Senin. Hari Biasa Pekan Paskah V (P)
- Kis. 14:5-18.
- Mzm. 115:1-2.3-4.15-16.
- Yoh. 14:21-26.
Lectio
21 Siapa pun yang memegang perintah-Ku dan melakukannya, dia mengasihi Aku; dan orang yang mengasihi Aku akan dikasihi oleh Bapa-Ku, dan Aku akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” 22 Yudas, yang bukan Iskariot, berkata kepada-Nya, “Tuhan, bagaimana Engkau akan menyatakan diri-Mu kepada kami dan bukan kepada dunia?”
23 Yesus menjawab dan berkata kepadanya, “Jika seseorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku; dan Bapa-Ku akan mengasihi dia, dan Kami akan datang kepadanya dan tinggal bersamanya. 24 Akan tetapi, orang yang tidak mengasihi Aku, tidak menuruti firman-Ku. Dan, firman yang kamu dengar itu bukan dari-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.
25 Semua hal ini telah Aku katakan kepadamu selama Aku masih bersamamu. 26 Akan tetapi, Penolong itu, yaitu Roh Kudus, yang akan Bapa utus dalam nama-Ku, Dia akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu, dan akan mengingatkanmu pada semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
Meditatio-Exegese
Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi Bapa-Ku dan Aku
Kasih mengatasi segala, kekuatannya mengalahkan dunia orang mati dan kegairahannya seperti nyala api Tuhan (Kid. 8:6). Sepanjang perjamuan terakhir Yesus berbicara tentang kasih-Nya dan kasih Bapa-Nya yang dicurahkan untuk para murid.
Santo Augustinus, Uskup Hippo, berkata, “Tuhan mengasihi kita masing-masing seolah-olah kitalah satu-satunya yang dikasihi-Nya.”
Allah tidak dapat dibandingkan dengan manusia yang bisa melupakan anaknya. Melalui Nabi Yesaya, Ia bersabda, “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” (Yes. 49:15).
Allah menghendaki manusia mengasihi-Nya dengan berpegang pada dan melakukan perintah-Nya (Yoh. 14: 21). Siapa pun yang mengasihi Yesus dikasihi Bapa dan Putera-Nya akan menyatakan diri padanya.
Inilah tanggapan Yesus atas permintaan Filipus, “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami” (Yoh. 14:8).
Pertanyaan Filipus serupa dengan pertanyaan Musa, “Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.” (Kel. 33:18). Allah menjawab, “Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup.” (Kel. 33: 20).
Allah tidak dapat dipandang dengan mata telanjang. Ia bersemayam dalam terang yang tak terhampiri (1Tim. 6:16).
Santo Yohanes bersaksi, “Tak seorang pun pernah melihat Allah” (1Yoh. 4:12). Tetapi manusia dapat merasakan kehadiran Allah melalui pengalaman akan kasih.
Dengan nada negatif, Santo Yohanes menulis (1Yoh. 4:8), “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih,” qui non diligit non novit Deum, quoniam Deus caritas est.
Maka Yesus menjawab Filipus, “Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.” (Yoh. 14:21).
Dengan kata lain, manusia mengasihi Yesus dengan cara melakukan perintah-Nya, “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.” (Yoh. 15:17).
Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diri-Mu kepada kami?
Pertanyaan Yudas, bukan Yudas Iskariot, senada dengan pertanyaan kerabat Yesus mengapa Ia tidak memperlihatkan diri kepada dunia supaya semua orang mengetahui (Yoh. 7: 3-4).
Menanggapi pertanyaan Yudas, Yesus mengulang kembali tanggapan-Nya pada Filipus. Tolok ukur untuk dikasihi adalah mengasihi Yesus dan menuruti sabda-Nya (Yoh. 14:23-24; bdk. Yoh. 15:17).
Perintah untuk saling mengasihi ditanam dalam hati seluruh umat manusia. Benih ini seharusnya tumbuh dan berkembang, agar hidup dipenuhi damai sejahtera, sukacita dan saling berbagi beban derita dan luka.
Sabda-Nya (Yoh. 15:17), “Kasihilah seorang akan yang lain”, αγαπατε αλληλους, agapate allelous , ut diligatis invicem.
Tetapi yang kita temukan, seolah-olah benih kasih hampir mati karena kebencian yang justru ditanamkan atas nama agama, bahkan Allah, ideologi keliru, peri hidup kacau, dan tata dunia yang melawan keadilan dan peri kemanusiaan. Yesus menghendaki para murid-Nya menjadi saksi untuk melawan kebencian.
Dialah mengajarkan dan mengingatkan yang telah Kukatakan kepadamu
Di tengah kesulitan membedakan antara suara yang melawan dan memihak Allah, Yesus menjanjikan Roh Kudus, yang dicurahkan di hati (Rm. 5:5).
Bila manusia mendengarkan bisikan dan bimbingan-Nya, ia terus akan berpaut pada Allah dan menaati perintah-Nya.
Bila demikian, tiada satu kekuatan pun mampu memisahkan manusia dari Allah (Rm. 8:35-39). Roh itu pulalah membantu manusia menjadi pendengar sabdaNya. Ia memahami sabda-Nya dan mengasihi-Nya lebih dari emas dan perak (Mzm. 119:72).
Katekese
Allah berkenan tinggal di antara kita. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430 :
“Allah tidak pernah merasa terlalu hina untuk datang; Ia tidak pernah merasa amat canggung atau malu; atau terlalu sombong. Sebaliknya, Ia merasa bersuka cita untuk datang jika kalian tidak melukai hati-Nya.
Dengarkan janji yang Ia ucapkan.
Dengarkan Dia yang berjanji dengan perasaan yang meluap karena suka cita. Ia tidak pernah mengancam saat merasa sedih. “Kami akan datang padanya,” sabda-Nya, “Aku dan Bapa”.
Pada orang yang dulu dipanggilnya sahabat-Nya, orang yang menaati ajaran-Nya, pelaku perintah-Nya, kekasih Allah, kekasih sesama-Nya, Ia bersabda, “Kami akan datang datang padanya dan tinggal di dalam dirinya.” (Sermon 23,6)
Oratio-Missio
Tuhan, dalam kasih Engkau menciptakan aku dan menarikku untuk dekat denganMu. Semoga aku tidak berpaling dari-Mu. Semoga aku selalu tinggal dalam perlindungan-Mu. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan saat muncul dorongan untuk tidak mengasihi sesama dan Tuhanku?
Qui habet mandata mea et servat ea, ille est, qui diligit me – Ioannem 14: 21