Home BERITA Lectio Divina 11.02.2023 – Hati-Ku Tergerak oleh Belas Kasihan

Lectio Divina 11.02.2023 – Hati-Ku Tergerak oleh Belas Kasihan

0
Ikan dan roti diberikan, diberkati, dibagi, by Annika, New Zealand.

Sabtu. Pekan Biasa V (H)

  • Kej. 3:9-24.
  • Mzm. 90:2.3-4.5-6.12-13.
  • Mrk. 8:1-10.

Lectio

1 Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: 2 “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. 3 Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.”

4 Murid-murid-Nya menjawab: Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” 5 Yesus bertanya kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” Jawab mereka: “Tujuh.”

6 Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak.

7 Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. 8 Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul.

9 Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. 10 Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.

Meditatio-Exegese

Makanan

Menyajikan satu benang merah penghubung: makanan, roti, Santo Markus memperlawankan pesta pora berdarah dan beraroma kematian di istana Herodes (Mrk. 6:17-29) dengan kisah Yesus memberi makan 5000 orang (Mrk. 6:30-44).

Perjamuan maut diperlawankan dengan perjamuan hidup.  

Selama menyeberangi danau dan meredakan badai, ternyata para rasul gagal mengenal jati diri Yesus dan makna penggandaan roti (Mrk. 7:51-52). Selanjutnya, Yesus menyatakan bahwa semua makanan tidak menajiskan (Mrk. 7:1-23).

Dalam percakapan dengan perempuan Siro-Fenisia, orang bukan Yahudi itu makan remah-remah roti yang jatuh dari meja makan anak-anak (Mrk. 7:24-30). Dan sekarang dikisahan penggandaan roti yang kedua kali, kisah yang juga disajikan Santo Matius (Mat. 15:32-39)

Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan

Santo Markus mengisahkan Yesus memberi makan kepada ribuan orang di tepat yang sunyi, di gurun, ερημος, eremos, (Mrk. 8:4; Mrk. 6:35). Gurun dalam bahasa Ibrani diungkapkan dengan kata ‘jeshimmon’, tempat pembinasaan.

Orang yang masuk ke padang pasir adalah mereka yang menyongsong kebinasaan, seperti bangsa Israel yang mengeluh kepada Musa di padang gurun Sin, “… kamu membawa kami ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.” (Kel. 16:3).

Bila membandingkan dengan pemberian makan kepada 5000 orang dalam Mrk. 6:30-44, Santo Markus mengidentifikasi Yesus sebagai Musa baru. Ia memberi makan kepada bangsa Israel baru, membimbing mereka keluar dari ‘padang gurun’ dosa menuju perjamuan abadi, Kerajaan-Nya.

Makanan itu, yang diminta sehari setelah Yesus memberi makan  5000, seperti manna, roti yang turun dari surga seperti diberikan oleh Musa (bdk. Kel. 16:4; Yoh. 6:30-31).  

Saat memberi makan kepada 5000 orang, Yesus melakukannya di wilayah orang Yahudi. Tetapi, kini Ia memberi makan di tanah orang bukan Yahudi. Ia memberi mereka makan, bukan hanya karena kelaparan yang mendera. Mereka mengikutinya selama tiga hari tanpa makan hingga ke gurun (Mrk. 8:2-3).

Yesus memberi mereka makan karena mereka bukan hanya seperti domba tanpa gembala (Mrk. 6:34). Tetapi juga hati-Nya tergerak oleh belas kasih.

Digunakan kata misereri dalam Vulgata, dengan arti: ikut menanggung kesedihan, kepiluan hati, dan kesengsaraan. Sabda-Nya (Mrk. 8:2), “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini.”,  Misereor super turbam.

Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya

Yesus tidak meminta saran para murid untuk memecahkan masalah itu. Ia hanya menyodorkan pada mereka keprihatinan hatiNya. Tetapi, ternyata para murid gagal memahami kehendakNya. Mereka berpikir dan bertindak seperti biasa, business as usual.

Tanggapan mereka (Mrk. 8:4), “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?”, Unde istos poterit quis hic saturare panibus in solitudine? 

Cara mereka bertindak ternyata tidak membuat perubahan sama sekali. Dalam benak Yesus mungkin terbersit pikiran: mereka harus tetap tinggal di sini, karena tidak mungkin membeli makan; maka para murid harus bertindak supaya mereka tetap kenyang.

Berapa roti ada padamu? Mereka juga mempunyai beberapa ikan

Ternyata para murid bisa mengumpulkan dari mereka tujuh potong roti dan beberapa ekor ikan. Mereka membawa makanan sebagai bekal. Apa yang dikumpulkan diberkati – roti dan ikan.

Sama seperti yang dilakukan ketika memberi makan 5000 orang, Yesus menyuruh orang banyak itu duduk; mengambil ketujuh roti dan beberapa ikan itu, mengucap syukur dan berkat atasnya; memecah-mecahkannya; memberikannya untuk dibagi-bagikan.

Inilah hidup Ekaristis, mempersembahkan roti dan ikan, lambang hidup, kepada Yesus dan membagikannya kepada mereka yang tidak punya.

Tentang Ekaristi, Santo Ignatius dari Antiokhia, 35-107, menyebut, ”Sepotong Roti yang menjadi obat untuk keabadian, anti-racun untuk kematian, dan makanan yang membuat kita hidup abadi dalam Yesus Kristus.” (Ad Ephesios 20,2).

Katekese

Memecah-pecah roti Firman Allah. SantoAugustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:

“Dalam menjelaskan Kitab Suci, saya seolah-olah memecahkan roti untuk kalian. Jika kalian lapar untuk menerimanya, hati kalian akan bermadah dengan penuh pujian (Mzm. 138: 1). Jika kalian diperkaya dalam perjamuan kalian, janganlah enggan berbuat baik dan  menebarkan kebaikan.

Apa yang saya bagikan kepada kalian bukan berasal dari saya. Apa yang kalian makan, saya makan; apa yang kalian hayati, saya hayati. Di surga kita memiliki lumbung penyimpanan yang sama. Dari lumbung ini datang Firman Tuhan.” (Sermons On New Testament Lessons 45.1).

Oratio-Missio

Tuhan, hanya Engkau yang mempunyai kuasa memuaskan rasa lapar kami. Penuhilah hati kami dengan suka cita dan syukur, agar kami selalu merindukan roti surgawi yang memberikan kesehatan, kekuatan dan keteguhan bagi jiwa dan raga. Amin. 

  • Apa yang perlu aku lakukan supaya komunitas imanku tetap hidup dan menghasilkan buah berkelimpahan, termasuk bagi mereka yang tidak mengenal Yesus?

et accipiens septem panes, gratias agens fregit et dabat discipulis suis, ut apponerent; et apposuerunt turbae – Marcum 8:6

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version