Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Lectio Divina 11.12.2023 – Hati-Nya Penuh Belas Kasih

Lectio Divina 11.12.2023 – Hati-Nya Penuh Belas Kasih

0
Membongkar atap dan menurunkan si sakit di hadapan Yesus, by Pat Marrin

Senin. Hari Biasa. Pekan Adven II (U)

  • Yes. 35:1-10
  • Mzm. 85:9a-10.11-12.13-14
  • Luk. 5:17-26

Lectio

17 Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit. 18 Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus.

19 Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus. 20 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: “Hai saudara, dosamu sudah diampuni.”

21 Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: “Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” 22 Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu? 23 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah?

24 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” — berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu –: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” 25 Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah.

26 Semua orang itu takjub, lalu memuliakan Allah, dan mereka sangat takut, katanya: “Hari ini kami telah menyaksikan hal-hal yang sangat mengherankan.”

Meditatio-Exegese

Ia akan menyelamatkanmu

Harapan akan pemulihan disingkapkan, walau umat menderita dalam pembuangan. Nabi Yesaya menyingkapkan suka cita di Zion, Yerusalem, kota suci yang akan diperbaharui. Nada madah menggemakan kembali janji kehadiran Sang Raja Damai dan keselamatan (bdk. Yes. 11 dan 12).

Allah, yang menampakkan kehadiran dan perlindungan selama pembebasan dari Mesir, akan hadir dan melindungi umat-Nya yang kembali dari pembuangan Babel.  Ia akan menunjukkan jalan pulang ke kota suci, suatu jalan yang tidak dilalui oleh orang menentang-Nya.

Jalan itu adalah Jalan Kekudusan (Yes. 35:8). Di sepanjang jalan itu, tiap anggota jemaat harus bertindak seperti yang dikehendaki-Nya, setiap orang saling membangun solidaritas dan memperhatikan yang paling lemah. Dengan cara inilah Ia datang dan menyelamatkan.

Sabda-Nya (Yes. 35:3-4), “Kuatkanlah tangan yang lemah lesu, teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang hatinya cemas, “Kuatlah. Jangan takut! Lihatlah, Allahmu akan datang.”, Confortate manus dissolutas et genua debilia roborate. Dicite pusillanimis, “Confortamini, nolite timere! Ecce Deus vester, ultio veniet.

Sukacita mereka yang kembali dari pembuangan ditandai dengan tanda kehadiran Allah yang mencengangkan: orang buta melihat; orang tuli mendengar; orang lumpuh melompat dan orang bisu bersuka cita (Yes. 35:5-6). Tanda-tanda ini menjadi pralambang zaman Mesias dan digenapi pada saat Yesus datang kelak.

Santo Yustinus menunjukkan pada Tryphon, seorang penganut agama Yahudi, bahwa nubuat Nabi Yesaya dipenuhi Yesus. Katanya, “Kristuslah sungai yang mengalirkan air hidup dari Allah. Ia membasahi kegersangan padang gurun hati yang tidak mengenal Allah,yakni hati semua bangsa yang haus akan kasih-Nya.

Ia, yang lahir di antara bangsamu, menyembuhkan orang yang buta sejak lahir, orang buta dan lumpuh melalui sabda-Nya; mereka melompat-lompat, mendengar dan melihat lagi. Ia membangkitkan orang mati dan memberi mereka hidup batu. Dan semua karyaNya mendorong orang untuk memandangNya karena Dialah yang dijanjikan. […]

Ia melakukan semua hal itu untuk memberi keyakinan pada mereka yang percaya kepada-Nya, apa pun cacat tubuh yang mereka derita, dan jika mereka melaksanakan ajaran yang diwartakan-Nya, Ia akan membangkitkan kembali mereka pada saat kedatangan-Nya yang kedua. Ia juga akan menyembuhkan, menyempurnakan dan menganugerahkan hidup abadi seperti diri-Nya.” (Dialogus Cum Tryphone, 69,6)

Hai saudara, dosamu sudah diampuni

Yesus duduk dan mengajar. Orang suka takjub dan bergembira mendengarkan pengajaranNya. Hanya satu pokok bahasan-Nya: Allah, BapaNya. Namun, Ia mengajar dengan cara yang baru dan bebeda dengan cara ahli Taurat dan orang Farisi (Mrk. 1:22.27).

Yesus menghadirkan Allah sebagai Kabar Sukacita bagi manusia. Allah mengasihi dan menerima manusia. Allah tidak pernah mengancam dan tidak pernah menghukum.

Saat Ia mengajar, seorang lumpuh ditandu dan dihadapkan pada-Nya. Dialah satu-satunya harapan yang dimiliki si lumpuh. Penyakit, termasuk cacat tubuh – lumpuh, buta, tuli – diyakini sebagai penghukuman dari Allah karena dosa yang dilakukan baik oleh dirinya atau leluhurnya.

Karena alasan inilah orang lumpuh dan mereka yang cacat selalu merasa ditolak atau disingkirkan oleh sesama, bahkan Allah. Tetapi, melihat iman yang begitu besar, Yesus berkata pada si lumpuh itu (Luk. 5:20), “Hai saudara, dosamu sudah diampuni.”, Homo, remittuntur tibi peccata tua.

Karena alasan itulah, Yesus bersabda, “Dosamu diampuni.”  Ia menunjukkan bahwa Allah tidak pernah menolakmu. Ia mengasihi dan berbelas kasih padamu.

Pesan Yesus bahwa Allah menerima mereka yang disingkirkan ternyata ditolak oleh ahli Taurat dan kaum Farisi. Di dalam hati mereka mengecam-Nya dan menuduh-Nya: menghujat Allah (Luk. 5:21). 

Menurut ajaran mereka, hanya Allah berkuasa mengampuni dosa. Kuasa itu diwujudkan oleh imam yang dapat menyatakan seseorang diampuni dan ditahirkan dari segala dosa.

Bagaimana mungkin Yesus, yang hanya orang biasa dari Nazaret dan tidak berpendidikan, mampu menyatakan bahwa seorang lumpuh diampuni dan ditahirkan dari dosa?

Yesus tahu pikiran dan hati mereka. Maka Ia menantang mereka dengan pertanyaan sederhana, “Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah?” (Luk. 5:23). Sebenarnya lebih mudah untuk mengatakan, “Dosamu sudah diampuni”, karena tidak ada seorang pun yang mampu membuktikan atau membenarkan pengampuan.

Tetapi, jika seseorang berkata, “Bangunlah dan berjalanlah”, orang itu pasti memiliki daya atau kuasa untuk menyembuhkan dan kuasa itu dapat dilihat dengan mata telanjang.

Atas alasan bahwa Ia memiliki kuasa mengampuni dosa, Yesus bersabda pada orang lumpuh itu, “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu.” (Luk. 5:24). Yesus menyembuhkan orang itu.

Yesus menggunakan latar belakang pemahaman keagamaan yang keliru pada saat itu untuk membuktikan bahwa Ia mampu mengampuni dosa. Ia juga membuktikan bahwa kelumpuhan dan cacat tubuh lain bukan merupakan penghukuman atas dosa.

Yesus melihat iman orang miskin dan menunjukkan bahwa Allah menerimanya. Ia berbelas kasih padanya.  

Katekese

Yesus menyembuhkan jiwa dan badan. Santo Syrilus dari Alexandria, 376-444:

“Ketika Sang Juruselamat berkata pada orang lumpuh itu, “Hai saudara, dosamu sudah diampuni.”, Ia bersabda bagi semua manusia. Mereka yang percaya pada-Nya, karena disembuhkan dari penyakit yang menyerang jiwa, akan memperoleh pengampunan atas dosa yang telah dilakukan.

Ia juga hendak bersabda demikian, “Aku harus menyembuhkan jiwamu sebelum Aku menyembuhkan tubuhmu. Jika penyembuhan ini belum dilakukan, dengan mengembalikan kekuatan untuk berjalan, kamu hanya akan melakukan dosa.

Bahkan jika engkau tidak meminta penyembuhan ini, Aku sebagaimana Allah melihat  pasti akan memberikan obat bagi jiwamu yang dapat menimbulkan penyakit.” (Commentary On Luke, Homily 12)

Oratio-Missio

Tuhan, melalui kasih-Mu yang berbelas kasih dan pengampun Engkau menyembuhkan dan memulihkan tubuh, jiwa dan budi kami. Semoga daya kuasa penyembuhan dan kasih-Mu menyentuh setiap bagian hidupku – di lubuk hati, perasaan, sikap dan benak. Ampunilah dosaku dan ubahlah hidupku agar aku mampu berjalan dalam iman dan kebenaran. Amin.

  • Apa yang perlu kulakukan untuk mengampuni dan memiliki hati yang berbelas kasih?

Ut autem sciatis quia Filius hominis potestatem habet in terra dimittere peccata – ait paralytico : Tibi dico: Surge, tolle lectulum tuum et vade in domum tuam – Lucam 5:24

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version