Kamis. Hari Raya Kenaikan Tuhan (P)
- Kis. 1: 1-11.
- Mzm. 46:2-3.6-7. 8-9.
- Ef. 4: 1-13; Ef. 1: 17-23.
- Mrk. 16: 15-20.
Lectio
15 Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. 16 Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.
17 Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, 18 mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.”
19 Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. 20 Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Meditatio-Exegese
Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit?
Ketika Yesus naik ke surga, mata para rasul menatap ke langit. Mereka tertegun saat memandang Yesus yang mulia dan duduk di sisi kanan Bapa.
Hati mereka takjub dan rindu akan kemuliaan yang akan dianugerahkan.
Tetapi, ternyata mereka belum mampu memahami bahwa kenaikan Yesus ke surga menjadi klimaks peninggian-Nya, setelah Ia mengalami sengsara, wafat dan bangkit. Rangkaian peristiwa agung ini menyingkapkan misteri Paskah.
Para bapa Konsili Vatikan II mengajarkan, “Karya penebusan umat manusia dan permuliaan Allah yang sempurna diselesaikan oleh Kristus Tuhan, terutama dengan misteri Paska: sengsara-Nya yang suci, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan kenaikan-Nya dalam kemuliaan.
Dengan misteri itu Kristus “menghancurkan maut kita dengan wafat-Nya, dan membangun kembali hidup kita dengan kebangkitan-Nya.”” (dikutip dari Konstitusi Tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium, 5; bdk. Dei Verbum, ).
Karena tepukau, para malaikat menegur orang-orang Galilea itu. Mereka belum mampu memahami seluruh makna misteri Paskah, menyingkapkan Parusia, kedatangan Tuhan kedua, ketika Ia mengadili orang hidup dan mati.
Santo Yohanes Chrysostomus menulis, “Mereka berkata pada orang-orang Galilea itu, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Kata-kata ini perlu direnungkan. Para malaikat tidak menyampaikan kedatangan Sang Juruselamat dalam waktu segera.
Para malaikat hanya menekankan apa yang paling penting, yakni bahwa Yesus Kristus akan datang kembali dan kita harus memiliki iman yang teguh saat mengharapkan kedatangan-Nya.” ( dikutip dari Homily on Acts, 2).
Tentang kenaikan-Nya ke surga, Gereja mengajarkan, “Langkah terakhir pemuliaan ini berhubungan erat dengan yang pertama, artinya dengan turun-Nya dari surga dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia.
Dan hanya Dia “yang datang dari Bapa”, dapat “kembali kepada Bapa”: Kristus.
“Tidak ada seorang pun yang telah naik ke surga, selain daripada Dia yang telah turun dari surga, yaitu Anak Manusia” (Yoh. 3:13). Diserahkan kepada kekuatan kodratinya, kodrat manusiawi tidak dapat masuk ke dalam “rumah Bapa”(Yoh. 14:2); ke dalam kehidupan dan kebahagiaan Allah.
Hanya Kristus dapat membuka pintu ini untuk manusia: “la memberi harapan kepada anggota-anggota tubuh-Nya, supaya mengikuti Dia ke sana, ke mana Ia mendahului mereka sebagai orang pertama.” (MR, Prefasi Kenaikan Tuhan).” (dikutip dari Katekismus Gereja Katolik, 661).
Teguran para malaikat menyentakkan kesadaran para rasul akan tugas perutusan yang dipercayakan Yesus kepada mereka. Mereka harus mewartakan Injil Allah ke seluruh penjuru dunia dan kepada segala makhluk.
Mereka yang menerima Warta Gembira dengan suka cita, pasti menyambut dengan kepercayaan atau iman. Tetapi iman saja belum cukup. Mereka masih harus dibaptis.
Yohanes Pembaptis menubuatkan pembaptisan dengan Roh Kudus (Mat 3:11; par.) dan Yesus menjajikan pembaptisan dengan Roh Kudus. Janji-Nya ditepati pada hari Pentakosta (Kis. 2:1-4).
Sesuai dengan perintah Yesus, para Rasul dan penggantinya membaptis dengan air (Kis. 2:41; 8:12.38; 9:18; 10:48; 16:15.33; 18:8; 19:5) sebagai upacara pemasukan ke dalam Kerajaan Mesias.
Baptis ini berdaya menghapuskan dosa dan memberikan Roh Kudus. Kemudian, muncul upacara lain, penumpangan tangan (1Tim. 4:14), yang menjadi tanda kelihatan dan karismatis memberikan Roh Kudus. Upacara ini menjadi asal usul Sakramen Penguatan.
Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka
Kesebelas rasul tidak begitu saja percaya pada penampakan Yesus seperti diwartakan Maria Magdalena (Mrk. 16:9-11). Mereka juga menolak kesaksian dua orang murid lain yang mengalami penampakan sepanjang perjalanan ke luar kota (Mrk. 16:12-13).
Santo Markus menggambarkan bahwa mereka tidak memiliki kepercayaan dan berhati degil, σκληροκαρδιαν, sklerokardian, skleros (keras karena menjadi kering), kardia (hati).
Beberapa kali Santo Markus menyinggung tentang sikap itu. Beberapa alasan melatar belakangi sikap mereka. Pertama, mereka adalah Rasul yang dipilih Yesus sendiri (Mat. 10:1-4; Mrk. 3:13-19; Luk. 6:12-16). Maka, mereka menginginkan untuk mengalami sendiri pengalaman penampakan itu.
Dan ternyata, setelah mengalami sendiri, sirnalah penolakan mereka. Mereka sekarang menjadi saksi independen, tidak tergantung dari orang lain.
Selanjutnya, Santo Markus menekankan bahwa iman pada Yesus diwartakan melalui pewartaan iman oleh mereka yang bersaksi tentang-Nya. Dan terakhir, setiap orang hendaklah terus setia pada iman akan Yesus, walau diragukan oleh kesebelas rasul-Nya sekali pun!
Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk
Yesus memberi mandat kepada para rasul dan pengganti mereka serta seluruh umat untuk pergi ke seluruh penjuru semesta dan memberitakan Injil kepada segala makhluk. Ungkapan yang digunakan Santo Markus : κοσμον, kosmon, dari kata kosmos (alam semesta) dan παση τη κτισει, pasei tei ktisei (kepada segala makhluk).
Cakupan pewartaan tidak hanya kepada segala bangsa (bdk. Mat. 28:19; Luk. 24:47), tetapi juga kepada segala makhluk hingga ke seluruh penjuru semesta. Bagi Santo Markus, Yesus yang bangkit dari kematian adalah Tuhan seluruh alam semesta, kosmos. Dialah Raja alam raya (bdk. Kol. 1:15-20; Ef. 1:10).
Para pewarta Injil diberi mandat untuk mewartakan Injil, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mrk. 16:15-16).
Barang siapa menerima pewartaan Injil, berani percaya kepada Sang Penebus, ia dibaptis. Ia diangkat menjadi anak Allah dan anggota Gereja. Namun, yang menolak untuk percaya, ia akan dihukum.
Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430, menulis, “Perintah pada para para Rasul untuk bersaksi tentang Dia mulai Yerusalem, Yudea, Samaria, dan, bahkan hingga ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:8) bukan melulu ditujukan kepada mereka yang disapa Tuhan secara langsung.
Mereka bukanlah satu-satunya yang harus menyelesaikan tugas yang sangat berat itu. Serupa pula, seolah-olah Tuhan hanya menyapa para Rasul secara pribadi ketika Ia bersabda, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat. 28:20).
Namun, siapakah yang tidak tahu bahwa Ia menjanjikan penyertaan-Nya pada Gereja universal yang akan berlangsung mulai dari sekarang hingga akhir jaman, terus menerus, tanpa kunjung putus?” (dikutip dari Letter 199, To Hesychius 49).
Kepada para murid yang mewartakan InjilNya, Ia memberi tanda, sebagai berikut. Mengusir setan-setan demi namaNya.
Setiap pewarta harus berjuang melawan kuasa kejahatan yang menghancurkan hidup. Masing-masing harus melawan takhyul, perjudian dan hiburan tidak sehat. Juga ada keharusan bertindak adil, jujur serta menegakkan hak asasi manusia (bdk. Janji Baptis, Puji Syukur, 98).
Berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru. Setiap pewarta harus mulai berkomunikasi dengan cara yang baru. Kadang mereka berjumpa dengan orang yang berbahasa ibu berbeda, maka dituntut kemampuan berbicara dalam bahasa mereka.
Tetapi, yang paling paripurna adalah bahasa kasih. Santo Paulus menegaskan, “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.” (1Kor 13:1).
Racun maut tidak membuat celaka. Kasak-kusuk, kesaksian palsu dan fitnah dalam pelbagai bentuk menghancurkan hidup bersama dalam komunitas.
Paus Fransiskus mengingatkan, “Ketika kita melihat sesama kita membuat kesalahan kecil, kekeliruan, atau keteledoran, biasanya kita segera pergi dan menceritakannya pada orang lain.
Kita nggosip. Dan gosip menutup hati pada komunitas, menutup kesatuan dengan Gereja. Tukang gosip terbesar adalah setan, yang selalu berkeliling untuk berkata buruk tentang sesama.
Karena ia adalah pembohong yang mencari kesempatan untuk memecah belah Gereja, untuk menjauhkan para saudara dan saudari serta tidak membentuk komunitas.
Maka, saudara dan saudariku, mari kita berusaha keras berhenti menggosip. Gosip adalah wabah yang lebih berbahaya dari pada Covid! Mari kita berusaha hidup: tanpa gosip.
Hanya kasih Yesus, yang merangkul para pemungut cukai dan bangsa asing, karena mengasihi selalu menjadi batu sandungan bagi para penyesat sepanjang jaman.” (dikutip dari sambutan pada Angelus di Lapangan Santo Petrus, Minggu, 6 September 2020).
Santo Paulus mengingatkan, “Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.” (Kol. 3:8).
Racun yang mengerikan itu dapat dihancurkan dan tidak akan berdaya bila tiap pengikut-Nya mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan.
Mereka akan sembuh. Ketika setiap orang menyadari kehadiran Allah, saat itulah mereka bergerak untuk memperhatikan mereka yang disingkirkan, ditindas dan dibuang.
Setiap pewarta harus memperhatikan pertama-tama kepada mereka yang sakit, lemah, kecil, marginal dan difabel.
Mereka tidak hanya dibebaskan dari penyakit yang menggerogoti raga, tetapi yang lebih penting adalah mereka merasa diterima dan dikasihi.
Mereka diterima sebagai sesama. Tanda-tanda itu akan terus mengiringi para pewarta hingga ke penjuru semesta, sampai Ia datang dalam kemuliaan.
Katekese
Menghasilkan buah pembaptisan. Santo Yohanes Chrysostomus, Uskup Agung Konstantinopel, 347-407:
“Mari kita tanggalkan diri sendiri yang penuh dosa. Mari kita hidup seperti diminta Kristus. Ia telah memberikan kita pembaptisan, bukan hanya sekedar kita terima dan campakkan, tetapi kita harus menghasilkan buah pembaptisan dalam hidup.
Bagaimana orang akan berkata pada-Nya karena ia telah mengingkari dan mencampakkan pembaptisan: Menghasilkan buah? Bukankah telah kita dengan bahwa “Buah Roh adalah kasih, suka cita, damai sejahtera (Gal 5:22)? Bagaimana mungkin di sini terjadi hal yang sangat berlawanan?”
Allah mengutus Roh Kudus dari surga untuk menebus, bukan hutang atas uang, tetapi seluruh beban dosa.
Maka, apakah kalian menyesal dan meratap? Sungguh tak layak sikap ini!
Seharusnya tidak perlu diungkapkan bahwa justru pada mayat diberi curahan air mata melimpahruah. Sedangkan misteri kudus dicampakkan ke tanah. Namun, sepertinya kita tidak hanya layak untuk dipersalahkan, sebab manusia begitu keras hati dan keras kepala.
Pada kalian aku berseru untuk meninggalkan segala yang jahat, segeralah berbalik dan mendekat pada Sakramen Baptis. Karena dengan bukti usaha keras pada saat ini, semoga kita memperoleh kepercayaan yang akan segera dianugerahkan.
Dengan kepercayaan yang kita peroleh itu, semoga kita dianugerahi rahmat dan belas kasih Tuhan kita Yesus Kristus, yang mulia dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin.” (dikutip dari Exegetical Homily on the Ascension, 26-27).
Oratio-Missio
a. Tuhan, melalui anugerah Roh Kudus, Engkau memenuhi hati kami dengan semangat pantang menyerah, suka cita dan kekuatan untuk menanggung cobaan. Semoga aku selalu setia menjadi saksi kebangkitan-Mu, kemenangan-Mu atas maut dan anugerah hidup kekal bagi mereka yang ada di sekelilingku. Amin.
b. Apa yang perlu aku lakukan karena aku bersedia menjadi pewarta-Nya?
Illi autem profecti praedicaverunt ubique, Domino cooperante et sermonem confirmante, sequentibus signis – Marcum 16:20