Home BERITA Lectio Divina 13.09.2022 – Ia Seperasaan dengan Tiap Murid-Nya

Lectio Divina 13.09.2022 – Ia Seperasaan dengan Tiap Murid-Nya

0
Anak muda, bangunlah, by Wilhelm Kotarbinsky, 1849-1921

Selasa. Pekan Biasa XXIV. Peringatan Wajib Santo Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja (P)

  • 1Kor. 12:12-14.27-31a.
  • Mzm. 100:2-5.
  • Luk. 7:11-17.

11 Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-murid-Nya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertai-Nya berbondong-bondong. 12 Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda itu.

13 Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis” 14 Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah.”

15 Maka bangunlah orang itu dan duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. 16 Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,” dan “Allah telah melawat umat-Nya.”

17 Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh Yudea dan di seluruh daerah sekitarnya.

Meditatio-Exegese

Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan

Dalam banyak kesempatan Santo Lukas menyingkapkan sisi manusiawi Yesus. Ia melukiskan Yesus yang ikut sedih (Luk 7:13), “Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan.”, Quam cum vidisset Dominus, misericordia motus super ea.   

Penginjil menggunakan ungkapan εσπλαγχνισθη, esplagchnisthe, misericordia motus (Vulgata). Dalam teks yang diakui Gereja Katolik kata misericordia terbentuk dari dua kata miser, sengsara, kesedihan, kasihan;  an cor, hati, inti terdalam hakikat manusia.

Maka, misericordia bermakna hati yang turut menanggung, merasakan kesengsaraan, kesedihan, dukacita yang dialami sesama. Ungkapan Latin lain yang semakna adalah compassio, cum-passio, bersama-sama menanggung kesengsaraan.

Hati Yesus mudah tergerak oleh belas kasih. Ia mudah tersentuh atas duka dan derita. 

Yesus tersentuh hati-Nya karena Ia menyaksikan kemalangan si janda yang telah ditinggal mati suaminya. Sekarang anaknya. Kehilangan keduanya berarti dia kehilangan jaminan kesejahteraan hidup.

Pada saat itu Yesus berkarya, kaum laki-laki menjadi penopang hidup ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Bila ia meninggal, anak laki-laki menggantikan peran sang ayah.

Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung ke luar

Santo Lukas melukiskan dengan indah  perjumpaan dua rombongan. Yesus beserta rombongan dan hendak masuk kota melambangkan iring-iringan kehidupan. Sedangkan yang keluar dari kota Nain dan sedang menuju pekuburan adalah lambang kematian.

Kedua rombongan bertemu di bidang tanah lapang. Di situlah Yesus mengungkapkan belarasa-Nya pada si janda yang kehilangan satu-satunya penjamin kesejahteraan, anaknya.

Jangan menangis

Yesus sedang membela hidup orang yang lemah. Karena itulah, Yesus melawan seluruh hukum kenajisan Yahudi. Maka, saat saat melihat janda itu, Ia berkata (Luk. 7:13), “Jangan menangis.”, Noli flere.  

Kitab Imamat, misalnya, mengatur supaya tidak berada dekat dengan mayat, bahkan mayat orang tua sendiri, “Janganlah ia dekat kepada semua mayat, bahkan janganlah ia menajiskan diri dengan mayat ayahnya atau ibunya.” (Im. 21:11).

Namun, Yesus menghampiri usungan itu. Ia menampakkan wajah “Allah yang hidup.” Inilah mukjizat pertama Yesus membangkitkan orang mati.

Maka, menyentuh pemuda yang mati itu, Ia berkata (Luk. 7:14), “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah.”, Adulescens, tibi dico: Surge.

Aku berkata kepadamu, bangkitlah

Perjumpaan Yesus ini menyingkapkan fakta bahwa Allah yang diwartakan Yesus adalah Allah orang hidup. Saat Allah mewahyukan diri pada Musa, Ia bersabda, “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” (Kel. 3:6).

Allah menghendaki hidup, bukan mati. Allah yang hidup menghendaki hidup, sekalipun itu adalah orang fasik. Pada mereka Ia berseru supaya bertobat, agar memperoleh hidup (bdk. Yeh. 33:11). 

Kematian datang ketika manusia menutup pintu bagi Allah. Saat Yudas meninggalkan ruang perjamuan dan menutup pintu, pasti Yesus sedih hati. Ia menghendaki Yudas Iskariot hidup. Di ruang itu ada Sang Terang (Yoh. 8:12; 9:5). Tetapi sang rasul justru memilih kematian.

Santo Yohanes dengan dramatis menuliskan, “Yudas … segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.” (Yoh. 13:30). Sang Terang tidak mampu bercahaya, karena dipadamkan. Sebaliknya, ia lebih senang memilih kegelapan, dosa atau memadamkan Sang Terang (bdk. Yoh. 1:5; 3:19). Dan upah dosa adalah maut (Rm. 6:23).

Mereka memuliakan Allah

Seluruh tanda heran yang dilakukan Yesus selalu bertujuan untuk memuliakan Allah. Peristiwa ini menyebar di seluruh Yudea dan di daerah sekitarnya.

Yang membuat tanda heran adalah Sang Nabi yang telah dinubuatkan Musa (Ul. 18:15). Dialah Allah yang melawat umat-Nya. Dia adalah “Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda.” (Mzm. 68:6).

Dialah “Allah orang yang hina-dina, Penolong orang kecil, Pembantu orang lemah, Pelindung orang yang kehilangan akal dan Penyelamat orang yang tanpa harapan.” (Yud. 9:11).

Katekese

Orang mati yang berjumpa dengan Sang Hidup dan Kebangkitan. Santo Cyrilus dariAlexandria, 376-444:

“Orang mati itu akan dikubur, dan banyak orang mengusungnya ke kuburan. Kristus, sang Hidup dan Kebangkitan, berjumpa dengannya di sama. Ia adalah Sang Penghancur kematian dan dosa.

Pada-Nyalah kita hidup, bergerak dan ada. Ia telah memulihkan kodrat manusia kembali ke asal muasalnya dan membebaskan kita dari perbudakan dosa dan dari jerat kematian.

Ia berbelas kasih kepada wanita itu, dan menghendaki air matanya berhenti menetes. Maka, Ia berkata, “Jangan menangis.” Seketika itu, penyebab tangisan perempuan itu lenyap.” (Commentary On Luke, Homily 36).

Oratio-Missio

Tuhan, kehadiran-Mu membawa kehidupan dan memulihkan budi, tubuh dan jiwa kami. Bersabdalah dan anugerahkanlah harapan, kekuaran dan kekuatan untuk mengikuti-Mu dalam duka dan suka cita hidup kami. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan mereka yang berkekurangan, berkebutuhan khusus, bodoh, sakit dan miskin serta alam lingkunganku?       

Et ait, “Adulescens, tibi dico: Surge.” – Lucam 7:14

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version