Rabu. Minggu Prapaskah IV, Hari Biasa (U)
- Yes. 49:8-15
- Mzm. 145:8-9.13cd-14.17-18
- Yoh.5:17-30
Lectio (Yoh.5:17-30)
Meditatio-Exegese
Pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau
Melalui naskah deutero Yesaya, kitab Yesaya kedua, sang nabi menyingkapkan harapan akan masa depan yang cerah di Sion setelah pembuangan Babel (586-538 SM). Allah memulihkan keadaan Sion yang ditinggalkan dan menjadi sunyi senyap.
Allah bersabda, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau; Aku telah membentuk dan memberi engkau, menjadi perjanjian bagi umat manusia, untuk membangunkan bumi kembali dan untuk membagi-bagikan tanah pusaka yang sudah sunyi sepi, untuk mengatakan kepada orang-orang yang terkurung: Keluarlah, kepada orang-orang yang ada di dalam gelap:
Tampillah! Di sepanjang jalan mereka seperti domba yang tidak pernah kekurangan rumput, dan di segala bukit gundul pun tersedia rumput bagi mereka. Mereka tidak menjadi lapar atau haus; angin hangat dan terik matahari tidak akan menimpa mereka, sebab Penyayang mereka akan memimpin mereka dan akan menuntun mereka ke dekat sumber-sumber air.” (Yes. 49:8-10).
Ia juga menjanjikan Sion akan menjadi tempat yang damai dan menaungi seluruh penjuru. Orang akan datang ke tempat damai sejahtera, termasuk dari tanah Sinim, yang sekarang dikenal sebagai wilayah Aswan di Mesir bagian selatan (Yes. 49:12).
Sang nabi juga menyingkapkan wajah Allah yang berbelas kasih seperti seorang ibu. Ia tidak akan melupakan anak yang dikandungnya. Bahkan, setiap nama dituliskan di telapak tangan-Nya (bdk. Yes. 44:5).
Sabda-Nya (Yes. 49:15), “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”, Numquid oblivisci potest mulier infantem suum ut non misereatur filio uteri sui? Et si illa oblita fuerit ego tamen non obliviscar tui.
Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga
Yesus dituduh melanggar hukum Sabat oleh kaum Farisi dan pemimpin agama di Yesusalem. Orang Yahudi mengira bahwa pada hari Sabat tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakan, karena enam hari Allah menciptakan dunia dan berhenti bekerja pada hari ketujuh (Kel. 20:8-11).
Yesus menanggapi dengan bersabda, “Bapaku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.” (Yoh. 5:17). Karena itulah, Yesus juga bekerja, bahkan pada hari Sabat. Bagi Yesus, karya penciptaan belum selesai. Allah terus bekerja, tanpa henti, siang dan malam. Ia menyeleggarakan hidup seluruh kehidupan.
Yesus bekerja bersama Allah meneruskan karya penciptaan, agar setiap makhluk suatu saat nanti dapat memasuki hidup kekal seperti dijanjikan-Nya. Menanggapi sabda-Nya, kaum Farisi dan pemimpin agama Yahudi marah dan berusaha membunuh-Nya.
Apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak
Salah satu tema pokok dalam Injil Yohanes adalah Yesus mengerjakan perintah Bapa. Kepada para murid, Ia bersabda (Yoh. 4:34), “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”, Meus cibus est, ut faciam voluntatem eius, qui misit me, et ut perficiam opus eius.
Maka, pekerjaan atau perkataan-Nya selalu berasal dari Bapa (bdk. Yoh 3:34; 8:26; 12:49). Dan Bapa menunjukkan apa yang dilakukan-Nya: “membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.” (Yoh. 5:21).
Yesus menyadari bahwa apa yang dilakukan selalu merupakan kehendak Bapa-Nya. Maka, Ia menyingkapkan (Yoh. 10:30), “Aku dan Bapa adalah satu.”, Ego et Pater unum sumus.
Maka, Yesus memberi tanda, semeion, melalui membangkitkan anak pegawai istana Herodes Antipas di Kapenaum (Yoh. 4:46-54); dan Ia memulihkan hidup orang lumpuh di kolam Betesda (Yoh. 5:1-18).
Tentang kebangkitan orang mati, Gereja mengajarkan, “Yesus menghubungkan iman akan kebangkitan itu dengan pribadi-Nya, “Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh 11:25). Pada hari kiamat Yesus sendiri akan membangkitkan mereka, yang percaya kepada-Nya (bdk. Yoh 5:24-25; 6:40); yang telah makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya (bdk. Yoh. 6:54).
Dalam kehidupan-Nya di dunia ini Yesus telah memberikan tanda dan jaminan untuk itu, waktu Ia membangkitkan beberapa orang mati (bdk. Mrk. 5:21-42; Luk. 7:11-17; Yoh. 11). Dan dengan demikian mengumumkan kebangkitan-Nya sendiri, tetapi yang termasuk dalam tatanan yang lain.
Kejadian yang sangat khusus ini Ia bicarakan sebagai “tanda nabi Yunus” (Mat 12:39), tanda kanisah (bdk. Yoh. 2:19-22). Ia mengumumkan bahwa Ia akan dibunuh, tetapi akan bangkit lagi pada hari ketiga (bdk. Mrk. 10:34).” (Katekismus Gereja Katolik, 994).
Bapa menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak
Di samping membangkitkan orang mati dan menghidupkannya, pekerjaan yang dilakukan Yesus adalah menghakimi. Penghakiman itu telah diserahkan Bapa kepada-Nya. Penghakiman harus dipahami melalui sabda Allah dalam Ul. 32:36; Mzm. 31:2, “Allah memberi keadilan kepada orang benar”.
Orang-orang yang dapat bertahan dalam pengadilan-Nya adalah mereka yang menghormati Anak, karena sama seperti mereka menghormati Bapa (Yoh. 5:23), yang mendengarkan perkataan-Nya dan percaya kepada Dia yang mengutus Yesus (Yoh. 5:24). Yang tidak menghormati Anak dan yang mendengar perkataanNya tetapi tidak percaya sudah menerima penghukuman.
Tentang pengadilan ini, Gereja mengajarkan, “Kristus adalah Tuhan kehidupan abadi. Sebagai Penebus dunia, Kristus mempunyai hak penuh untuk mengadili pekerjaan dan hati manusia secara definitif. Ia telah ‘mendapatkan’ hak ini oleh kematian-Nya di salib.
Karena itu, Bapa “menyerahkan seluruh pengadilan kepada putera-Nya.” (Yoh 5:22). Akan tetapi, Putera tidak datang untuk mengadili, tetapi untuk menyelamatkan dan untuk memberikan kehidupan yang ada pada-Nya.
Barang siapa menolak rahmat dalam kehidupan ini, telah mengadili dirinya sendiri. Setiap orang menerima ganjaran atau menderita kerugian sesuai dengan pekerjaannya; ia malahan dapat mengadili dirinya sendiri untuk keabadian, kalau ia tidak mau tahu tentang cinta.” (Katekismus Gereja Katolik, 679).
Katekese
Perubahan yang sangat indah. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:
“Bila Sang Sabda tidak menjelma menjadi manusia, Ia pasti tidak akan mati untuk kita. Hanya dengan cara penjelmaan itulah Allah yang tak dapat mati dapat mati dan menganugerahkan hidup kepada manusia yang dapat mati.
Maka dengan mengenakan dua kodrat ini, Ia mengubah hidup dengan sangat indah. Kodrat kita menyebabkan kematian mungkin bagi-Nya, dan Ia menyebabkan hidup dapat dianugerahkan kepada kita.” (Sermon 218c,1)
Oratio-Missio
Tuhan, satukanlah hatiku dengan hati-Mu, kehendakku dengan kehendak-Mu, agar aku hanya mencari dan menghendaki apa yang menyenangkan hati-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku siapkan untuk menyongsong pengadilanNya?
Non possum ego a meipso facere quidquam; sicut audio, iudico, et iudicium meum iustum est, quia non quaero voluntatem meam, sed voluntatem eius, qui misit me – Ioannem 5:30