Home BERITA Lectio Divina 14.10.2024 – Mengatasi Yunus dan Salomo

Lectio Divina 14.10.2024 – Mengatasi Yunus dan Salomo

0
Ratu dari selatan menemui Salomo, by Giovanni Demin, abad 19

Senin. Minggu Biasa XXVIII, Hari Biasa (H)

  • Gal 4:22-24.26-27.31-5:1
  • Mzm 113:1-2.3-4.5a.6-7
  • Luk 11:29-32

Lectio

29 Ketika orang banyak mengerumuni-Nya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. 30 Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini.

31 Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo.

32 Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus.” 

Meditatio-Exegese

Kristus telah memerdekakan kita

Perjanjian Lama bagi Gereja selalu bermakna, karena, seperti ditegaskan Paulus, rasul bangsa non-Yahudi, kisah dan pengajaran itu menjadi “contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.” (1Kor. 10:11).

Tokoh dan kisah tertentu memiliki peran penting, sepeti: Hagar dan Ismail (Kej. 16), Ishak (Kej. 21), dan sunat dan perjanjian (Kej. 17). Abraham telah dijanjikan seorang anak (Kej. 15:4) melalui Sara (Kej. 17:19) di masa tua dan kemandulan.

Sesuai dengan kebiasaan suku, Sara meminta Abraham menjadikan Hagar, budaknya, sebagai selir dan mendapatkan anak laki-laki, Ismail, darinya. Allah menyatakan pada Abraham bahwa anak ini bukan anak yang dijanjikan-Nya (Kej. 17:19), tetapi anak yang akan dilahirkan Sara.

Paulus menggunakan peristiwa dan kisah ini dua perempuan yang menjadi istri Abraham sebagai kiasan untuk menjelaskan dua tahap Sejarah Keselamatan. Hagar melambangkan tahap Perjanjial Lama yang ditetapkan di Gunung Sinai; sedangkan Sara menyingkapkan Perjanjian Baru yang dimateraikan oleh Darah Kristus berlaku sepanjang masa dan membabas kamusia dari kuk hukum Taurat dan dosa.

Paulus menyimpulkan bahwa orang Kristen adalah saudara-saudari Ishak, yang lahir dari perempuan merdeka; sehingga mereka menjadi ahli waris perjanjian yang dibuat untuk Abraham dan keturunannya. Maka, bila orang tetap berpegang teguh pada Hukum Musa, ia tetap menjadi anak Hagar, anak budak.

Mengacu pada saat Paulus hidup, yang menjadi tuan dari si budak adalah Yerusalem atau Bait Allah dan seluruh lembaga keagamaan yang mengaturnya. Sedangkan Yerusalem surgawi mengacu pada Gereja yang mulia, seperti disingkapkan dalam Wahyu kepada Yohanes (bdk. Why. 21:2, 10).

Paulus pasti dianggap menghujat oleh orang-orang sebangsanya atas perbandingan Yerusalem dengan Hagar. Namun, diketahui bahwa para rabbi membedakan antara Yerusalem duniawi yang kurang semarak dan Yerusalem surgawi yang melampaui seluruh keindahan.

Ia menggunakan ajaran para rabi untuk menyingkapkan bahwa mereka yang percaya pada Kristus adalah keturunan Abraham yang sejati, keturunan rohani dari isteri yang sah, Sara, yang melambangkan Yerusalem surgawi. Umat Perjanjian Baru bukan anak-anak Hagar.

Paulus bermain-main dengan kata-kata seperti kebiasaan para rabbi. Di samping menjadi nama untuk daerah pegunungan di Arabia, nama ‘Hagar’ erat terkait dengan nama budak Sara, isteri Abraham, dan ibu Ismail. Gunung Sion, tempat Yerusalem duniawi didirikan, juga terkait dengan Hagar, yang tidak memiliki ikatan apa pun dengan janji Allah akan berkat dan keturunan.

Hukum Musa, yang disingkapkan Allah, baik dan tepat sesuai dengan lingkungan dan jaman. Tetapi, ketika Kristus datang, hukum ini disempurnakan.

Seluruh ketentuan hukum dan peraturan ibadat dalam Hukum Musa dinyatakan tak berlaku pada tahap tertentu dalam Sejarah Keselamatan, yakni pada saat Kristus datang. Umat Kristen tidak diwajibkan mengikut hukum Musa.

Maka, umat Kristen benar-benar merdeka dan bebas. Menjadi bebas tidak bermakna melakukan apa saja yang disukai. Sikap semacam itu mengarah pada penghancuran diri dan tidak membangun kebahagiaan dan kepenuhan hidup. Menjadi merdeka berarti secara efektif melakukan dan mengikuti kebaikan.

Rasul Paulus menulis (Gal. 5:1), “Kristus telah memerdekakan kita.”, nos Christus liberavit.

Mereka menghendaki suatu tanda

Ibu yang mungkin berasal dari Nazaret menemui Yesus untuk memuji-Nya. Tetapi sementara orang menemui untuk mencobai Yesus. Santo Lukas mengidentifikasi siapa yang mengecam-Nya.

Tetapi dari keseluruhan konteks, dipastikan bahwa Yesus selalu beradu pendapat dengan segelintir kaum Farisi dan ahli Taurat. Mereka mengecam dan menuduh bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa penghulu setan, Beelzebul (Luk. 11:14-23).

Kini, mereka menuntut tanda bukti bahwa Ia adalah Mesias yang mereka mimpikan.

Santo Lukas menggunakan kata ‘σημειον’, semeion, tanda, yang bermakna: ‘tanda’ yang terdiri atas ‘tanda heran’ atau ‘mukjizat’, peristiwa yang berlawanan dengan peristiwa alam sehari-hari. Sering juga semeion bermakna ‘tanda dan mukjizat’ (bdk. Kis. 4:30; 5:12; 8:13; 14:3; 15:12; Rm. 15:19; 2 Kor 12:12; Ibr. 2:4).

Para musuh Yesus menghendaki tanda seperti yang dibuat oleh tokoh pada jaman kuna. Tanda itu menjadi bukti bahwa mereka memang berasal dari Allah.

Musa, misalnya, menunjukkan tanda heran yang luar biasa dahsyat saat berhadapan dengan Firaun dan seluruh Mesir. Di gurun pun ia dipaksa untuk menunjukkan tanda heran, supaya umat percaya bahwa ia melaksanakan sabda Allah.

Nabi Elia dituntut untuk melakukan tanda heran di Gunung Karmel. Di hadapan para nabi palsu dan bangsa yang tak percaya lagi pada Yahwe, ia memohon agar Allah Israel membakar habis persembahan yang diletakkannya di atas altar dan diguyur air (1Raj. 18:20-40).

Segelintir kaum Yahudi menghendaki Mesias yang hebat, penuh daya-kuasa dan pasukan yang mampu melindas kaum penjajah dan menegakkan kerajaan Israel seperti Daud. Namun, Yesus tidak mau menyerah  pada permintaan segelintir kaum Farisi dan ahli Kitab.

Bahkan, Santo Markus mencatat perasaan Yesus. Ia kecewa, putus asa, dan, mungkin, jengkel, karena kepicikan mereka (Mrk. 8:12).

Pada mereka, Yesus menjawab (Luk. 11:29), “Kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus.”, et signum non dabitur illi, nisi signum Ionae.

Dengan sabda itu, Ia berharap bahwa mereka mau membuka mata dan hati untuk memperluas cakrawala pikir yang lebih luas. Tetapi, ternyata mereka tetap picik.

Santo Lukas tidak menghubungkan tanda Yunus dengan kebangkitan Yesus. Ia mengajak para pemimpin agama Yahudi untuk bertobat. Ajakan-Nya sama seperti ajakan Yunus kepada orang Niniwe.

Ketika orang Niniwe percaya kepada Allah, mereka berpuasa dan mengenakan kain kabung (Yun. 3:5). Mereka menanggalkan kelaliman dan berbalik dari tingkah lakunya yang jahat (Yun. 3: 6-9).

Ketika Allah melihat orang-orang itu berbalik kepada-Nya, Ia menyesal atas malapetaka yang telah dirancang-Nya terhadap mereka; dan Ia pun tidak jadi melakukannya (Yun. 3:10).

Ratu ini mendengarkan hikmat Salomo

Ratu dari Selatan, Syeba, mungkin daerah Yaman, mengakui dan membuktikan kebijaksanaan Salomo dan Allahnya. Ia adalah orang asing dan percaya pada Allah.

Pujian sang ratu pada hikmat Allah, ditulis dengan indah, “Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta kerajaan Israel! Karena TUHAN mengasihi orang Israel untuk selama-lamanya, maka Ia telah mengangkat engkau menjadi raja untuk melakukan keadilan dan kebenaran.” (1Raj. 10:9).

Yang sekarang hadir di dihadapan mereka dan semua murid Tuhan jauh lebih tinggi mengatasi Yunus dan Raja Salomo. Mereka tidak mau menerima-Nya. Yesus, Sang Sabda, ditolak, dikhianati, dihina, disiksa dan dibunuh.

Santo Yohanes meringkas (Yoh. 1:10-11), “Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.”, In mundo erat, et mundus per ipsum factus est, et mundus eum non cognovit. In propria venit, et sui eum non receperunt.

Katekese

Tanda Yunus. penulis tanpa nama masa awal Kekristenan dari Gereja Yunani.

“Apa itu tanda Yunus? Kayu salib yang menjadi tanda perbantahan. Maka bukanlah mereka yang memiliki pendapat yang berlawan yang akan diselamatkan, tetapi mereka yang percaya pada pengajaran yang benar.

Karena salib Kristus tetap merupakan batu sandungan bagi mereka yang menentang pengetahuan iman, tetapi merupakan keselamatan bagi mereka yang percaya. 

Santo Paulus bersaksi, Akan tetapi, kami memberitakan Kristus yang disalibkan, yang bagi orang-orang Yahudi sebuah batu sandungan, dan bagi orang-orang bukan Yahudi, kebodohan. Namun, untuk mereka yang dipanggil, baik orang-orang Yahudi maupun orang-orang Yunani, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.”  (1Kor. 1:23-24).

Mengapa orang Yahudi mencari tanda dan orang Yunani mencari kebijaksanaan? Allah menunjukkan tanda yang menjadi batu sandung baik bagi orang Yahudi maupun orang Yunani, yaitu: salib.

Maka mereka yang menginginkan berjumpa dengan Kristus tidak melalui iman tetapi melalui kebijaksanaan akan binasa,  karena terhalang batu sandungan kebodohan.

Mereka yang ingin mengetahui Anak Allah tidak melalui iman tetapi melalui pertunjukan tanda akan tetap terjebak dalam ketidak percayaan, yang menjatuhkan mereka karena batu sandungan kematianNya.

Bukanlah tanda heran kecil yang dipikirkan orang Yahudi, walau mempertimbangkan wafat Kristus, karena mereka menganggap bahwa Ia tetaplah sekedar orang biasa, bahkan ketika orang Kristiani tidak berpikir demikian.

Mereka tidak menganggap penting kematian-Nya sebagaimana seharusnya, karena kematian-Nya mereka enggan mewartakan Yang Dikasihi Allah, Yang Disalibkan, karena ia tidak bisa dibandingkan dengan kemuliaan-Nya.” (Incomplete Work On Matthew, Homily 30, Bapa-bapa Gereja Yunani).

Oratio-Missio

Tuhan, berilah aku hati yang mengasihi apa yang baik dan setia melakukan kehendak dan selalu mendengarkan kebijaksanaan-Mu. Berilah aku rahmat-Mu dan keberanian untuk menolak apa pun yang jahat dan berlawanan dengan kehendak-Mu. Amin. 

  • Ketika Anak Manusia (Dan 7:13-24) datang, apa yang perlu aku laku lakukan supaya percaya pada-Nya? 

Et, ecce, plus Iona hic – Lucam 11:19

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version