Home BERITA Lectio Divina 13.2.2025 – Anjing Makan Remah yang Jatuh dari Meja Tuannya

Lectio Divina 13.2.2025 – Anjing Makan Remah yang Jatuh dari Meja Tuannya

0
Remah-remah kasih, by Michael Cook

Kamis. Minggu Biasa V, Hari biasa (H)

  • Kej. 2:18-25
  • Mzm. 128:1-2.3.4-5
  • Mrk. 7:24-30

Lectio   
 

24 Lalu Yesus berangkat dari situ dan pergi ke daerah Tirus. Ia masuk ke sebuah rumah dan tidak ingin seorang pun mengetahuinya, tetapi kedatangan-Nya tidak dapat dirahasiakan. 25 Seorang ibu, yang anak perempuannya kerasukan roh jahat, segera mendengar tentang Dia, lalu datang dan sujud di depan kaki-Nya.

26 Perempuan itu seorang Yunani keturunan Siro-Fenisia. Ia memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dari anak perempuannya. 27 Lalu Yesus berkata kepadanya, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

28 Perempuan itu menjawab, “Benar, Tuhan. Namun, anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.” 29 Lalu kata Yesus kepada perempuan itu, “Karena perkataanmu itu, pergilah, setan itu sudah keluar dari anakmu.”

30 Perempuan itu pulang ke rumahnya, lalu didapatinya anak itu berbaring di tempat tidur dan setan itu sudah keluar.

Meditatio-Exegese

Yesus berangkat dan pergi ke daerah Tirus

Yesus selalu membuka diri untuk berjumpa dengan orang asing dan dikisahkan semua penulis Injil. Salah satu perjumpaan itu terjadi saat Yesus melakukan perjalanan panjang ke daerah bangsa-bangsa non-Yahudi, Tirus dan Sidon.

Kedua kota itu masih dapat dikunjungi hingga kini di daerah Lebanon. Kota Tirus, dalam bahasa Ibrani berarti padas, pelabuhan sangat ramai di pantai Timur Laut Mediterania, sebenarnya, memiliki hubungan baik dengan Israel.

Raja Ahab pernah menikah dengan puteri raja Tirus, Izebel. Ternyata melalui perkawinan ini terkuaklah niat busuk negara tetangga Israel. Tirus bermaksud menguasai Israel dan menggantikan Yahwe dengan Asyera, dewi penguasa Tirus (1Raj. 18:19).

Perlawanan terhadap Tirus dilakukan Nabi Elia. Puncak perlawanan nabi terjadi di Gunung Karmel ketika ia membunuh semua nabi palsu di sungai Kison (1Raj. 18:20-46). Kota yang dihuni oleh orang Fenisia dikutuk pula oleh banyak nabi, karena kota itu terus berusaha menguasai Israel (bdk. Yes. 23:1-18; Yeh. 26:1-28:19; Am. 1:9-10; Za. 9:3-4).

Tirus takluk pada Alexander Agung dan dikuasai dinasti Seleukid. Sejak itu rupanya kota ini mengalami Helenisasi, akulturasi kebudayaan Yunani pada budaya setempat. Sebaliknya, dalam Perjanjian Baru, Tirus justru dipuji Yesus karena pertobatan (Mat. 15:21).

Di kota ini, Yesus datang secara diam-diam. Namun, ketenaran Yesus tidak bisa menyembunyikan-Nya dari pengenalan orang banyak. Malahan, seorang ibu datang ke rumah penginapan-Nya. Perempuan itu berbahasa Yunani, walau berkebangsaan Siro-Fenisia (Mrk. 7:24-26).

Benar, Tuhan. Tetapi anjing makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak

Perempuan bangsa asing itu mendatangi Yesus dengan sangat ramah. Bahkan ia merendahkan diri dengan bersujud di depan kaki-Nya.

Tindakannya persis seperti dilakukan perempuan dari Sunem ketika anaknya yang mati itu dibangkitkan Allah melalui Nabi Elisa. “Perempuan itu masuk, menjatuhkan diri di depan kaki Elisa dan sujud menyembah dengan mukanya sampai ke tanah.” (2Raj. 4:37).

Perempuan Siro-Fenesia ini memohon agar anaknya dibebaskan dari setan yang merasuki dirinya. Rupanya Yesus menolak permohonannya.

Penolakan-Nya diungkapkan penulis Injil secara halus dan sopan, “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (Mrk. 7:27).

Anak-anak harus diberi makan lebih dahulu dengan roti sampai kenyang (Mrk. 7: 27a). Ini berarti Sabda Allah, roti itu, diperuntukkan bagi orang Israel, bukan untuk orang asing.

Yesus datang untuk “domba-domba yang hilang dari kawanan Israel” (Mat. 10:6), dan Israel adalah anak sulung Allah (Kel. 4:22). Ia hanya mau menekankan bahwa pewartaan Kerajaan Allah pertama-tama ditujukan kepada bangsa Israel. 

Maka, tidaklah layak memberikan ‘roti’ itu kepada kepada orang asing, ‘anjing’ yang belum mengenal Allah dan hidup dalam sikap batin yang najis serta belum ambil bagian dalam perjanjian dengan Allah.

Tentang hubungan dengan bangsa Yahudi, Gereja mengajar, ”Bila Gereja, Umat Allah dalam Perjanjian Baru, menyelami misterinya sendiri, ia menemukan hubungannya dengan bangsa Yahudi, “yang menerima Sabda Allah sebelum kita.” (MR, Jumat Agung 13: Doa Umat Meriah 6).

Dalam perbedaan dengan agama-agama bukan Kristen yang lain, iman Yahudi sudah merupakan jawaban atas wahyu Allah dalam Perjanjian Lama.

Bangsa Yahudi “telah diangkat menjadi anak, mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian dan hukum Taurat, dan ibadah dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia.” (Rm. 9:4-5), sebab “Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya.” (Rm. 11:29).” (Katekismus Gereja Katolik, 839).

Setelah kebangkitan-Nya, barulah Ia mengutus Israel baru, Gereja-Nya untuk mewartakan Kerajaan-Nya kepada segala bangsa, bahkan kepada setiap makhluk (Mat. 28:19-20; Mrk. 16:15).

Yesus sedang menakar iman perempuan perempuan itu. Jawaban yang diungkapkan-Nya sama dengan jawaban untuk perempuan Samaria di sumur Yakub: keselamatan berasal dari bangsa Yahudi (Yoh. 4:22).

Dan perempuan itu tetap teguh hati memohon pada-Nya (Mrk. 7:28), “Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.”, Domine, etiam catelli sub mensa comedunt de micis puerorum.

Anjing yang di bawah meja

Tanggapan perempuan itu mencengangkan. Ia tidak mengidentifikasi diri dengan anjing liar yang yang suka makan bangkai dan dianggap najis dan membahayakan (Kel. 22:31; Mzm. 68:24; Ams. 26:17; Kel. 11:7). Ia mengidentifikasi diri sebagai anak anjing piaraan yang tidak berbahaya dan disukai oleh anak-anak, termasuk anak-anak Israel.

Digunakan kata κυναρια, kunaria, bentuk jamak dari kunarion, anjing piaraan. Anjing-anjing yang kecil itu tetap saja dapat mendengarkan Sang Sabda dan percaya pada-Nya.

Pengakuan iman ini mengubah hati Yesus. Ia memuji sang ibu dan mengabulkan permohonannya.

Tindakan iman sang ibu dari bangsa Siro-Fenisia menjadi lambang pertobatan seluruh bangsa bukan Yahudi untuk mengimani Yesus. Dengan cara ini, semua bangsa ikut ambil bagian dalam Perjanjian Baru dalam Kristus Yesus.

Maka, terpenuhilah nubuat Nabi Yesaya (Yes. 66:18), “Aku datang untuk mengumpulkan segala bangsa dari semua bahasa, dan mereka itu akan datang dan melihat kemuliaan-Ku”, ut congregem omnes gentes et linguas; et venient et videbunt gloriam meam.

Oratio-Missio

Tuhan, kasih dan kerahimanMu tak mengenal batas. Semoga aku selalu percaya padaMu dan tak pernah ragu akan kasih dan kerahiman yang meluap dari hati-Mu. Tumbuhkanlah kepercayaanku dan bantulah aku ketika mengalami kesulitan dalam mewartakan Kerajaan-Mu. Amin.

  • Apa yang harus aku lakukan untuk menghancurkan penghalang untuk mewartakan Kerajaan Allah dari diriku dan komunitasku?   

Domine, etiam catelli sub mensa comedunt de micis puerorum – Marcum 7:28

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version