Home BERITA Lectio Divina 12.07.2023 – Kerajaan-Nya Sudah Dekat

Lectio Divina 12.07.2023 – Kerajaan-Nya Sudah Dekat

0
Kedua belas rasul-Nya, by Vatican News

Rabu. Pekan Biasa XIV (H).

  • Kej. 41:55-57; 42:5-7a.17-24a
  • Mzm.33:2-3.10-11.18-19
  • Mat.10:1-7

Lectio

1 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan.

2 Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, 3 Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, 4 Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia.

5 Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, 6 melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. 7 Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat.”

Meditatio-Exegese 

Pergilah kepada Yusuf

Yusuf bekerja dengan cerdik dan cerdas mempersiapkan masa kelaparan yang datang segera. Ia membangun sistem pengairan, pertanian gandum dan penyimpanan hasil panen. Tradisi suci mengambil kesimpulan akan tindakan Allah menyelamatkan manusia melalui keturunan Abraham (Kej. 12:3).

Namun, penyakit, kelaparan dan kemiskinan, perang dan pelbagai bencana terus mendera umat manusia, seolah tak ada akhir.

Konsili Vatikan II menyerukan solidaritas untuk yang miskin dan termiskin, “Bahwa manusia wajib meringankan beban kaum miskin, itu pun bukan hanya dari kelebihan miliknya. Mereka yang menghadapi kebutuhan darurat, berhak untuk mengambil dari kekayaan orang-orang lain apa yang sungguh dibutuhkannya.

Karena di dunia ini begitu banyaklah orang yang kelaparan, Konsili mendesak semua orang, masing-masing secara perorangan, maupun mereka yang berwenang supaya mengenangkan pernyataan para Bapa: “Berilah makan kepada orang yang akan mati kelaparan; sebab bila engkau tidak memberinya  makan, engkau membunuhnya.”

Dan sesuai dengan kemampuan masing-masing, sungguh membagikan dan menggunakan harta-benda mereka, terutama dengan menyediakan bagi orang-orang perorangan maupun bangsa-bangsa upaya-upaya, yang memungkinkan mereka itu untuk menolong diri dan mengembangkan diri.” (Konsili Vatikan II, Konstitusi Pastoral tentang Gereja Di Dunia Dewasa Ini, Gaudium Et Spes, 69)

Penguasa Mesir memerintahkan seluruh bangsanya untuk pergi menemui Yusuf demi gandum dan hidup. Yusuf dipilih dan diutus tidak hanya untuk menyelamatkan bangsa Mesir.

Ia juga membantu Yakub dan anak-anaknya serta seluruh nenek moyang umat Perjanjian Lama. Kata Firaun (Kej. 41:55), “Pergilah kepada Yusuf.”, Ite ad Ioseph.

Yusuf tidak menikmati sendiri kemakmuran dan kebahagiaannya setelah mengalami kesengsaraan. Ia membuka jalan untuk menyelamatkan seluruh bangsanya, sesuai rencana Allah. Usahanya berhasil saat seluruh leluhur, suku dan keluarganya menetap di Mesir.

Kisah itu dimulai saat anak-anak Yakub pergi ke Mesir untuk membeli gandum, setelah kelaparan juga melanda Kanaan. Yakub bertanggung jawab atas kesejahteraan dan keselamatan seluruh suku bangsanya. Tidak membiarkan semua mati kelaparan, ia segera menyuruh anak-anaknya mencari gandum ke Mesir.

Saat mereka sujud di hadapan Yusuf hingga kepala menyentuh tanah, mimpinya tentang berkas-berkas gandum yang menyembahnya mulai menjadi nyata. Saat pertemuan pertama,  sepuluh orang anak Yakub ditangkap dan dimasukkan dalam penjara atas tuduhan sebagai mata-mata atau pengintai.

Yusuf ternyata tidak memiliki dendam. Ia hanya ingin menyelidiki lebih mendalam tentang keluarganya, yang seolah-olah melupakan dan menganggapnya telah mati (Kej. 44:20). Ia akhirnya tahu kabar tentang keluarganya di Kanaan dan kalau memiliki seorang adik dari ibunya, Ribka.

Ia juga tahu bagaimana Ruben berusaha mencegah saudara-saudaranya membunuhnya (Kej. 37:21). Demikian juga betapa ayahnya menanggung derita batin berat karena kehilangan Simeon. Ia juga sadar bahwa saudaranya mengakui kesalahan dan itu membuat mereka layak dihukum Allah. 

Santo Yohanes Chrysostomus menulis tentang kisah anak-anak Yakub, “Seperti peminum yang mabuk karena banyak minum angggur, mereka tidak sadar akan kehancuran yang mereka buat sendiri. Kemudian, mereka sadar betapa jahat kebiasaan buruk itu bagi tubuh dan jiwa.

Demikian pula, dengan dosa. Saat dosa dilakukan, ia membutakan hati dan budi, seperti kabut tebal yang menyelimuti dan merusak pandangan.

Namun, akhirnya, hati nurani membangunkannya dan mulai menuduh bahwa tindakan yang dorong akal budi yang melenceng pasti keliru. Ia juga menunjukkan betapa orang itu telah bertindak bodoh.” (Homiliae in Genesim, 54, 2).

Yesus memanggil

Yesus memanggil para murid dan mendidik mereka selama masa pelayanan-Nya. Panggilan dan pendidikan itu bertujuan agar mereka menjadikan Yesus pusat hidup mereka. Setelah dirasa cukup saatnya, Yesus mengutus ke dua belas rasul untuk pergi dan mewartakan Kerajaan Surga sudah dekat.

Kerajaan itu adalah komunitas pria dan wanita yang mengenal Allah sebagai Allah Tritunggal, yang penuh kasih dan kerahiman. Komunitas itu selalu menaati dan menghormati Allah dengan suka rela sebagai Tuhan dan Raja.

Yesus pun mengajarkan agar para murid memohon Allah untuk meraja dalam hidup mereka dan di dunia: Datanglah Kerajaan-Mu dan jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. 

Dalam tugas perutusan itu, Yesus memberi mereka kuasa untuk mengusir setan, menyembuhkan penyakit dan mengatasi kelemahan. Dengan kata lain, dalam tata dunia sekarang, mereka berpartisipasi dalam mewujudkan kesejahteraan umum.

Konsili Vatikan II mengajarkan, “Kesejahteraan umum ialah: keseluruhan kondisi-kondisi hidup kemasyarakatan, yang memungkinkan baik kelompok-kelompok maupun anggota-anggota perorangan, untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri.

Setiap kelompok harus memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan serta aspirasi-aspirasi kelompok-kelompok lain yang wajar, bahkan kesejahteraan umum segenap keluarga manusia.” (Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, Gaudium et Spes, 26).

Inilah nama

Daftar nama ke dua belas rasul sepertinya terkait dengan Perjanjian Lama. Nama Simon atau Simeon berasal dari keluarga Yakub (Kej. 29:33).

Yakobus sama dengan Yakub (Kej. 25:26). Yudas atau Yehuda adalah anak laki-laki Yakub (Kej. 35:23). Matius memiliki nama lain Lewi (Mrk. 2:14), yang juga salah satu anak laki-laki Yakub (Kej. 35:23).

Nama yang disandang tujuh orang rasul berasal dari nama para Bapa Bangsa: dua orang disebut Simon/Simeon; dua disebut Yudas/Yehuda; dua disebut Yakub; dan satu Lewi. Hanya satu yang memiliki nama Yunani: Filipus.

Penginjil Matius rupanya menyingkapkan Yesus membentuk umat yang baru, dilandasi oleh ikatan dengan perjanjian Allah dengan Abraham. 

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat

Yesus mengutus para murid pergi ke wilayah sekitar Galilia. Ia memerintahkan mereka, ”Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.

Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat.” (Mat 10:5-7). Perintah-Nya mengandung tiga makna:

  • Jangan pergi kepada bangsa-bangsa lain,
  • Jangan memasuki kota-kota Samaria, dan
  • Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.   

Memang, sepertinya ada sikap menutup diri terhadap bangsa lain dalam perintah di atas.

Namun, Santo Paulus, yang sangat kuat membela keterbukaan terhadap bangsa-bangsa asing, menyatakan persetujuannya bahwa Kabar Sukacita tentang Yesus seharusnya pertama-tama diwartakan kepada bangsa Israel, setelah itu, kepada bangsa-bangsa lain (Rom. 9:1-11, 32; bdk. Kis. 1:8; 11:3; 13:46; 15:1, 5, 23-29).

Namun, yang terjadi kemudian, di Injil yang sama, saat Yesus bercakap-cakap dengan perempuan dari Kanaan, Ia merentangkan tangan untuk menerima bangsa-bangsa lain (Mat. 15:21-29).

Kepada bangsa-bangsa lain, Ia juga memerintahkan mereka untuk mewartakan Kerajaan Surga (Mat. 10:7), ”Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat.”, Euntes autem praedicate dicentes, “Appropinquavit regnum caelorum.”

Tugas perutusan para Rasul tidak hanya kepada bangsa Yahudi, tetapi juga kepada segala bangsa terus digemakan setelah Yesus bangkit dari mati.

Santo Matius menulis, ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20).

Santo Markus menulis, ”Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mrk 16:15-16).

Dalam Injil dan Kisah Para Rasul, Santo Lukas menulis, ”Ada tertulis bahwa Kristus harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari ketiga.

Dan, pertobatan untuk pengampunan dosa akan dinyatakan dalam nama-Nya kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi-saksi dari semua ini.” (Luk. 24:46-48; Kis. 1:8).

Santo Yohanes meringkas seluruh perintah itu hanya dalam satu kalimat (Yoh. 20:21), ”Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”, sicut misit me Pater et ego mitto vos.

Katekese

Yesus memberi para murid bertindak atas namaNya. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407 :

“Jika Roh Kudus belum dianugerahkan, karena Yesus belum dimuliakan, bagaimana mungkin para murid mengusir para setan? Mereka melakukan ini karena perintah-Nya, karena kuasa Anak.

Perhatikan dengan teliti saat tugas pengutusan mereka. Mereka tidak diutus pada saat mereka mulai mengikuti jejak kaki-Nya. Mereka tidak diutus hingga mereka memperoleh manfaat penuh dari tinggal bersama-Nya setiap hari.

Mereka mengusir setan hanya setelah mereka menyaksikan orang mati dibangkitkan. Laut bergemuruh diredakan. Setan diusir. Tungkai yang lumpuh dapat berjalan. Dosa diampuni. Penderita kusta ditahirkan.

Dan setelah menerima bukti yang cukup atas kuasa-Nya baik melalui tindakan maupun sabda-Nya, maka, hanya setelah mereka menyaksikan seluruh tindakan dan sabda-Nya, mereka diutus.

Dan Ia tidak mengutus mereka tanpa persiapan untuk melakukan tindakan yang berbahaya, karena saat itu belum ada bahaya di Palestina. Mereka hanya harus bertahan melawan serangan melalui kata-kata.

Namun, Yesus tetap mengingatkan mereka akan ancaman yang lebih besar di masa yang akan datang. Dengan cara ini Ia mempersiapkan mereka akan apa yang akan dilakukan di masa depan.” (The Gospel Of Matthew, Homily 32.3)

Oratio-Missio

Tuhan, Engkau telah memilih aku menjadi murid-Mu. Ambillah dan gunakanlah apa yang dapat aku persembahkan kepada-Mu, walau tidak berharga, untuk memuliakan nama-Mu. Amin. 

  • Aku sudah dipanggil-Nya, mengapa sulit bagiku menerima tugas perutusan dari-Nya?

Euntes autem praedicate dicentes, “Appropinquavit regnum caelorum”Matthaeum 10:7

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version