Selasa. Hari Biasa. Pekan Adven II (U)
- Yes. 40:1-11
- Mzm. 96:1-3.10ac.11-13
- Mat. 18:12-14
Lectio
“12 Bagaimana menurutmu? Jika seseorang mempunyai seratus ekor domba, tetapi yang satu dari mereka tersesat, tidakkah orang itu meninggalkan yang 99 ekor di gunung dan pergi untuk mencari satu yang tersesat itu?
13 Dan, jika ia menemukannya, sesungguhnya Aku mengatakan kepadamu, ia lebih bersukacita atas satu yang tersesat itu daripada 99 yang tidak tersesat. 14 Demikian juga, bukanlah kehendak Bapamu yang di surga jika seorang dari anak-anak kecil ini binasa.”
Meditatio-Exegese
Bagaimana pendapatmu?
“Bagaimana menurutmu?” Yesus mengajak para murid menggunakan seluruh daya untuk menjawab pertanyaan-Nya saat Ia mengajar. Ia secara khusus mengajar dan mempersiap para murid untuk meneruskan karya pelayanan-Nya (Mat. 18:1).
Yesus menerima pertanyaan dan menjawab pertanyaan mereka, serta menjelaskan tentang pelbagai hal, misalnya: siapa yang terbesar dalam kerajaan sorga (Mat. 18:2-5); siapa yang menyesatkan orang (Mat. 18:6-11).
Kini Yesus meminta pendapat mereka tentang sebuah perumpamaan. Melalui perumpamaan ini, Yesus mengajak mereka untuk ambil bagian dalam menemukan kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Jawaban atas pertanyaan, “Bagaimana pendapatmu?” tergantung dari pada bagaimana pendengar menanggapi dan ambil bagian dalam usaha menemukan kebenaran.
Secara ringkas, Yesus menyampaikan perumpamaan: seorang gembala memiliki 100 ekor domba yang sedang digembalakannya di padang rumput. Tiba-tiba seekor domba lari menghilang ke perbukitan dan tersesat. Sang gembala segera meninggalkan yang 99 dan mencari yang sesat itu (Mat. 18:12).
Jumlah domba hingga 100 pasti mewakili jumlah yang banyak. Kitab Bilangan mengatur persembahan seekor domba dari kumpulan 50 ekor.
“… haruslah engkau mengambil satu ambilan dari setiap lima puluh, … dari kambing domba, jadi dari segala hewan, lalu menyerahkan semuanya kepada orang Lewi yang memelihara Kemah Suci Tuhan.” (Bil. 31:30).
Lalu, Yesus bertanya tentang pendapat mereka, “Bagaimana pendapatmu?” Apakah engkau akan berbuat yang sama?
Apakah mereka yang pernah menggembalakan domba melakukan hal yang sama? Dan bagaimana murid lain menanggapi pertanyaan Yesus?
Bapamu tidak menghendaki seorangpun dari anak ini hilang
Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, apa yang anda lakukan? Seorang gembala harus ingat bahwa pegunungan merupakan tempat yang penuh risiko: ular, jurang, serigala, singa gunung, gua, penyamun. Di tangan masih ada 99 ekor!
Hanya satu hilang. Akankah yang 99 ekor itu ditinggalkan demi yang seekor itu?
Murid Yesus mungkin menanggapi kisah perumpamaanitu seperti ini. “Untuk apa saya bersusah payah dan membahayakan diri sendiri mencari satu domba yang hilang. Pada saya masih ada 99 ekor lain yang lebih membutuhkan perhatian.
Kalau meninggalkan yang 99, jangan-jangan mereka akan dicuri atau berserak. Maka, saya bisa kehilangan lebih banyak. Guru, menurut saya itu tindakan bodoh,” kata murid itu.
Menanggapi cara pikir manusiawi, yang juga diungkapkan oleh Kayafas, “Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.” (Yoh. 18:14), Yesus mengungkapkan cara Allah mempertimbangkan, merasa dan bertindak.
Bagi Yesus, Allah seperti gembala yang dinubuatkan Nabi Yesaya (Yes. 40:11), “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.”, Sicut pastor gregem suum pascit, in brachio suo congregat agnos et in sinu suo levat; fetas ipse portat.
Maka, Allah meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan, mencari yang sesat itu dan menemukannya. Ia tidak menghendaki, “seorangpun dari anak-anak ini hilang” (Mat. 18:14).
Dengan kata lain, Ia mau mengorbankan Anaknya yang tunggal hingga sengsara, wafat dan dibangkitkan demi merebut kembali manusia yang hilang karena diancam maut.
Ia memulihkan martabat yang telah dirusak oleh kelakuan manusia yang lebih memilih yang jahat – penyingkiran, pelecehan, perbudakan, pembodohan dan pelanggaran hak asasi. Sang Gembala memulihkan manusia sebagai citra-Nya, imago Dei.
Katekese
Bersuka cita atas domba yang ditemukan. Santo Yohanes Chrysostomus, 347-407:
Apakah kamu tahu pelbagai macam cara Tuhan membimbing kita untuk memperhatikan saudara-saudari kita yang mengalami kesusahan? Karena itu jangan katakan, “Ah, orang itu cuma pande besi. Dia hanya tukang sol sepatu. Dan, orang itu si petani. Mereka bodoh. Aku benci.”
Jika kamu mengalami hal yang sama, sadarilah Tuhan memperhatikan kamu dalam begitu banyak cara. Ia mendorongmu untuk rendah hati dan mengajakmu memperhatikan mereka yang menderita.
Ia menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah mereka dan bersabda, “Jadilah seperti anak-anak ini. Barang siapa menerima mereka, menerima Aku. Tetapi, barang siapa menyesatkan salah satu dari mereka ini, ia harus menanggung kemalangan paling buruk.
Tuhan tidak hanya puas dengan contoh kilangan batu itu. Ia juga menambahkan kutukan-Nya dan dan meminta kita untuk memotong-motong bagian tubuh orang yang demikian, seperti tangan atau mata kita.
Dan dia bahkan tidak puas dengan contoh batu kilangan itu, tetapi dia juga menambahkan kutukannya dan menyuruh kita untuk memotong orang-orang seperti itu, meskipun mereka seperti tangan atau mata kepada kita.
Terlebih, Ia mempercayakan saudara-saudari kita yang hina ini kepada reksa para malaikat. Maka, Ia mendorong agar kita menghormati mereka, seperti Ia telah menjunjung tinggi mereka melalui kehendak-Nya untuk menanggung sengsara.
Ketika Yesus bersabda, “Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang.” (Luk. 19:10), ia menunjuk pada salib. Sama seperti yang dikatakan Paulus ketika ia menulis surat kepada para saudaranya tentang bagi siapa Kristus wafat (Rm. 14:15).
Allah Bapa juga tidak senang bila seseoarang hilang. Gembala pasti meninggalkan kawanan yang selamat dan mencari domba yang hilang. Ketika ia menemuka domba yang hilang, ia sangat bersukacita. Suka citanya meluap-luap atas apa yang ditemukan dan keselamatannya.” (The Gospel Of The Matthew, Homily 59.4)
Oratio-Missio
Tuhan, tiada satupun terluput dari perhatian dan penyelenggaraan-Mu. Semoga aku selalu berjalan dalam terang kebenaran-Mu dan memisahkan diri dari ikatan kasih-Mu. Amin.
- Apa yang harus akulakukan saat aku meninggalkan kawanan domba?
Sic non est voluntas ante Patrem vestrum, qui in caelis est, ut pereat unus de pusillis istis – Matthaeum 18:14