Selasa. Minggu Biasa II, Hari Biasa (H)
- 1Sam. 16:1-13
- Mzm. 89:20.21-22.27-28
- Mrk. 2:23-28
Lectio
23 Pada suatu kali, pada Hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum, dan sementara berjalan murid-murid-Nya memetik bulir gandum. 24 Maka kata orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihat. Mengapa mereka berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada Hari Sabat?”
25 Jawab-Nya kepada mereka: “Belum pernahkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya kekurangan dan kelaparan, 26 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah waktu Abyatar menjabat sebagai Imam Besar lalu makan roti sajian itu -yang tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam- dan memberinya juga kepada pengikut-pengikutnya?”
27 Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, 28 jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”
Meditatio-Exegese
Mengapa mereka berbuat yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?
Lima perselisihan pendapat antara Yesus dengan pemimpin agama ditampilkan dalam Injil Markus. Mrk. 2:1-12 mengisahkan penentangan terhadap pengampunan dosa; Mrk. 2:13-17 mengungkapkan perselisihan tentang makan bersama dengan pemungut cukai dan pendosa; Mrk. 2:18-22 menyajikan perbedaan pendapat tentang puasa; dan Mark. 2:23-28 berpusat pada perselisihan tentang bekerja di Hari Sabat.
Para murid Yesus tidak melanggar hukum Sabat. Bila melakukan perjalalanan, perjalanan itu paling jauh sejauh 2000 hasta atau kira-kira satu kilo meter. Jarak ini disimpulkan dari jarak antara kaum Lewi yang bergantian menggangkat tabut perjanjian sepanjang 2000 hasta (Yos. 3:4). Ukuran jarak juga dipakai untuk menetapkan jarak antar dinding kota dengan tanah untuk penggembalaan (Bil. 35:5).
Lebih lanjut Flavius Josephus, sejarahwan Yahudi, menerangkan, ”… seseorang melaporkan bahwa seseorang yang disebut sebagai seorang nabi pergi ke arah Yerusalem; dan membujuk orang banyak pergi bersamanya dari Bukit Zaitun, seperti lazim disebut, yang terletak di seberang kota, dan jarak dari kota kira-kira satu kilometer.” (Antiquities, XX, Chapter 8,6).
Mereka pun masih diijinkan untuk memungut gandum di hari Sabat di ladang yang belum dipanen. Mengayunkan sabit untuk mengumpulkan gandum dilarang, karena itu dianggap sebagi bekerja. “Apabila engkau melalui ladang gandum sesamamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan tanganmu, tetapi sabit tidak boleh kauayunkan kepada gandum sesamamu itu.” (Ul. 23:25).
Tetapi, di mata kaum Farisi, para murid dianggap melakukan pelanggaran atas ketetapan Sabat (Kel. 20:10). Berdasarkan Mishnah Tractate Shabbat 7:2, terdapat 39 kegiatan yang tidak diijinkan dilakukan selama Hari Sabat, misalnya: menabur, memanen, menampi, menggiling gandum, mencukur bulu domba, dll.
Daud masuk ke dalam Rumah Allah, makan roti sajian, dan memberinya kepada pengikutnya
Rupanya Yesus tidak mau berargumentasi melalui ayat-ayat Kitab Suci. Ia justu menggali apa yang dilakukan seseorang yang melanggar hukum Sabat, tetapi tidak pernah dikecam. Maka, Yesus mengacu pada 1Sam. 21:1-6.
Sebagai satu-satunya penulis Injil yang menyebutkan nama Imam Agung Abyatar, Santo Markus mungkin mengacu pada tradisi bahwa Abyatar lebih dikenal daripada Abimelekh, ayahnya (bdk. 1Sam. 22:20); atau tradisi lain yang menyebutkan Abimelekh adalah anak Abyatar (bdk. 2Sam. 8:17).
Menurut ketentuan Taurat, 12 roti bundar harus diganti setiap hari dengan roti baru. Roti yang lama dimakan oleh imam (Im. 24:5-9). Tetapi, saat itu, Daud dan para prajuritnya sedang kelaparan dan dalam disposisi batin tahir.
Maka, imam itu sendiri memberikan kedua belas roti sajian itu pada Daud dan prajuritnya. Tidak ada pemaksaan dan perampasan.
Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat
Santo Markus menyematkan gelar Anak Manusia pada Yesus. Ia mengacu pada pribadi yang dinubuatkan oleh Nabi Daniel dalam penglihatannya. Anak Manusia datang dengan awan-awan dari langit dan datang ke hadapan tahta Yang Mahatinggi.
Pada-Nya diberikan kekuasaan, kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja atas segala bangsa. Kekuasaan dan kerajaannya abadi dan tidak akan lenyap (Dan. 7:13-14).
Dalam Injil Sinoptik ungkapan ‘Anak Manusia’ digunakan 69 kali untuk menghindari salah paham tentang Mesias yang bermakna sempit. Gelar yang dipahami oleh mereka yang bukan pengikut Kristus mengacu pada gelar yang bersifat nasionalistik, politis, dan cenderung militeristik, seperti yang dipikirkan dalam tradisi apokaliptik Yahudi.
Yesus, Anak Manusia, menyatakan Dialah yang menetapkan Sabat. Ia menetapkan hari itu sebagai hari untuk memuji dan meluhurkan Allah, karena itu adalah hari yang kudus.
Bukan sekedar hari untuk istirahat dari pekerjaan manusiawi (Kej. 2:2). Sabda-Nya (Mrk. 2:28), “Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”, itaque dominus est Filius hominis etiam sabbati.
Katekese
Tentang kesejahteraan umum, Konsili Vatikan II, 1962–1965:
“Jadi tata masyarakat serta kemajuannya harus tiada hentinya menunjang kesejahteraan pribadi-pribadi; sebab penataan hal-hal harus dibawahkan kepada tingkatan pribadi-pribadi, dan jangan sebaliknya menurut yang diisyaratkan oleh Tuhan sendiri ketika bersabda bahwa Hari Sabbat itu ditetapkan demi manusia, dan bukan manusia demi Hari Sabbat.
Tata dunia itu harus semakin dikembangkan, didasarkan pada kebenaran, dibangun dalam keadilan, dihidupkan dengan cinta kasih, harus menemukan keseimbangannya yang semakin manusiawi dalam kebebasan. Supaya itu semua terwujudkan perlulah diadakan pembaharuan mentalitas dan perubahan- perubahan sosial secara besar-besaran.” (Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, 26)
Oratio-Missio
Tuhan, semoga aku selalu menghormati-Mu setiap hari yang selalu dikuduskan bagi-Mu. Dan semoga aku selalu bersedia membantu sesama dengan penuh kemurahan hari dan rela. Amin.
- Apa yang perlu aku buat untuk memuji dan meluhurkan Allah setiap hari?
itaque dominus est Filius hominis etiam sabbati – Marcum 2:28