanan Yesus, setan sering memberitahu tahu orang banyak tentang jatidiri Yesus.

Mereka dibungkam, karena bertujuan untuk menyesatkan. Dan Ia selalu berperang melawan mereka dan seluruh kuasa jahat yang bersekutu dengan sang pangeran kegelapan.

Sama seperti ketika “langit terkoyak” (Mrk. 1:10) saat Ia dibaptis Yohanes, “tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah” (Mrk. 15:38), di bawah salib, diperdengarkan kesaksian manusia dari kata-kata perwira Romawi, dari bangsa kafir (Mrk. 15:39), “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”, Vere homo hic Filius Dei erat.

Maka, Injil bermakna kabar sukacita  yang disampaikan Allah kepada manusia melalui Anak-Nya. Isi dan inti Kabar Sukacita adalah Yesus Kristus, sabda dan karya-Nya.

Santo Paus Paulus VI mengajarkan, “Selama Sinode, para Uskup kerap kali menunjukan kepada kebenaran ini: Yesus sendiri, Kabar Baik Allah (Mrk 1:1; Rom 1:13) merupakan penginjil Pertama dan Terbesar. Ia sangatlah sempurna, bahkan sampai bersedia mengorbankan hidup duniawi-Nya.” (Ensiklik Evangelii Nuntiandi, 7).

Para Rasul, yang dipilih Yesus untuk menjadi batu sendi Gereja, memenuhi perintah-Nya untuk mewartakan Kabar Baik Allah, Yesus Kristus sendiri. Mereka dan para penerus mereka serta tiap pribadi mewartakan Injil melalui pewartaan lisan, kesaksian akan apa yang mereka lihat dan dengarkan dan teladan hidup.

Mereka mewartakan kepenuhuhan seluruh nubuat para nabi Perjanjian Lama dalam diri Yesus, pengampunan dosa, pengangkatan sebagai anak Allah dan janji Allah untuk mengundang semua manusia ke dalam surga. Atas alasan ini kata ‘Injil’ dapat digunakan untuk pengajaran para Rasul.

Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu

Santo Markus menunjuk nubuat Nabi Yesaya saat menulis, “Lihatlah, Aku menyuruh utusan-Ku mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalan bagi-Mu.” (Mrk. 1:2). Penginjil sebenarnya menggabungkan nubuat Nabi Maleakhi dari abad ke-6 sebelum Masehi dan dan Nabi Yesaya dari abad ke-8 sebelum Masehi (bdk. Mal 3:1 dan Yes. 40:3).

Penggabungan ini bertujuan untuk memulai kisah dan kesaksian akan kedatangan Tuhan, κυριος, kurios, kata yang digunakan dalam Septuaginta, Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani, untuk menerjemahkan nama YHWH (Yahwe).

Kata  οδους, hodos, ‘jalan’, (Mrk. 1:3) akan berperan penting dalam kisah komunitas iman yang didirikan Yesus. “Jalan Tuhan” akan menjadi nama diri komunitas para murid Yesus (Kis. 9:2; 18:25-26; 19:9, 23; 22:4; 24:14, 22) sebelum disebut sebagai orang Kristen di Antiokhia (Kis. 11:26).

Nabi Maleakhi adalah nabi terakhir dalam kitab Perjanjian Lama dan orang terakhir yang mewartakan kedatangan Mesias. Ia diutus untuk mendamping umat yang kembali dari pembuangan Babel pada akhir abad ke-6 sebelum Masehi.

Ia menubuatkan bahwa Allah akan mengutus seorang utusan yang akan datang kepada umat dalam roh Nabi Elia untuk mewartakan kedatangan Mesias (Mal. 3:1.3-4; 4:5-6). 

Sedangkan Nabi Yesaya, yang hidup pada abad ke-8 sebelum Masehi, menubuatkan pengadilan Allah terhadap umat yang berdosa dan suka memberontak melawan Allah dan akan berakhir dalam pembuangan.

Tetapi nabi juga menubuatkan bahwa Allah tetap menyertai dan akan memulihkan umat-Nya. “Jalan untuk Tuhan” (Yes. 40:3) menunjukkan makna bahwa pembuangan Babel telah berakhir. Ia memulihkan umat-Nya dan Mesias akan datang.

Santo Markus menunjukkan bahwa suara profetis yang berseru-seru dalam nubuat Nabi Yesaya berasal dari Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis adalah utusan-Nya. Ia mempersiapkan jalan bagi Yesus.

Santo Eusebius dari Kaisarea mengajarkan, “Suara itu memerintahkan bahwa jalan harus dibuka untuk Sabda Allah. Jalan harus diratakan dan semua hambatan harus disingkirkan. Ketika Allah kira datang, Ia harus berjalan tanpa hambatan.

Persiapkanlah jalan bagi Tuhan. Ini berarti kita harus mewartakan Injil dan menawarkan penghiburan pada umat-Nya, agar keselamatan dari Allah merangkul semua manusia.” (Commentana In Isaiam, 40, 366).

Gereja mengajarkan, “Yohanes itu “lebih daripada nabi” (Luk 7:26). Di dalam dia, Roh Kudus menyelesaikan “tutur sapa-Nya melalui para nabi”.

Yohanes adalah yang terakhir dari mata rantai para nabi yang dimulai dengan Elia. Ia mengumumkan bahwa penghibur Israel sudah dekat; ia adalah “suara” penghibur yang akan datang (Yoh 1:23; bdk. Yes. 40:1-3).” (Katekismus Gereja Katolik, 719).

Yesus pun sangat menghormati Yohanes, ketika Ia bersabda bahwa di antara yang dilahirkan rahim perempuan “tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis”, namun ditambahkan-Nya, “yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar dari padanya.” (Mat. 11:11; bdk. Luk.  7:24-30).

Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu

Yohanes Pembaptis tampil di hadapan orang banyak setelah tinggal di gurun selama lima tahun. Ia mengundang Israel untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Mesias dengan menyucikan diri – mengaku dosa dan dibaptis.

Yohanes menunjukkan hubungan yang berkelanjutan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Dia adalah nabi terakhir dan orang pertama yang bersaksi tentang Yesus.

Nabi-nabi lain mewartakan Yesus dari kejauhan, baik tempat maupun waktu. Tetapi Yohanes Pembaptis dianugerahi untuk langsung menunjuk Sang Mesias (bdk. Yoh. 1:29; Mat. 11:9-11).

Baptisan Yohanes bukanlah baptisan Kristiani. Baptis itu merupakan ritus atau ibadat pertobatan dan menjadi pralambang akan sikap batin yang diperlukan seseorang ketika menerima baptisan Kristiani. Pada baptisan Kristiani, seseorang beriman akan Yesus, Sang Mesias, sumber rahmat dan ketetapan hati untuk melepaskan diri dari keterikatan pada dosa.

Pengakuan dosa juga tidak sama dengan Sakramen Pengakuan Dosa yang ditetapkan Yesus. Tetapi sikap batin itu menyenangkan hati Allah, karena menjadi tanda batin yang menyesal dan harus menunjukkan sikap tobat untuk menghasilkan buah-buah pertobatan (Mat. 3:7-10; Luk. 3:7-9).

Tentang Sakramen Tobat dan Rekonsiliasi, Paus Fransiskus mengajar, “Sakramen Tobat dan Rekonsiliasi mengalir dari Misteri Paskah. Pada malam Paskan Tuhan menampakkan diri pada para murid, yang mengunci diri di Ruang Atas, dan setelah menyapa dengan salam, “Damai sejahtera bagi kamu!” Ia menghembusi mereka dan berkata, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni.” (Yoh. 20:21-23). Pada kita disingkapkan daya yang terdalam dalam Sakramen ini.

Pertama, benar bahwa pengampunan dosa bukan sesuatu yang dapat kita berikan pada diri sendiri. Saya tak bisa berkata: aku mengampuni dosaku. Pengampunan selalu diminta, diminta dari orang lain. Dan dalam Sakramen Tobat kita memohon pengampunan dari Yesus.

Pengampunan bukan buah dari usaha kita, tetapi merupakan anugerah. Anugerah itu diberikan oleh Roh Kudus yang memenuhi hati kita dengan sumber belas kasih dan rahmat yang mengalir tiada henti dari Hati Dia Yang Disalib dan Kristus Yang Bangkit.

Kedua, sakramen ini mengingatkan kita bahwa kita mengalami damai sejahtera hanya jika kita membuka diri untuk didamaikan, dalam Tuhan Yesus, dengan Bapa dan dengan saudara-saudari kita. Kita sudah merasakan semua ini di dalam hati kita, ketika kita mengaku dosa dengan jiwa yang menanggung beban berat dan hati yang berduka.

Dan ketika kita menerima pengampunan dari Yesus, kita merasa damai. Damai di hati sungguh sangat indah. Dan hanya Yesus dapat memberi damai itu. Hanya Dia.” (Audiensi Umum, Lapangan Santo Petrus, Rabu, 19 Februari 2014) 

Katekese

Suara yang berseru-seru di padang gurun. Theodoret dari Cyr, 393-466:  

“Penghiburan yang benar, kelegaan hati, dan pembebasan sejati dari seluruh kemalangan yang dialami manusia hanya berasal dari inkarnasi Allah dan Juruselamat kita. Nah, orang pertama yang menjadi utusan untuk peristiwa penyelamatan ini dalah Yohanes Pembaptis yang dinaungi Roh Kudus.

Maka, nubuat kenabian mewartakan kebenaran yang terkaitan dengannya telah diberitahukan kepada kita. Tiga penulis Injil telah mengajarkan kepada dan Markus yang diberkati dan dinaungi Roh telah menyebut karya Yohanes di pembukaan Injilnya. 

Saat Yohanes, yang dipenuhi Roh, ditanyai orang Farisi apakah dia sendiri adalah Kristus, ia menerangkan bagaian perannya sendiri, “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuha.!” (Yoh. 1:23; Yes. 40:30). Aku bukanlah Sabda Allah, tetapi hanya suara, karena itulah sebagai utusan aku mewartakan Sabda Allah, yang menjelma menjadi manusia.

Terlebih, ia menunjukkan pada bangsa-bangsa lain sebagai ‘wilayah yang belum diolah’ karena wilayah-wilayah itu belum pernah menerima meterai kenabian.” (Commentary On Isaiah 12.40.3)

Oratio-Missio

Tuhan, nyalakanlah dalam hatiku suka cita dan kemerdekaan. Penuhilah aku dengan Roh Kudus dan bantulah aku untuk menjadi saksi Injil dan senantiasa bekerja untuk menghantar sesama pada Yesus Kristus. Amin. 

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk menghantar sesama pada Yesus?

Vox clamantis in deserto: “Parate viam Domini, rectas facite semitas eius” – Marcum 1:3

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version